LEAF..🍃[18]

1.2K 151 68
                                    

Decitan lantai yang beradu dengan alas sepatu yang kini mengikuti langkah sang pemilik, sejak sekolah berakhir. Taehyung tak pulang keasramanya, dia sedang meluapkan hasratnya dengan menangkis bola tennis yang sedaritadi datang karena ulah seokjin yang menangkisnya kembali. Kemeja putihnya sudah basah dengan keringat, napasnya memburu karena keinginannya untuk tak berhenti meskipun tubuhnya meminta untuk rehat sejenak.

Seokjin mengerti bahwa teman sekamarnya sedang dipenuhi rasa dilema yang membuncah, dilema akan ke egoisannya sendiri. Itulah mengapa Seokjin bersedia menemani ide gila Taehyung dengan bermain tennis tanpa perasaan.

"Cukup.! "Seokjin menarik nafasnya untuk mendapat oksigen lebih, kedua lengannya serasa akan terlepas karena permainan gila ini. Bola hijau itu telah memantul entah kemana, karena Seokjin mengabaikannya.

"Kau kalah satu poin lagi hyung. " Taehyung berteriak di tengah nafasnya yang menderu tanpa henti.

Seokjin mendengus mendengar perkataan itu. "Aku tak peduli. Kau ingin membunuhku sekarang juga EOH!?" dia sedang sangat kesal saat ini.

Seokjin melempar begitu saja benda di tangannya, beranjak kesisi tempat duduk penonton untuk mengistirahatkan tubuhnya. Matahari semakin lengser ke barat, bayang-bayang kaca tercipta di stadion milik sekolahnya itu. Ini sudah hampir satu jam mereka berada disana sejak jam 5 sore tadi.

Taehyung menyodorkan sebotol air meneral pada pemuda yang lebih tua darinya itu, sedetik kemudian ia mendudukkan dirinya. "Terima kasih hyung, sekaligus maafkan aku. "

Seokjin meletakkan botol di tangannya setelah beberapa menit lalu ia meneguknya tanpa perasaan. "Aku tahu kau ingin dekat lagi dengannya, saling bertukar cerita, melindungi, di perhatikan. Hentikanlah ego besarmu itu. "

Taehyung bergeming mendengarkan penuturan temannya itu, ini tak pernah terjadi di hidupnya kecuali setelah Jungkook memasuki dan ikut menuai penulisan takdir di hidupnya.

Semenjak Jungkook datang kemarin, Taehyung tak pernah menyapanya. namun sepertinya itu tak menjadi masalah dalam hidupnya, tak seperti dulu yang menangis, memohon agar Taehyung tak mengabaikannya. Jungkook memang sangat berubah 180 derajat, dia memang tersenyum hanya sekedar menyapa Taehyung.

Jungkook tak akan membenci Taehyung, hanya saja dia tak mau mengganggu waktu Taehyung yang sedang tak ingin ia ganggu saat ini.

"Anyeong.. "Sapa seorang pemuda yang kebetulan mengambil barangnya yang tertinggal tadi saat jam sekolah.

"Hi, kook. " Seokjin mengulas senyumnya, ketika melihat kehadiran Jungkook yang memberi salam padanya. "Apa yang kau lakukan disini? "

Jungkook mengulas senyumnya. "Aku mengambil botol airku yang ketinggalan hyung. "

"Duduklah disini, aku ingin bicara padamu. " Jungkook mendudukkan dirinya di kursi samping Seokjin. "Begini, apa kau sedang marah dengan Taehyung?" Taehyung membelalakkan matanya, rasanya ia sedang di terjunkan dari atap asrama yang tingginya 15 lantai. Ayolah sejak kapan seorang Kim Taenyung tak punya tingkat percaya diri yang tinggi.

"Ah... Tidak sama sekali, hanya saja aku sedang menghargai permintaan Tae hyung. Aku mengerti dia sedang tak ingin ku ganggu, tak ingin ku dekati untuk sementara waktu. Aku tak ingin dia semakin marah padaku. " rapal Jungkook yang tak berhenti tersenyum di akhir katanya.

Seokjin menghela nafas kemudian. "Kook-ah sejak kau dengan Sharon Taehyung tak benar-benar membencimu, hanya saja dia tak ingin kau lupa dengannya. Kau tau sebenarnya dia juga ingin berbicara dan dekat dengan mu seperti dulu, akrab seperti saudara. "

Jungkook menggukkan kepalanya mengerti. "Maafkan aku hyung. " Taehyung memandang tangan yang kini terulur di depan matanya, berniat menjabat tangan.

LEAF [end] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang