Jungkook tampak mengerjapkan kelopak matanya ketika hembusan angin dari jendela terbuka menyentuh wajahnya. Ia mendudukkan dirinya sekedar untuk merenggangkan tubuhnya.
Pukul 9 pagi. Jungkook tampak menggernyitkan dahinya, ia sadar bahwa sudah belasan jam ia tertidur dan juga disisi meja terdapat baskom dan handuk.
Jimin baru saja keluar dari kamar mandi dengan mengusak rambutnya yang basah. "Kau sudah bangun? Sudah merasa baik. " ia menyentuhkan punggung tangannya di atas dahi Jungkook sekedar mengecek suhu tubuhnya.
"Hmm. "Jungkook bergumam membalas pertanyaan Jimin. "Memangnya aku demam? " lanjutnya sedikit memiringkan kepalanya tanda ia tak mengerti.
"Tentu saja bodoh. " Jimin menonyor dahi mulus itu.
"Hyung... " Jungkook mengusap dahi mulusnya seolah ia telah tersakiti.
Jimin mendudukkan dirinya di ranjang Jungkook. "Memangnya kenapa lagi. "
"Seberapa panas? "
"Mungkin tiga buah telur goreng bisa matang di dahimu. "
Jungkook tampak mengerucutkan bibirnya, "Terlalu berlabihan. Hyung kau tidak sekolah? " pertanyaan itu mendapat jitakan untuk yang kedua kalinya.
"Kau pikir karena siapa aku begini eoh?!. "
"Berhenti melukai kepalaku. Tapi... Apa kau yang merawatku semalaman hyung? "
"Lalu siapa lagi. "
"Gomawo hyung. " Jimin tersentak kebelakang karena pelukan Jungkook yang tiba-tiba.
"Istirahatlah lagi, aku sudah menghubungi ayahmu. Nanti sore beliau akan menjemputmu pulang. Lalu bagaimana dengan telingamu, kau sudah bisa mendengar? "
"Sepertinya telinga kiri ku baik saja hyung."
"Kenapa masih saja dekat dengannya hah?! Sudah tau begitu, masih saja tak kapok. "
"Entahlah. "
🍃
Hosoek melajukan mobilnya menuju rumah sakit Myugsung, tempat dimana Jungkook pertama kali mendapat diagnosanya. Setelah mendapat kabar dari Jimin, Hosoek tak fokus dalam menjalankan tugasnya dan berakhir dengan ia meninggalkan setumpuk tugas untuk mahasiswanya.
Ia menjemput Jungkook setelah 1 jam Jimin memberitahunya, sesekali Hosoek memalingkan pandangannya pada sang putra karena sedari tadi tak ada percakapan diantara mereka. Tak seperti biasanya Jungkook akan membuka mulutnya menceritakan hal yang tak penting. Seperti ada kucing di kamarnya, sepatu Jimin yang hilang sebelah.
Entahlah sepertinya pemuda itu tak ingin berbicara saat ini. Hosoek berpikir untuk membuat sebuah topik pembicaraan.
"Kook-ah.. Dimana kaca matamu? " Ucap Hosoek dengan masih berkonsentrasi dengan menyetirnya.
Jungkook memalingkan pandangannya pada sang ayah dengan senyumannya. "Ah.. Itu.. It.. "
"Patah lagi? "Jungkook menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena mendengar tebakkan sang ayah yang sangat benar. "Kenapa bisa? " Hosoek bertanya kembali.
"Aku tak sengaja menindihnya. " Jungkook berusaha terlihat konyol agar ayahnya tak curiga.
"Lalu kenapa pendengaranmu bisa terluka? Ceritakan pada ayah. "
"Oeh.. Tadi malam aku terjatuh dari tangga, dan kepala bagian kananku membentur pegangan tangga. " akting Jungkook patut diberi award yang besar dari dunia, ini berhasil membuat Hosoek tak curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEAF [end]
FanfictionIni aku ambil dari kisah sahabatku. yang menceritakan dirinya dengan seorang teman yang membuat dirinya terlampau berbeda. cerita ini aku persembahkan untuk seseorang.