EIGHT

624 75 1
                                    

Sepulangnya dari kedai es krim, Mr. Styles mengajakku ke suatu tempat yang belum aku ketahui karena dia selalu menjawab 'Lihat saja nanti' ketika aku bertanya 'Kita akan kemana?' Apa kalian perlu bukti? baiklah.

"Mr. Styles, kita akan kemana?" Tanyaku, meliriknya yang sedang fokus mengemudi.

"Kau lihat saja nanti. Itu rahasia."

Benar kan? Aku menghela napas pasrah dan menyandarkan tubuhku di jok mobil ini.

"Hei, apa kau bosan?" Tanyanya. Jelas aku bosan! Dari tadi hanya keheningan yang mengisi mobil ini!

"Hmm.. ya, aku bosan." Jawabku lesu.

Dia menjulurkan tangannya dan aku menatapnya bingung.

"Give me your hand." Ucapnya sambil tersenyum simpul.

Dengan pelan, aku memberikan tanganku dan dia langsung menggenggamnya sambil sesekali di elus. Ohh.. tangannya hangat. Sangat holdable. Aku membalas genggamannya agak malu-malu. Setelah itu, dia tersenyum senang dan membuatku tersenyum juga.

"Apa kau masih bosan?" Ia bertanya lagi.

Well, sebenarnya tidak, hehehe.

Aku hanya tersenyum tidak menjawab pertanyaan terakhirnya. Kemudian, ia menghentikan mobilnya di suatu padang rumput yang luas dan sejuk.

"Ken, kau masih bisa menggenggam tanganku jika kita sudah turun dari mobil ini." Ucapnya, membuyarkan pandanganku. Aku melepaskan genggaman hangat kami dan berjalan keluar mengikutinya.

"Tempat apa ini?" Tanyaku sambil melihat kesekeliling. Sepi, nyaman, sejuk dan yang pasti bersih. Aku sangat suka tempat ini.

"Aku tidak tau, aku hanya sering kesini jika ada masalah." Jawabnya, menggindikkan bahu.

"Umm.. jadi, kau punya masalah?" Aku bertanya lagi.

"Tidak, hanya ingin kesini saja. Udaranya sejuk, bukan? kau suka?" Kini ia yang bertanya.

"Yeah, lumayan dingin." Aku menggosokkan kedua telapak tanganku sambil meniup nya. Memang saat kami turun dari mobil, dinginnya belum berasa, tapi saat kami sudah melangkah lebih dalam, aku merasakan dingin.

Setelah mendengar ucapan ku tadi, dia menarik satu tanganku dan menggenggamnya. Bukan hanya itu, tangan kami saling berpautan di dalam saku mantelnya yang hangat.

"Di sana tempat first kiss ku. Aku mencium seorang gadis saat berumur 11 tahun dan rasanya sangat hangat."

Aku tergelak mendengar pengakuannya. Apakah dia termasuk bad boy karena baru umur 11 dan dia sudah mendapat ciuman pertamanya?! aku saja belum sama sekali.

"Hey, kau tidak percaya? Mau ku buktikan kalau ciumanku hangat? Aku akan menciummu kalau begitu."

Saat dia hendak mendekat, aku menahannya dengan sedikit mendorong dadanya. Yang benar saja? ciuman pertamaku hanya untuk pria yang benar-benar mencintai aku. Pria yang akan menjadi 'last first kiss' ku.

Katakanlah aku aneh. Tapi aku tidak peduli. Aku tidak mau bibirku dirasakan banyak pria.

"Tenang, Ken. Aku hanya becanda." Ucapnya terkekeh.

Lalu ia membawaku ke menara yang sangat tinggi hingga memperlihatkan kota sore di sini. Hembusan angin semakin menerpa wajahku yang mana membuatku mengantuk karena aku sangat lelah hari ini.

...

HARRY's POV

Aku menoleh ke sebelahku di mana Kendall berdiri dengan tangannya yang aku genggam. Matanya terlihat sayup dan ia berusaha menahan dirinya untuk tidak menguap.

PARTNER IN LOVE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang