AUTHOR's POV
Lelaki itu sesekali meringis kesakitan saat kapas menempel di lukanya. Kendall yang mengobatinya sambil menitihkan air mata, mengundang pertanyaan bagi Harry.
Harry pun menggerakan ibu jarinya untuk menghapus air mata Kendall lali Ia menahan pergelangan tangan Kendall untuk berhenti sejenak.
Harry menatap mata Kendall dalam-dalam.
"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi." Pria itu mengungkit pertanyaannya.
Kendall menunduk, tidak tau harus menjawab apa. Ia takut jika memberi kesempatan pada Harry, maka Harry bisa saja berbuat salah lagi. Jika Kendall tidak memaafkan Harry, Ia akan tersiksa karena hubungan mereka sudah sekarat.
Harry menyentuh dagu Kendall untuk kembali menatap matanya.
"A-aku tidak tau.. aku takut." Gugup Kendall.
Harry menghela napas, "Aku tau, aku tau kau pasti takut aku akan berbuat salah untuk kesekian kalinya. Itu semua tidak akan terjadi lagi, Kendall. Aku mohon, aku tidak ingin kehilanganmu."
"Tidak mungkin aku memberikan jawabannya sekarang. Kau tau sendiri, luka besar itu butuh jaitan 'kan? Bahkan luka itu masih berdarah di hatiku, Harry. Beri aku waktu."
Harry menunduk pasrah, "Baiklah, aku akan memberi waktu. Tapi.." Harry menggantungkan kalimatnya.
"Tapi?"
"Ijinkan aku memelukmu, sebelum aku kembali ke apartemen."
Kendall menimbang-nimbang permintaan Harry. Di satu sisi, Kendall memang ingin memeluknya, di sisi lain, Kendall tidak ingin membuatnya tambah larut dalam kesedihan jika tidak menuruti Harry.
Akhirnya, Kendall mengangguk dan Lelaki itu tersenyum. Tubuh mereka menyatu dan tangannya saling mengunci satu sama lain.
Setelah beberapa menit, Harry melepas pelukannya dengan paksa dan air mata di pipinya.
"Terima kasih, Kendall. Setidaknya aku merasa lebih tenang sekarang. Baiklah, aku akan kembali ke apartemen, Selamat malam.." Ujar Harry.
Kendall menggiring lelaki itu sampai ke luar rumahnya.
"Kendall, istirahatlah, jangan lagi keluar malam-malam tanpa seorang bersamamu. Semoga istirahatmu nyenyak, sampai jumpa." Harry mengecup lembut kening Kendall.
Wanita itu tersenyum simpul dan mengangguk.
Well, setidaknya mereka sudah bertemu kembali dan mungkin hubungan mereka setelah ini akan baik-baik saja.
***
KENDALL's POV
Bangun di pagi hari, aku merasa berbeda, aku lebih segar dan lega.
Semalam mimpiku indah dan mengesankan.
Cepat-cepat aku mandi dan menggunakan pakaianku lalu aku akan kembali berkeliling untuk mencari pekerjaan seperti yang aku lakukan dahulu sebelum aku bertemu dengan dia.
Menghampiri meja makan, ku lihat Kylie sedang mengunyah sarapannya sambil bermain ponsel.
"Pagi, Ky!" Sapaku.
Dia terkesiap dan mengelus dadanya karena terkejut... mungkin?
"Astaga, kenapa kau bahagia sekali?"
"Semalam tidurku nyenyak dan mimpiku indah!" Ucapku semangat.
Kylie hanya menggelengkan kepalanya dan kembali melanjutkan sarapan yang sempat tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNER IN LOVE✔️
FanfictionBOOK 1/2 OF PARTNER IN LOVE *dalam revisi* Apakah aku pernah berkata bahwa cinta itu datang tanpa diduga? Jika belum, maka aku baru saja mengatakannya. Sejujurnya, siapa aku? Hanya gadis pengangguran yang hidup seadanya, namun Sang Kuasa mempertemuk...