ELEVEN

690 81 2
                                    

AUTHOR's POV

Setelah bermesraan di rooftop, kini Harry sedang dalam perjalanan mengantar Kendall ke rumahnya.

Sedari tadi, Kendall merenungkan kenyataan bahwa Harry mencintainya. Ia pun hanya duduk diam sambil sesekali memainkan jari-jarinya.

Sayangnya, Harry tidak bisa membaca pikiran Kendall untuk saat ini karena mata mereka tidak saling tatap. Kendall melihat ke arah jendela di sampingnya dan Harry yang fokus menyetir.

Bosan, Harry akhirnya membuka suara, "Kau kenapa? Ada sesuatu yang menggganggu mu?" Tanya Harry.

Kendall menoleh, "Aku tidak pa-pa hanya mengantuk saja.." Senyum Kendall.

"Kau boleh tidur dulu, aku akan membangunkanmu jika sudah sampai." Ucap Harry.

Kendall pun memejamkan matanya dan dia terlelap. Saat lampu merah, Harry melepaskan jasnya dan memakaikannya di tubuh Kendall, mengingat pakaian Kendall agak terbuka.

HARRY's POV

Betapa sejuknya wajah itu. Kalau aku tidak punya rasa hormat, aku akan memotret wajah pulas Kendall dan memasangnya di seluruh dinding kamarku agar aku bisa merasa tenang dari wajahnya yang teduh itu.

Lampu berganti menjadi hijau, aku kembali menancapkan gas dengan pelan agar Kendall tidak terganggu.

Samar-samar aku melihat ada sesuatu yang menghalangi jalan menuju rumah Kendall. Begitu semakin dekat,  aku baru sadar kalau ada kecelakaan antara truk dan mobil sedan. Satu-satunya jalan yang kuketahui menuju rumah Kendall hanyalah jalan ini. Well, mau tidak mau, aku harus membawa Kendall ke apartemen ku. Lagi.

Ku putar balikkan kemudi, aku akhirnya menjauh dari kecelakaan yang menutup jalan itu dan berpaling ke apartemenku.

Ini kali kedua aku membawanya ke apartemen. Aku mengulurkan tanganku, menyalakan radio untuk mendengarkan berita, mungkin?

Dan benar saja, langsung terdengar suara wanita yang memberitau bahwa jalan Beverly Hills di tutup karena ada pengecoran jalan. Begitu juga jalan yang terjadi kecelakaan tadi.

Setelah berlama-lama di mobil, akhirnya aku sampai di apartemenku.

Aku memegang tangan Kendall dan meremasnya pelan agar ia terbangun.

"Bangun, Kendall." Bisikku halus di telinganya.

Tepat setelah aku berbisik, dia membuka matanya dan memandang bingung di sekitarnya. Aku tau, dia pasti bingung karena ini bukan rumahnya.

"Kenapa aku di apartemen ini?" Dia bertanya.

Aku tersenyum simpul, "Jalan ke arah rumahmu di tutup karena terjadi kecelakaan tadi. Dan aku tidak tau jalan lain menuju ke rumahmu." Jawabku seadanya.

Dia mengerutkan dahi, "Seharusnya kau membangunkanku, aku bisa memberitau jalan pintas ke rumahku." Katanya.

"Memang, apa nama jalan itu?" Tanyaku. Tanganku dari tadi masih memegang tangannya.

"Jalan Beverly Hills."

Aku terkekeh lalu menatapnya, "Jalan itu juga di tutup karena ada perbaikkan jalan." Aku berjeda, "Sudahlah, kau bermalam saja di apartemenku. Tenang, aku tidak berani macam-macam. Aku ini menghargai wanita." Lanjutku.

Aku sempat kebaca pikiran Kendall, ia mengira bahwa aku akan melakukan hal macam-macam padanya. Terasa sangat jelas kalau dia itu takut.

Aku melihatnya hendak memberikan jas tadi kepadaku tapi aku menolaknya.

PARTNER IN LOVE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang