Dengan bersemangat pemuda tan itu memasuki asramanya, ia sedang tidak sabar untuk bertegur sapa dan bercanda dengan sahabat karibnya. Namun senyumnya menghilang ketika mendapati bangku yang tepat di sebelahnya tak berpenghuni.
"Jimin-ah, apa Jungkook tidak masuk sekolah hari ini? "
Jimin mendudukkan dirinya. "Dia belum datang, aku pun tak bertemu dengannya. " Taehyung mengaggukkan kepalanya mengerti.
Baiklah apa salahnya menunggu, mungkin nanti siang, atau pun sore, jika bukan pasti malam harinya ia akan datang. Taehyung memandangi kotak yang berisi makanan kesukaan Jungkook, hari ini dia ingin sekali makan bersama seperti kebiasaan yang sering mereka lakukan setiap setelah pulang. Nampaknya Jungkook tak akan datang hari ini, melihat ini sudah pukul 10 malam. Gerbang asrama akan tutup dan tidak menerima tamu.
"Kenapa kau membuatnya jika kau tak memakannya. " interupsi Seokjin yang datang dari kamar mandi. Lalu duduk di kursi dan berhadapan dengan lawan bicaranya.
Tehyung mengulas senyumnya kemudian. "Ah... Bukan begitu. Hanya saja aku akan memakannya dengan Jungkook, ini makanan kesukaannya. Namun, tampaknya dia tak datang hari ini. Tak biasanya. " Seokjin menepuk pelan pundak Taehyung.
"Tenanglah, mungkin besok dia akan datang. Makanlah, kasihan ibumu yang membuatnya dengan susah."
"Kau mau menemaniku memakannya hyung,? aku tak akan bisa menghabiskannya."
"Aihh... Bocah bodoh." Taehyung terkekeh karena ulah Seokjin yang menonyor dahinya.
Pagi ini tak ada bedanya dengan kemarin bagi Taehyung, adik kecilnya tak datang keasrama. Menghubunginya pun operator yang menjawab, ia ingin sekali pergi kerumah Jungkook dan memastikan semuanya. Tapi itu sangat tidak mungkin karena ini masih jam sekolah.
Ada kekhawatiran yang menghantui hatinya, tak biasanya ia rasakan jika Jungkook tak masuk sekolah tanpa kabar. Beberapa kali ia datang ke kantor kepala asrama untuk menanyakan mungkin Jungkook meminta izin karena sebuah keperluan, namun selama 2 hari ini jawaban mengecewakan yang selalu ia dapatkan.
🍃
"Ayah bilang DUDUK! " Hoseok mengeraskan suaranya pada putra semata wayangnya itu. Jungkook terdiam dan tak membuka mulutnya lagi, tak ada alasan lagi jika ayahnya sudah marah. Dia merutuki dirinya mengapa dia harus menolak untuk duduk di atas kursi roda. Andai saja dia menurut pasti sang ayah tak akan membentaknya.
Sudah 1 minggu lamanya Jungkook di rawat di rumah sakit setelah kejadian malam itu, pagi ini saatnya Jungkook untuk pulang ke rumah. Tak ada halangan baginya untuk mengelak ketika Suga mengatakan boleh untuk meninggalkan rumah sakit.
Setelah alergi Jungkook yang tiba-tiba itu teratasi, ke esokan harinya Suga melakukan chemoterphy yang ke-dua kalinya. Suasana hening tercipta di dalam mobil itu, Sehun sedari tadi hanya terdiam dan sesekali melihat wajah sepasang ayah dan anak itu.
Sehun tak menyangka akan berdampak seperti ini, menurutnya Hosoek lebih menyeramkan di banding Krish ketika sedang marah. Baginya di diami itu sangat menyakitkan apalagi oleh orang tua sendiri.
Tak berselang lama, mobil sedan hitam itu sudah terparkin di halaman sederhana. Sehun bergegas mengambil kursi roda yang berada di dalam bagasi mobil.
"Aku akan jalan sendiri hyung. " Sehun menghentikan pergerakan tangannya yang akan membantu Jungkook untuk duduk di atas kursi roda.
"Tapi-, "
"Biarkan saja Hun-ah. " entah sejak kapan Hosoek telah berdiri diantara mereka berdua. Sehun memandang punggung Hosoek yang membuka pintu rumah itu. Astaga, apa perang dingin belum selesai? Sehun menghela nafasnya melihat interaksi ayah dan anak yang saling mempertahankan ke egoisan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEAF [end]
FanfictionIni aku ambil dari kisah sahabatku. yang menceritakan dirinya dengan seorang teman yang membuat dirinya terlampau berbeda. cerita ini aku persembahkan untuk seseorang.