37 - Bye Seoul, Hi Manhattan

2.2K 309 44
                                    

Spring 2018

Saat itu ketika Chunhyang membuka mata, dia tidak dapat melihat apapun selain atap yang putih. Dia tidak bisa banyak menoleh karena ada sesuatu yang menahan di lehernya. Yang terdengar dipendengarannya adalah bunyi-bunyi beep-beep teratur dari mesin penghitung detak jantung. Dan bau obat tercium kuat dari hidungnya yang tertutup masker oksigen.

Dirinya ingin menggerakkan jari tangannya, namun yang terjadi adalah gerakan sangat kecil dari jari tangannya yang masih terasa kaku itu.

Dengan suara yang amat sangat lirih. Dia berusaha sekuat tenaga memanggil sebuah nama. "Eo.. mmaa."

Yang terdengar setelahnya adalah langkah kaki berlarian ke arahnya. Ia dapat melihat ayah dan ibunya berlarian menujunya. Mengelilinginya yang masih terbaring.

Ibunya memekik bahagia dengan menangis haru dalam pelukan ayahnya.

Dan ayahnya. Pertama kali sejak ia lahir, dirinya melihat ayahnya menangis seperti itu.

*

Sudah dua hari sejak dirinya sadar dari koma. Tubuhnya sudah tidak sekaku seperti saat ia sadar tempo hari. Dia juga sudah bisa berbicara dengan jelas.

Bahkan pagi ini, dia sudah bisa sarapan dengan duduk. Walaupun, masih harus disuap oleh ibunya.

Wanita itu masih terus menatapi Chunhyang. Dengan sesekali menghapus air matanya. Seperti tidak percaya bahwa gadis itu bisa sadar kembali.

Chunhyang hanya tersenyum kaku. Sejujurnya ia belum terbiasa dengan keadaan ini. Ibunya menjadi lebih hangat dan lembut kepadanya. Wanita itu sudah tidak terlihat semenakutkan dulu.

"Eomma sebenarnya sudah berapa lama aku tidak sadar?" tanya Chunhyang penasaran.

"Hampir satu tahun."

"Kenapa bisa aku koma?" tanyanya lagi.

Ibunya menegakkan duduknya. Dan merubah wajahnya menjadi sangat serius. "Kau tidak ingat apa yang sudah terjadi padamu?"

Chunhyang menggeleng. "Tidak eomma. Sejujurnya ingatan terakhirku adalah hari dimana kita pindah ke Namwon. Apa kita mengalami kecelakaan saat ke Namwon?"

Ibunya membelalakkan matanya tidak percaya. "Kau yakin ingatanmu hanya berhenti sampai disana?"

"Eoh eomma.(Ya ibu)"

*

Chunhyang masih menatapi cincin berwarna putih dengan ornamen kupu dan bunga yang melingkar di jari manisnya dalam diam. Dia tahu, cincin itu adalah garakji. Cincin tradisional Korea.

Sejujurnya Chunhyang bukan tipe orang yang akan memakai cincin bertipe seperti itu. Dan lagi seharusnya garakji ada sepasang bukan hanya satu seperti ini.

Membuat Chunhyang berpikir.

Sejak kapan dia memakainya? Kenapa ia memakainya? Dan kemana cincin pasangannya itu?

Dia benar-benar tidak mendapat ingatan apapun tentang cincin yang dipakainya. Dokter bilang dia kehilangan ingatan setahun terakhirnya sebelum koma.

Saat dirinya masih diliputi dengan kebingungan, ibunya masuk setelah mengurus segala administrasi kepulangannya di rumah sakit Seoul National University. Ya. Di Seoul. Bukan di Namwon.

Wanita itu tersenyum lembut dan duduk disampingnya. Memandangnya lekat. "Kau sedang melamun apa sayang?"

Dia mengangkat tangannya. Menunjukkan cincin putih yang melingkar di tangannya. "Eomma. Cincin ini apa eomma yang memberikannya?"

CHUNHYANG: The Spring Fragrance (SUGA BTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang