"Kook-ah... Ayah membuatkanmu penekuk isi coklat kesukaanmu, kau ingin memakannya di depan TV atau di meja makan? " Hosoek melunturkan senyumnya ketika ia melihat wajah sang putra memandang kosong meja makan di hadapan nya.
Hosoek ingin sekali mengakhiri ini semua, jika saja ia bisa mengubah skenario tuhan. Namun apalah daya, dia hanyalah seorang manusia biasa. Hosoek menyentuh tangan dingin sang putra, dan mengulas senyumnya ketika manik mata mereka bertemu.
"Kau baik saja sayang.? " Jungkook mengaggukkan kepalanya dengan senyum seperti biasa, Hosoek tau itu senyum yang di paksakan.
"Ayah sudah selesai memasak? "
"Emm.. Kau ingin memakannya dimana? "
"Disini saja bersama ayah. "
"Baiklah. "
Suasana hening tercipta di acara sarapan pagi ini, tak seperti biasanya. Jungkook hanya terdiam menikmati makanan buatan sang ayah, dia berubah setelah mendengar keadaan dirinya. Hosoek tau perasaan putranya, namun ia merasa tak berguna jika melihat anaknya seperti ini.
"Kook-ah.. Ayah akan pulang siang nanti, kau ingin pergi kesuatu tempat? " Jungkook mengalihkan perhatiannya pada sang ayah.
"Ania... Tapi, aku hanya ingin kembali ke asrama nanti sore. Ayah bisa mengantarkan aku? " Hosoek tercengang mendengar penuturan putranya.
"Ayah tak usah hawatir, selama masih ada obat itu aku baik saja. " ingin sekali rasanya Hosoek menangis meronta saat itu juga.
"Kenapa terburu sekali? Tak biasanya jika pulang ingin langsung kembali. "
"Tak apa, aku hanya ingin berkumpul dengan temanku. "
"Yasudah kalau begitu, ayah pergi dulu. " Hosoek mengecup ringan kening putranya, untuk tanda ia berpamitan pergi bekerja.
Dan sekarang tinggallah Jungkook yang sendirian di rumah, tanpa melakukan apapun. Hosoek melarangnya melakukan pekerjaan rumah, dan sepertinya rumah juga terlihat bersih.
Jungkook mendudukkan dirinya di hadapan televisi, sekedar menikmati acara yang tak jelas. Masih terbayang di benaknya ucapan Suga kemarin, dia merasa tak berguna. Seiring berjalannya waktu tubuhnya itu akan berhenti berfungsi.
🍃
30 menit yang lalu Jungkook telah sampai di asramanya, sekarang ia duduk di atap menikmati angin musim semi di sore hari. Menikmati belaian angin yang menyentuh kulit wajahnya. Ia memejamkan matanya menghayati irama angin yang berdawai di telinganya, sesekali ia bersenandung mengiringi.
"Sedang apa kau disini? " Jungkook membuka matanya setelah ia merasa ada seseorang yang sekarang duduk di sampingnya.
"Taehyung hyung? "Pemuda berkulit tan itu mengulas senyumnya.
"Matahari akan tenggelam, kau akan terkena flue. Ayo masuk. " Jungkook menegakkan tubuhnya karena Taehyung menariknya untuk berdiri.
Sepanjang jalan mereka hanya bergurau, bercerita hal konyol. Seperti itulah Jungkook seorang yang tak pernah serius dan selalu saja mengeluarkan candaan yang absurd.
"Sudah ku bilang jangan dekat dengannya" sergah Jimin pada teman sekamarnya itu dan kemudian hanya mendapat senyuman.
"Aku baik saja. "
"Setelah ini ada perkumpulan di aula utama, sepertinya kepala asrama akan mengumumkan sesuatu. " mood Jungkook turun seketika karena mendengar kabar itu. Pasalnya pasti perkumpulan itu akan berlangsung sangat lama, pernah ketika itu mereka harus tidur di tengah malam hanya karena penyelesaian masalah sepele.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEAF [end]
FanfictionIni aku ambil dari kisah sahabatku. yang menceritakan dirinya dengan seorang teman yang membuat dirinya terlampau berbeda. cerita ini aku persembahkan untuk seseorang.