Gemericik air terdengar dari tetesan alam yang tumpah ruah membasahi bumi, hujan yang menyejukkan tidak terlalu deras. Membuat seseorang yang mendengarnya bagaikan musik yang mengalun. Lelaki paruh baya itu menampakkan dirinya dengan baskom serta handuk ditangannya.
Ia mendudukkan dirinya lebih rendah dari tempat putranya bertengger, dengan penuh kelembutan Hoseok memijat sesekali membersihkan sela-sela jari kaki putranya dengan air hangat.
Jungkook hanya diam, memperhatikan sang ayah yang terfokus pada kakinya. Mungkin pijatan itu akan sangat nyaman dan bahkan akan terlelap karenanya. Namun tidak dengan dirinya yang sudah kehilangan kepekaan perasa karena takdir mengambilnya.
"Sudah selesai. " pemuda itu tersenyum pada ayahnya ketika obsidian mereka bertemu. "Ayo kita makan malan Kookie. " Hoseok mengalungkan tangan putranya kemudian mendudukkannya diatas kursi roda.
Bangunan ini tampak sepi jika hujan tidak turun, Sehun masih berada di kampusnya sedangkan Krish entah kapan ia akan kembali. Setidaknya mereka tak tinggal berdua saja di rumah ini mungkin bisa di sebut istanah. Pelayan disana sangat ramah meskipun tak ada satupun dari mereka yang berasal dari Asia.
Tadi siang Jungkook pulang setelah chemo minggu ke tiganya, ia mengerti tak ada kemajuan dari dirinya. Semua terasa sia-sia tapi ia bertahan karena sang ayah selalu di sampingnya, merawat dan menyayanginya tanpa pamrih yang selalu mengahdirkan kata penghangat sejak ia membuka mata hingga pergi kembali ke alam mimpi.
"Apa terasa aneh? " Jungkook menggeleng memberi kelegaan pada sang ayah. "Lanjutkanlah, jika hari ini sampai tiga hari kedepan tak ada masalah. Ayah akan membuatkanmu bibimbap dan bulgogi. "
"Terima kasih yah. "
Entah sudah berapa lama masakan itu tak menyapa lidah bocah itu, ingin pun pasti akan keluar lagi dari perutnya. Perutnya hanya menerima bubur lembek dan jus apel. Meja makan terasa hening, Hoseok hanya terfokus pada makanannya. Entah ia menikmati atau tidak, Jungkook tak bisa menebaknya.
Ingin berbicara pada pelayan yang sedari tadi berdiri di sisi meja, bahasa Inggrisnya tak fasih. Suasana makan malam yang buruk.
"Ayah.. " Hoseok mengalihkan fokusnya pada sang putra. "Aku ingin bicara sesuatu. "
"Bicaralah. "
"Apa ayah kenal dengan ibu dari Jimin temanku.? " Hoseok menggernyit, memutar otaknya menemukan ingatan yang mungkin tak sengaja terkubur.
"Ya, sepertinya ayah tau. Kang Sooyoung, benarkan? " Jungkook membenarkan tebakan sang ayah."Memangnya ada apa?"
Anak itu menyamankan posisinya yang duduk diatas kursi karena sang ayah memindahkan dirinya sebelum makan malam di mulai.
"Dia wanita yang baik, bukankah begitu yah? " Hoseok meng-iyakan setelah menyuap makanan dalam mulutnya. "Dan cantik. "
"Apa ada yang kau inginkan? " Hoseok sudah merasa aneh akan topik pembicaraan ini.
Jungkook mengeratkan tautan jarinya."Menikahlah dengannya. "
"Apa?! " ia tahu pasti ini tidak akan mudah, sudah berminggu telah otaknya lumat sebaik mungkin agar sang ayah tidak marah. "Kau bercanda.? " dengusan tercipta dari Hosoek, kenyataan apa lagi ini. Cukup hanya melihat belahan jiwanya kesakitan ia sudah merasa akan mati.
Jungkook menggelengkan kepalanya cepat, mengelak argumen sang ayah. "Aku tidak bercanda ayah. " ia mengeratkan tangannya lengan Hoseok sebagai tanda prmohonan.
"Kau tidak mencintai ibumu lagi. " Jujur, anak itu takut ketika maniknya sudah bertemu dengan sang ayah.
"Bukan, bukan begitu. Ibu tak tergantikan sampai kapanpun, tapi ini berbeda ayah. "

KAMU SEDANG MEMBACA
LEAF [end]
FanfictionIni aku ambil dari kisah sahabatku. yang menceritakan dirinya dengan seorang teman yang membuat dirinya terlampau berbeda. cerita ini aku persembahkan untuk seseorang.