TEN

610 88 4
                                    

KENDALL's POV

Ya, dari tadi Mr. Styles mendiamiku, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Dia menopang dagu dengan tangannya dan mengerucutkan bibirnya. Ku rasa itu bukan ekspresi marah, tapi dia terlihat lucu, hehehe.

Ku putuskan untuk bicara dengannya, "So, are you mad at me now?" Tanyaku.

Dia melirikku sekilas lalu mengalihkan pandangannya lagi. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?!

"Baiklah, aku minta maaf, forgive me?" Aku menampakkan wajahku yang ragu, ya, takut dia tidak memaafkanku.

Dia hanya mendengus dan tidak menjawab pertanyaanku. Well, aku mulai merasa asing di pesta ini. Semua orang berbaur tapi aku berdiam diri.

Lamunan ku terpecah saat seorang pembawa acara membuka pesta ini.

"Selamat malam para tamu, nama saya Tom dan saya yang akan memandu acara ini dari awal sampai akhir." Aku memperhatikan Tom berbicara di atas panggung itu.

Nat datang lalu berbisik sesuatu kepadanya, setelah berbisik Nat malah tersenyum jahil padaku. What?

"Karena hari ini Natalie berulang tahun, dan dia meminta Harry dan Kendall untuk segera maju ke depan." Aku membelalakkan mataku.

Wait, me? and Mr. Styles?

"Hey, kenapa kalian melamun? ayo maju.." Suara Gemma mendengung di telingaku.

Dengan beriringan, aku dan Mr. Styles beranjak dari sofa ini dan melangkah ke panggung.

"Well, mereka pasangan yang serasi, bukan?"

'yeeeaaahhh'

Aku mendengar sorakkan para orang menjawab godaan Tom.

Astaga, memalukan.

Aku merasakan seseorang merangkul pinggangku. Siapa lagi kalau bukan Mr. Styles? Eh? bukannya dia sedang marah?

"Tujuan Natalie memanggil kalian adalah untuk berdansa. Jadi, kalian yang di tetapkan sebagai King and Queen malam ini."

Wait, what? Dance? King and Queen? Did I miss heard? Or..

Alunan musik mulai terlantun, Mr. Styles memeluk kedua pinggangku dan menariknya lebih dekat. Kulihat sekelilingku, para pasangan juga melakukan hal yang sama. Akupun meletakkan tanganku di bahunya.

Aku menoleh pada Natalie yang sedang tertawa puas di sana. Awas kau.

"Hey, what are you looking at? look at me." Suara itu memerintahku.

Terpaksa, akupun menatap matanya.
Memandangi wajahnya, tidak ada sedikitpun senyuman kulihat di bibirnya. Ekspresinya saat ini DATAR.

Coba kau cium pipinya. Pasti ia langsung tersenyum

Sial, perkataan Gemma saat di kedai es krim membuatku teringat. Apa aku harus menciumnya? Baiklah, terpaksa.

"Lihat, di sana.." Aku menunjuk sesuatu dengan mataku. Dia menoleh dan saat itu juga aku mengambil kesempatan.

CUP

Did it. I kissed him.

Aku melihat kubangan di pipinya tercetak. Yes, berhasil.

"Itu yang ku tunggu-tunggu.." Bisiknya lalu mengeratkan kuncian tangannya di pinggangku hingga kami semakin mendekat tidak menyisakan jarak sedikitpun.

PARTNER IN LOVE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang