NINETEEN

527 67 2
                                    

HARRY's POV

Tawa Lux mengeras ketika Kendall menggelitikki anak itu. Mereka berdua terus bermain, bercanda dan tertawa bersama. Melihat Kendall yang memperlakukan anak kecil, membuatku tersenyum lebar.

Wanita itu terus bersenda gurau dengan Lux hingga aku diabaikannya. Sial, jika perutku tidak sakit, aku akan ikut bermain dengan mereka.

Pintu kamarku terbuka dan tampaklah Lou masuk.

"Lux, hari sudah semakin sore, ayo pulang." Ajaknya.

Lux menggeleng lalu memeluk Kendall dengan erat. "No! Aku mau disini sama aunty cantik.."

Oh, aunty cantik adalah panggilan Lux untuk Kendall. Lux, kau memang anak yang paling jujur.

Karena Lou terus memaksa, akhirnya Lux menangis di pelukan Kendall, sepertinya anak itu sudah terlanjur nyaman dengan Auntynya.

"Ken, kau tidak masalah jika aku menitipkan Lux disini?"

Jawab "Ya," Kendall! Dengan adanya Lux di sini, maka kau juga akan tetap di sini!!

"Ya, Lou, aku tidak keberatan. Biarkan Lux di sini, lagipula ini kan rumah pamannya, Lux pasti aman."

Lou tersenyum lega dan Ia mengecup pipi anaknya sekilas lalu keluar dari kamarku.

"Aunty, aku ingin tidul.."

Mendengar itu, Kendall membaringkan Lux di sebelahku dan mengelus-elus lembut kepala Lux hingga gadis kecil ini tertidur.

"Ken.. bisa kita bicara?" Aku membuka pembicaraan.

"Ya, tapi tidak di sini, Lux sedang tidur." Kendall pun membantuku berdiri dan berjalan keluar kamar.

Kami duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan jendela.

"Kau tau, aku sangat terhibur melihatmu tertawa bersama Lux tadi." Senyumku.

"Dia sungguh menggemaskan, Harry. Aku sangat suka anak kecil sepertinya. Dia terlalu jujur saat berkata kau bau, hahaha.." Ohh, dia mencoba bercanda denganku..

"Hey, kenapa kau malah ikut-ikutan mengejeku?"

"Aku tidak mengejek, hanya berpendapat saja, hehehe.."

Kami sama-sama terkekeh pelan. Tanpa aku sadari, tanganku menarik Kendall kedalam dekapanku.

Untuk beberapa waktu, kami berdiam dan tidak sedikitpun mengeluarkan suara.

Tuhan, selama ada Kendall di sisiku, aku tidak meninginkan yang lain.

Cukup lama kami bertatap mata, membuat kontak yang sudah terasa lama tidak kami lakukan. Aku rindu dia tersenyum karenaku, tertawa walaupun leluconku tidak lucu, bermanja di lenganku, merasakan hangat dan manisnya bibir ranum itu.

Keheningan kami berganti dengan suara deringan ponsel yang sangat mengganggu. Kulihat ponsel Kendall tertera nama CHANDLER di layarnya.

Aku sedikit mengernyit karena aku belum pernah mengetahui bahwa Kendall dihubungi pria lain selain Ayahnya, Louis, dan aku. Itupun jika Louis yang menghubungi Kendall, Ia hanya menyampaikan pesan Eleanor.

Kendall terlihat mengabaikan panggilan itu, bahkan Ia merasa terganggu.

"Kenapa tidak kau angkat?" Tanyaku.

"Um, tidak penting." Jawabnya datar.





KENDALL's POV

Kenapa Ia senang sekali mengganggu waktu tenangku?! Bukannya aku bersikap tidak tau diri karena Chandler sudah mengirim aku bunga kemarin, tapi aku juga sudah berucap terimakasih padanya. Dia juga berkata kalau aku tidak perlu membalas kebaikannya itu.

PARTNER IN LOVE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang