8 - Yellow Umbrella

2.7K 393 14
                                    

Chunhyang menghembuskan nafasnya kasar.

Menurut informasi si gigi kelinci, ia hanya bisa menemui Yoongi -si rambut mint- pada akhir pekan saja.

Karena, dia tidak mungkin pergi ke club malam mengingat dirinya yang masih di bawah umur.

Ayahnya yang seorang kepala kepolisian kota Namwon itu bisa menggunduli rambutnya jika ia sampai ketahuan. Dan ibunya yang super unik itu, bisa saja mengirimnya ke kuil dan menjadi biksu jika itu benar-benar terjadi.

Chunhyang baru saja menalikan sneakersnya ketika ibunya menyodorkan payung kuning di hadapannya.

"Cuaca sedang tidak menentu. Bawa payung! Jangan sampai kehujanan dan sakit!" titah ibunya tanpa bisa ditolak.

Tanpa membantah, Chunhyang meraih payung tersebut dan beranjak pergi.

"Eoh. Gomawo eomma. Aku pergi,"

*

Dengan langkah luar biasa ringan, Chunhyang membawa payung di tangan kiri dan segelas ice Americano di tangan kanannya. Ice Americano itu sengaja ia beli untuk Yoongi.

Hari sudah hampir petang saat itu. Langit mulai berwarna keemasan dan sedikit gelap karena mendung.

Chunhyang sengaja datang saat petang. Saat Yoongi hampir menyelesaikan pertunjukannya.

Kerumunan penonton tidak banyak hari itu. Mungkin karena hari hampir gelap dan cuaca sedikit mendung. Begitu pikirnya.

Chunhyang mendekat kesana. Dirinya menemukan lelaki itu lagi disana. Menggunakan hoodie hitam dan celana ripped jeans berwarna senada.
Masih dengan wajah tanpa ekspresinya itu. Membuat Chunhyang sedikit terganggu.

Apa laki-laki itu hanya punya satu ekspresi? Apa dia tidak bisa tersenyum? Bukankah ia seharusnya tersenyum untuk menarik perhatian penonton? Ya setidaknya untuk basa-basi saja.

*

Tes

Tes

Tes

Chunhyang tersadar dari lamunannya ketika tetesan hujan perlahan jatuh membasahi ujung kepalanya. Beberapa detik kemudian tetesan kecil tersebut menjadi semakin besar.
Membuat kerumunan orang-orang disana mulai berpencar. Secara otomatis mencari tempat berteduh. Termasuk Chunhyang.

Gadis itu berlari pada teras toko roti di jajaran ruko disana.

Chunhyang dapat melihat, Yoongi sedang kerepotan mengemas gitarnya dengan tergesa-gesa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chunhyang dapat melihat, Yoongi sedang kerepotan mengemas gitarnya dengan tergesa-gesa.

Beberapa detik kemudian, mata Chunhyang melebar. Benar-benar lebar.

Si rambut mint itu berlari menuju ke arahnya. Dan berhenti tepat di sampingnya. Meneduhkan tubuhnya bersama dengan Chunhyang.

Tiba-tiba saja Chunhyang merasakan udara di sekitarnya menipis. Darahnya mengalir cepat dan jantungnya bergerak cepat. Membuatnya sedikit tidak nyaman dengan perasaan itu.

Chunhyang melirik si rambut mint dari ujung matanya. Lelaki itu sedang mengeratkan tudung kepala dari hoodie hitamnya. Menghalangi air yang menciprat mengenai kepala mint nya.

Beberapa kali Chunhyang melihat lelaki itu melirik ke arah jam tangannya. Kemudian menatap ke arah hujan yang cukup deras.
Wajah lelaki itu terlihat cukup cemas. Seperti berharap hujan segera mereda.

Berbeda dengan Chunhyang.
Dia berharap hujan turun semakin deras. Sehingga hujan dapat menahan lelaki itu disini.

Bua harum roti dipanggang serta coklat dilelehkan membuat perasaannya menghangat.
Dan alunan lagu Falling In Love at a Coffee Shop punya Landon Pigg yang terdengar dari dalam toko roti di belakangnya menambah suasana romantis petang itu.

Namun, suasana romantis itu tidak bertahan lama. Dalam beberapa menit kemudian, Chunhyang dapat melihat lelaki itu mengeratkan hoodie hitamnya dan bersiap menerobos hujan.

Dalam sepersekian detik, entah apa yang merasuki Chunhyang dan apa yang difikrkan gadis itu. Tetapi, hal itu terjadi. Benar benar terjadi.

Chunhyang menahan tangan si rambut mint yang hendak menjauh.
Lelaki itu menoleh cepat. Matanya memandang bingung pada pergelangan tangannya yang cengkeram kuat oleh Chunhyang. Kemudian menatap Chunhyang dengan kedua alis yang berkerut. Seperti meminta penjelasan pada gadis itu. Membuat Chunhyang gugup. Dan pada akhirnya melepaskan tautan mereka.

"Ini. Pakailah payungku. Gitarmu itu tidak boleh kebasahan kan?" jelas Chunhyang sembari menyodorkan payung kuningnya.

Lelaki itu masih mengerutkan alisnya bingung. Namun kemudian, dia segera  menggeleng.

"Tidak perlu. Aku bisa berlari. Kau saja yang pakai," jawabnya datar sembari bersiap pergi.

Tetapi, lagi-lagi langkahnya terhenti. Kali ini karena Chunhyang menarik lengannya dan membuat lengannya menempel pada tubuh gadis itu. Dan sedetik kemudian, Chunhyang melebarkan payung kuning polosnya.

"Kita pergi bersama-sama saja kalau begitu," putus Chunhyang tanpa bisa dibantah.

Tbc

CHUNHYANG: The Spring Fragrance (SUGA BTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang