Baper 1

539 20 14
                                    

"Baper itu terjebak antara khayal dan fakta"

-Cynthia Utami-

Mungkin quote diatas yang selalu di rasakan Alan selama ini. Faktanya selama ini Alan suka seseorang tapi orang tersebut gak ada rasa dengannya kecuali berteman. Faktanya lagi, kalau ada seseorang yang suka sama dia, tapi dia gak ada rasa sama orang tersebut sama sekali. Salah gak sih? Normal gak sih? Karena sepengamatan Alan, kalau temannya suka sama cowok, cowok itu juga suka sama dia. Dan akhirnya mereka jadian. Sesimpel itu.

Tapi kenapa yang terjadi di hidup Alan malah sebaliknya. 80 dari 100 persentase orang yang dia sukai gak suka sama dia. Sementara 20% nya malah orang yang suka sama dia, tapi dia gak suka. Rumit memang.

Balik lagi ke quote diatas. Terjebak antara khayal dan fakta. Ada lagi kasus yang terdirat dengan quote diatas, seorang cowok naksir berat sama cewek teman sekelasnya, di ngejar si cewek sana sini, tapi si ceweknya biasa aja sama dia. Sementara si cewek, ternyata lebih memilih untuk berpacaran sama kakak kelasnya yang kata cewek-cewek di sekolah sih mirip jefri nichole. Bagaimana nasib si cowok? Ya, cuma bisa berkhayal mendapatkan si cewek. Mudahnya, ekspektasi gak sesuai realita.

                           *************

"Lan gue curiga deh liat Andy. Dari gelagatnya sih dia naksir lo Lan." Saat ini Alan dan salah satu temannya Bima sedang berada di sebuah toko buku. Seperti biasanya, setiap sekali dua minggu Alan bakal memborong novel-novel untuk di jadikannya stok bacaan di malam minggu.

"Lo apaan sih Bim, gak ada apa-apa sih si Andy sama gue. Udahlah." Bukan berarti Alan gak tau gelagat Andy kalau di dekat dia. Udah berapa banyak sih cowok yang mundur perlahan karna Alandia Shinta memperlihatkan secara terang-terangan kalau dia gak suka sama cowok-cowok tersebut. Which is dia hafal di luar kepala. 

"Kenapa lo gak coba buat dekat sama Andy sih Lan? Gue aja, kalau gue jadi cewek nih ya, gak bakal gue tolak si Andy. Tampang oke, otak encer, ke sekolah aja bawa mobil. Yaa, hitung-hitung lo pulangnya aman selamat sentosa sampe rumah. Gak keujanan, gak kepanasan kalo nebeng pulang mulu bareng kita-kita."

Alan masih sibuk memilah-milah novel mana yang akan dia masukkan ke karanjangnya saat ini. Sebelumnya Alan membaca sinopsis di sampul belakang novel tersebut.

"Oh, jadi selama ini kalian keberatan ya kalo gue nebeng pulang mulu? Gitu? Gak ikhlas ya? OK fine!" Alan melempar satu novel ke dalam keranjangnya. Alan berangsur ke rak buku selanjutnya, memindai novel mana yang akan jadi target selanjutnya sekaligus meninggalkan Bima yang masih berdiri di tempat semula.

Alan berbalik, sambil memegang sebuah novel baru. "Lagian ya Bim, urusan hati mah gak bisa dipaksa. Kalo lo bilang sendainya pun lo jadi cewek dan bakal suka sama Andy, gue enggak. Enggak sama sekali. Lagi pula gue gak liat cowok itu dari mobilnya. Gak liat cowok dari tampangnya. Tapi liat habit-nya." Alan menarik napas panjang.

"Lo sih gak tau aja Andy itu anaknya gimana. Dia mah hobinya flirting sama cewek-cewek. Apalagi sama tampangnya yang bisa dibilang diatas rata-rata, ya gampanglah buat dia deketin cewek-cewek."

"Udah ah, kenapa lo jadi urusin gue sih." Alan berbalik membaca sinopsis novel yang ada di genggamannya. Karna dirasa kurang menarik, Alan mengembalikan novel tersebut di rak semula.

"Sorry deh Lan. Maksud gue kan biar lo ada temennya. Gak baca novel mulu kalo malam minggu." Ucap Bima dengan Nada lesu.

"Gue gak perlu seseorang buat nemenin gue di malam minggu. Gue gak butuh seseorang buat anter jemput gue sekolah. Selagi gue masih punya temen, gue gak bakal sepi." Balas Alan.

"Kecuali, kalau kalian gamau temenan sama gue lagi." Alan berjalan cepat meninggalkan Bima yang tersententak dengan kalimat terakhir yang di lontarkannya.

Sebenarnya dia gak bermaksud untuk membuat keadaan menjadi awkward seperti ini. But please, umur aja belum genap 17 tahun. Emangnya Alan mau nikah diumur 18 tahun? Yang mesti ngejar target jodoh dini hari?

BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang