Jeon Jungkook.
Kim Taehyung.
Kim Baekhyun.Terlihat sosok yang masih mendudukkan dirinya di bangku taman belakang asrama. Hari ini ia lulus dan menjadi seorang senior high school. Pemuda pendiam dengan kaca mata minusnya itu akrab di panggil Jungkook. Hari ini ia sangat merasa kesal dengan sang ayah. Tak hentinya ia menggerutu melampiaskan semua amarahnya di hadapan tumbuhan taman.
Sang ayah telah berjanji padanya bahwa ketika ia telah lulus junior high school ia tak akan tinggal di asrama lagi dan pindah kesekolah lain. Namun mungkin ini bukan waktu untuknya, memang dulu ini adalah keinginannya untuk tinggal di asarama. Tapi itu dulu sekarang berbeda. Tidak ada satu pun teman yang mendekatinya karena mereka takut membuat Jungkook terganggu.
Sampai akhirnya ada seorang pemuda berkulit tan dengan suara berat, mendekati Jungkook mengingat anak itu berada di tempat satu jam yang lalu. Dia Kim Taehyung; teman satu kelas Jungkook sejak tingkat 1. Ingin membantu sosok teman yang ia tidak tahu bahwa suatu hari nanti Tuhan membuat mereka menjadi seorang sahabat layaknya saudara tak terpisahkan.
"Berhentilah menangis. " interupsi Taehyung pada Jungkook. "Ayahmu pasti punya alasan, dia juga merasa kecewa pada dirinya sendiri karena tak menepati janjinya. Dia pasti mempunyai alasan akan hal ini. " tutur Taehyung pada sosok di sampingnya.
"Jangan sok tau. " balas Jungkook pada Taehyung tanpa mengindahkan kalimat penghibur yang telah terlontarkan.
"Hei. Dengar, di sini banyak teman yang bersamamu kau pasti akan selalu tersenyum walaupun kau tengah sakit. Bahkan kau tak perlu lagi beradaptasi. "
"Tau apa kau soal kebahagiaan. Memangnya kau tau bahwa aku selalu bahagia disaat aku sakit? Memangnya kau juga tahu bahwa mereka semua sangat peduli padaku? Itu hanya sudut pandangmu, tapi tidak bagiku. Kita berbeda. "
Taehyung menghembuskan napasnya pelan, sebab harus mempunyai kesabaran ekstra untuk menghadapi pemuda berkulit putih itu. Ia sedikit merasa menyesal karena terjebak dalam situasi seperti ini dan melewatkan candaan garing dari para sahabatnya di kelas.
"Ya... Memang semua orang berbeda, tapi dengan hal itu kita bisa bersama. "
"Menurutku itu tidak, kau bicara seperti itu karena mereka selalu mendengarkanmu. Jika kau tidak ada pasti mereka mencarimu, sedangkan aku, mereka takkan mencariku walau aku mati sekalipun. "
"Aishh... Kau ini. Baiklah kalau begitu terserah kau saja, tapi aku akan membuktikan padamu bahwa semua perkataanku itu benar adanya. " ucap Taehyung yang kemudian berdiri dari tempatnya dan berjalan mendekat ke arah pohon maple.
"Simpan ini, berikan padaku jika kau telah merasa bahagia. Sampai daun itu kering pun kau tetap harus menyimpanya sampai waktu yang ku bicarakan telah terjadi padamu." lanjut Taehyung mengkhiri pernyataannya dan memberikan sehelai daun maple yang masih nampak segar di musim semi.
Taehyung pun beranjak dari tempat itu 10 menit yang lalu dan meninggalkan Jungkook yang entah bagaimana lagi perasaannya.
"Apa-apaan dia, se-enaknya saja. " monolog Jungkook pada sebuah daun pemberian Taehyung beberapa waktu lalu. Sebenarnya ia tak ingin menyimpan sesuatu yang tak penting baginya, namun benaknya berkata 'apa yang sebenarnya ia rencanakan?'.
Setelah acara kesalnya Jungkook beranjak untuk pergi ke kelas, sesampainya di sana hanya tatapan tanda tanya dari beberapa penghuni kelas. Jungkook pun tak bernafsu untuk melontarkan kata dari bibirnya. Dan pada akhirnya ia hanya diam dan duduk di tempat duduknya.
Ia meneggelamkan kepalanya di lipatan lengan, ia merasa kelelahan. Tentu saja karena telalu lama menggerutu dan merasa kecewa.
____________🌸🌿🌸_____________
JRENGG.....
aku datang dengan cerita baru lagi.
Ini adalah hadiahku untuk temanku.Baiklah...
Coment dan voment ok. 😉KHAMSAHAMNIDA... 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
LEAF [end]
FanfictionIni aku ambil dari kisah sahabatku. yang menceritakan dirinya dengan seorang teman yang membuat dirinya terlampau berbeda. cerita ini aku persembahkan untuk seseorang.