Semua di mulai ketika matahari mebiaskan cahayanya mengisi tempat yang gelap ketika malam menerpa, daun mulai merubah warna menjadi jingga kekuningan sesekali terambau di terpa angin. Musim panas telah berlalu ketika bulan September datang menggantikan bulan sebelumnya.
Beberapa orang terlihat berkencan dengan kekasihnya dan ada juga yang sedang berlarian mengikuti ke inginan buah hatinya. Jungkook tersenyum melihat pemandangan yang hanya bisa ia lihat seminggu sekali di balik dinding kaca ruang rawatnya, sesekali ia membayangkan bahwa dirinya berada di tempat itu.
Sudah 3 bulan dia mengikuti teraphy yang hanya bisa menjadi jaminan pada Tuhan untuk tak segera mengambilnya, Lay melarangnya untuk keluar dari ruangan. Bocah itu hanya bisa merasakan semua yang berada di luar lewat matanya yang masih Tuhan karuniakan.
Pandangannya tak secerah dulu, cekungan tercipta di sekitar mata tampak lebih dalam setiap harinya. Jari jemarinya nampak pucat dengan kuku yang tak lagi berwarna merah jambu karena kimia mengambil alih. Untuk duduk pun dia membutuhkan korset penyangga tulang belakangnya agar tetap tegak, beanie merah maroonnya menggantikan peran serabut lembut dark brown yang selama ini menjadi mahkotanya. Dia sepucat tokoh Voldemort di film Harry potter kesukaannya bedanya ia manusia.
"Hyung, mereka sangat bahagia. Seperti diriku sekarang karena bisa melihatnya. "
Sehun hanya bergeming, dia mengerti bahwa anak itu hanya berusaha bahagia. Setelah Chemonya yang ke-6 Jungkook bak se-ekor burung yang hidup di dalam sangkar, tak boleh keluar. Ruangannya pun bukan ruangan pada umumnya, kadar kelembapan dan sterilnya di jaga stabil. Semua orang yang mengunjunginya harus dalam keadaan steril dengan kostum yang telah di sediakan. Cairan kimia itu bagaikan vitamin bagi penyakitnya, bukan semakin menghilang namun semakin mengganas dan berujung dengan hanya meminum obat pereda rasa sakit.
Chemonya sudah di hentikan minggu lalu, bagi Jungkook ini sudah cukup membuat dirinya masih bisa merasakan sentuhan ayahnya.
"Tuhan sangat baik hati. seperti ayah yang selalu disampingku, Hyung dan Krish ahjussi seperti pelangi yang membuatku selalu melihat bahwa hidup ini tak menyedihkan. " bocah itu bergumam seolah kaca di hadapannya adalah Sehun yang sedari tadi hanya berdiri menjadi pendengar setia.
"Ayah selalu bilang padaku, semua orang itu bahagia dengan caranya bukan dengan lingkungan yang menentukannya. Seperti mereka yang tak seberuntung aku masih bisa merasakan sesuap nasi dan makanan lainnya. Mereka begitu bahagia-, "
"Kook... " dia terdiam karena seseorang yang memanggilnya yang ia yakini itu bukan suara Sehun atau pun semua orang yang selalu menemaninya. Seolah tak percaya dia menunggu apa yang akan terjadi setelahnya.
Seseorang telah berdiri menggantikan Sehun di sampingnya, dia meremas baju rawatnya karena tak ingin seseorang yang kini telah bersimpuh di hadapannya adalah salah satu orang yang tak ingin ia tambah bebannya.
"Aku merindukanmu... " sosok itu memeluk erat Jungkook seolah tak ingin kehilangan untuk yang beberapa kalinya, tubuhnya bergetar dia menagis sesenggukan di bahu Jungkook melampiaskan semua yang ia tahan selama ini.
"Kenapa kau lakukan ini pada kami? " Dia berucap di sela nafasnya yang kadang tercekat karena tangisnya, tak ada setitik air mata yang turun dari sudut mata milik Jungkook. Bocah itu hanya menepuk punggung sosok yang sudah menjadi sahabat sekaligus teman sekamarnya selama ia tinggal di asrama, siapa lagi jika bukan Park Jimin.
Suga menepati janjinya pada Jimin yang juga sudah berjanji untuk tidak memberitahu orang lain akan hal ini, setelah Suga mengatakan bahwa malam itu mereka akan terbang. Jimin tak tau mengapa perasaannya semakin tak bisa di kondisikan.
Jantungnya terpacu, darahnya berdesir, ketika sampai di rumah sakit tempat Jungkook mempertahankan hidupnya. Telapak tangannya berkeringat entahlah mengapa, mungkin ia tak ingin melihat bagaimana Jungkook sekarang. Sampai semuanya sudah jelas ketika Suga mengajaknya ke sebuah ruangan seperti ruang tamu yang terhubung dengan pintu kaca yang di baliknya terdapat seseorang yang sedang duduk di kursi roda dengan seseorang di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEAF [end]
FanfictionIni aku ambil dari kisah sahabatku. yang menceritakan dirinya dengan seorang teman yang membuat dirinya terlampau berbeda. cerita ini aku persembahkan untuk seseorang.