Dua tahun yang lalu, taman belakang itu menjadi tempat bersejarah bagi Jungkook. seorang yang tertutup dan tak mudah bergaul, di tempat itu pula kehidupannya berubah karena Taehyung datang untuk menepuk pundaknya dan mengajaknya berteman.
Itu bertahan sampai saat ini, membuat Jungkook selalu menempel pada Taehyung seolah tak membutuhkan sosok lainnya. Bagi Jungkook teman itu ada 2 macam, teman yang memang tulus berteman dan teman yang seperti batu karang.
'Teman yang membuatmu menangis dan bukan teman yang membuatmu tertawa.'
Kata itulah yang selalu Jungkook terapkan dalam hatinya, guru Lee mengajarkannya pada materi sastra dua tahun yang lalu. Itulah mengapa Jungkook selalu bertahan meskipun Taehyung memukulnya sekalipun.Namun bukankah itu berlebihan? Bagi Jungkook itu adalah hal yang wajar, entahlah mengapa bisa begitu. Pertemanan adalah hal yang sangat istimewa bagi Jungkook, mereka itu bagaikan rumah kedua setelah keluarga.
Sosok yang ikut menorehkan berjuta warna dalam hidup kita, saat senang maupun sedih, mereka ada. Itulah yang dinamakan teman sejati.
Tapi, Jungkook masih tak mengerti arti teman yang sesungguhnya. Dia hanya ingin merasakan kasih sayang dari seorang yang ia sayangi.
"Sampai kapan kau memandangi foto itu?" Jimin berucap ketika ia mendudukkan dirinya di tepi ranjang di samping Jungkook yang sedang duduk di kursi belajarnya.
"Bukan apa-apa hyung. " mendengar kalimat sederhana Jungkook yang ambigu itu Jimin hanya mendengus.
"Pergilah mandi, ini sudah sore. Setelah ini belajar bersama di atap. "
"Baiklah. " Jungkook beranjak dari tempatnya dan memasuki kamar mandi.
Langkah itu ragu untuk melebar ketika menginjak lantai atap. Tampak disana teman-teman Jungkook dan Jimin yang sedang belajar bersama, jika disana banyak teman mereka berdua itu berarti disana pastilah ada... Taehyung.
Jungkook menghela nafasnya beberapa kali ketika ia melihat sosok Taehyung disana. Kata kemarin malam itu masih melekat di ingatan Jungkook, sampai ia duduk di lantai kayu itu tak ada kata yang terucap dari bibir Jungkook.
"Ada yang sulit?. " sosok itu membuat Jungkook sedikit menga-nga, dan yang di pandang pun mendengus.
Kesadaran itu telah kembali ketika sosok itu mengambil tempat di sampingnya, Jungkook mulai menetralkan ekpresinya. "Ah iya, kau tau sendiri jika aku tak terlalu suka matematika, Tae... Hyung. " Taehyung tersenyum menanggapinya seolah tak pernah terjadi apa-apa.
"Coba aku lihat. " Taehyung menarik buku tulis yang sedaritadi Jungkook memandanginya tanpa minat.
Jungkook terdiam memperhatikan, sesekali ia membenarkan letak kaca mata minusnya yang merosot dari tangkai hidungnya. "Kau paham? " Taehyung bertanya memastikan.
"Aku akan mencobanya. " pensil itu menari diatas buku yang mulai ternodai. "Apa begini? " Jungkook menunjukkan hasilnya lalu kemudian di hadiahi kerutan dari dahi Taehyung.
"Kook-ah, ini bukan disini tempatnya. " Taehyung merebut buku tulis itu dari sang pemilik.
"Bagaimana bisa? Aku melakukan seperti yang kau contohkan hyung. "
"Coba kau teliti lagi. "
"Ini benar hyung.... "
"Aish.. Perhatikan. " Jungkook menajamkan pengelihatannya ketika Taehyung menuliskan angka di atas buku itu.
"Hanya salah, satu angka saja hyung. Kenapa begitu rumit. "
"Kau harus lebih teliti. "
"Aku sudah teliti. "
KAMU SEDANG MEMBACA
LEAF [end]
FanfictieIni aku ambil dari kisah sahabatku. yang menceritakan dirinya dengan seorang teman yang membuat dirinya terlampau berbeda. cerita ini aku persembahkan untuk seseorang.