LEAF..🍃[4]

1.4K 219 33
                                    

Hidung itu sudah tampak memerah, mungkin jika ia berbicara tampaklah suaranya yang sumbang. Semenjak mengetahui tentang keadaan putra semata wayangnya Hosoek tampak seperti terjerembab di dalam jurang yang teramat dalam. Pikirannya melayang bimbang antara tetap tenang dan ketakutan.

Sudah terbayang di benaknya, bagaimana kesakitan yang akan dirasakan oleh putranya ketika melakukan cemoteraphy nanti. Sungguh rasanya ingin bunuh diri detik itu juga. Ia semakin sedih ketika terbayang wajah Jungkook sedang tertawa dan tersenyum ketika bersamanya. Tuhan... Kenapa kau memilihnya untuk menanggung semua ini.

"Ayah.... "Lenguhan halus itu dapat terdengar di telinga Hosoek ketika ia terlempar jauh pada prasangkanya.

"Sayang... Bagaimana perasaanmu heum? Ada yang sakit?. " Hosoek segera bertanya pada Jungkook agar perasaannya tetap tenang kata 'baik-baik saja' menjadi sedikit harapan.

Jungkook telah membuka matanya setelah seharian ia tak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit. Meski malam sudah larut Hosoek tak merasakan kantuk menyerangnya dan yang ia rasakan adalah senang telah melihat Jungkook membuka matanya.

"Ayah menangis..? " bibir Jungkook tak memberi jawaban atas pertanyaan sang ayah dan sekarang ia berbalik pada keadaan Hosoek dengan wajah sembannya.

"Tidak sayang, ayah hanya sedang flue. Jangan hawatir. " Hosoek mencoba mengatur ekspresi wajahnya, tangan kirinya pun masih bergerak memijat ringan tangan kanan Jungkook yang terbebas dari jarum infus. Dan tangan kanannya sibuk menata surai kecoklatan milik Jungkook.

"Ayah aku haus..." dengan segera Hosoek membantu putranya untuk bersandar dan membantunya meneguk segela air putih. Jungkook meneguk air itu hingga tersisa seperempatnya. "Terima kasih. "

"Kau sangat haus? " Hosoek mencoba bersikap seperti biasa, dan Jungkook hanya tersenyum mendengar pertanyaan tak penting sang ayah.

"Kau sudah sadar rupanya.? " interupsi seorang pria yang baru saja terbangun dari posisi tidurnya yang tidak nyaman.

"Krish ahjussi.? " bibir Jungkook merekah ketika melihat kehadira Krish di hadapannya. Pria jangkung itu memeluk ringan sosok di hadapannya.

"Kau senang aku disini? "

"Tentu saja. "

Krish dan Jungkook memang mereka sudah dekat, pasalnya pria maskulin itu menyukai anak-anak dulu dan juga ia mempunyai seorang anak laki-laki yang lebih tua 3 tahun dari Jungkook.

"Sudah memanggil dokter? Ah.. Pasti belum, kenapa tidak menekan tombol ini tadi heum? Pasti kau membuat ayahmu lupa. " setelah menekan tombol di atas ranjang itu Krish mencubit gemas pipi Jungkook dan meninggalkan bekas kemerahan disana.

"Hi Jungkook-ah kau terlihat sangat baik malam ini. " sapa seorang dokter bernama Suga pada Jungkook, dan Jungkook membalasnya dengan senyumannya.

Ruangan itu seperti menjadi milik mereka berdua dan seorang perawat di belakang Suga, untuk mencatat perkembangan Jungkook. Padahal 2 orang dewasa itu masih di dalam hanya saja jarak mereka agak jauh agar Suga lebih mudah untuk memerikasa keadaan Jungkook.

"Dokter kau sudah menikah? " pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Jungkook, Suga hanya terkekeh mendengarnya.

"Hahaha.. Apakah aku terlihat sangat tua?" Suga berbalik tanya pada sosok pasiennya itu sembari mengambil thermometer yang tadi ia selipkan di daun telinga Jungkook.

"Bukan, bukan begitu dokter. Hanya saja kau sudah menjadi dokter padahal kurasa kau masih sangat muda. "

"Panggil aku Suga Hyung. " ujarnya ketika ia telah melepas nasal canula dari hidung Jungkook.

"Baiklah Suga hyung. "

Beberapa menit lalu Suga keluar dari ruangan itu dan memberi pesan pada Hosoek agar Jungkook meminum 3 macam obat yang di berikannya itu dengan teratur. Sesuai perintah Suga ia memberikan obat itu, dan kini Jungkook tengah menidurkan kepalanya sembari memeluk erat pinggang Hosoek. Kebiasaan ini sering dilakukan Jungkook ketika sakit, meminta sang ayah menimangnya hingga ia tertidur.

"Tidurlah sayang, bermimpilah yang indah. " Hosoek menghentikan usapan sayangnya pada punggung Jungkook ketika ia telah merasa dengkuran halus itu terdengar, ia pun dengan lembut menidurkan posisi itu diatas bantal agar lebih nyaman. Kemudian menelungkupkan selimut itu sebatas perutnya.

"Ayah mencintaimu sayang, bertahanlah. " ia mengecup ringan kening Jungkook.

🍃

Pagi ini matahari bersinar sangat cerah, secerah hati seorang Kim Taehyung. Suasana hatinya sangat bagus hari ini ia pun memakan sarapannya dengan lahap.

"Tae, apa Jungkook menghubungimu? " interupsi Jimin dan segera mendudukkan dirinya di kursi samping Taehyung.

"Tidak, apa sakitnya sangat parah? Tak biasanya dia begini. Sesakit apapun dia, dia pasti menelpon mu atau aku iyakan? "
Taehyung memastikan pernyataannya dan segera menerima anggukan dari Jimin.

Tak lama setelah percakapan ringan itu, ponsel milik Jimin bergetar dan menampakkan Id name milik orang yang tadi mereka bicarakan.

"Hei. Kau baik sajakan?! " suara Jimin menyambar begitu saja dan membuat orang di seberang tertawa.

"Iya hyung aku baik saja, hyung jika kepala asrama menayakanku mungkin aku akan kembali lusa. " jelas Suara milik Jungkook.

"Berikan padaku. " itu suara Taehyung yang sedang berbisik dan meminta paksa ponsel itu. "Cepat kembali, kau tak rindu padaku ha!" sergah Taehyung dan sekali lagi Jungkook tertawa.

"Aku sangat merindukanmu hyung. " suara itu tampak terkekeh bahagia karena menurutnya suara Taehyung lucu.

"Jika begini kau seolah sangat menyayanginya, tapi jika kau marah kau bak monster yang sedang kelaparan. Taehyung-ah cobalah mengendalikan amarahmu karena Jungkook tak akan melawan jika kau pukul karena dia akan merasa bersalah karena membuatmu marah. "

"Ingatlah dia mengganggap mu sahabat dan sekaligus saudaranya, ya mungkin dia egois namun di balik itu ia ingin perhatianmu. Kau mengertikan bahkan kau punya seorang adik di rumah. "

Nasehat Jimin panjang lebar pada pemuda tan itu ketika panggilan telephon telah berakhir beberapa waktu lalu.

____________🌻🌿🌻_____________

COMENT DAN VOMENT
OKAY.... 🐰
KHAMSAHAMNIDA. 😉

LEAF [end] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang