Pukul delapan tepat, Alan sudah berada dirumah. Jangan tanya berapa banyak novel yang sudah ia beli hari ini. Alan punya satu lemari rak khusus tempat menyimpan novel-novel yang sudah dia koleksi sejak dia berada di bangku SMP.
Alan baru selesai makan malam. Seperti rutinitas keluarganya, setiap makan malam semua anggota keluarga harus berkumpul dan saling cerita bagaimana kegiatan mereka masing-masing. Pukul setengah sembilan setelah selesai makan malam, Alan dan bunda merapikan meja sisa makan malam mereka. Sementara bunda merapikan meja makan, Alan sudah siap sedia menerima tumpukan piring kotor yang akan dieksekusinya malam ini.
Alan memang satu-satunya anak perempuan dikeluarga. Sementara dia memiliki dia orang kakak laki-laki. Meskipun begitu, bunda dan ayahnya memilih tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga. Karena, anak-anak mereka sudah beranjak dewasa. Dan sudah seharusnya mereka di beri tanggung jawab. Mulai dari hal kecil yang ada di rumah, sehingga mereka bisa dan akan terbiasa menerima tanggung jawab lain nantinya.
**************
Alan membaringkan badannya dia atas kasur. Ia mengambil ponselnya dan melihat beberapa notifikasi. Ada beberapa notifikasi WhatsApp dari teman-temannya dan Lima panggilan tak terjawab dari Nomor tak dikenal. Alan menyipitkan matanya berusaha melihat dengan jelas deretan angka yang tadi meninggalkan jejak di ponselnya.
Alan membalas satu persatu pesan dari teman-temannya. Hingga satu pesan terakhir yang belum dia balas. Alan melihat kembali deretan nomor lainnya. Nomor tak dikenal, dan entah siapa. Tidak biasanya Alan mendapatkan nomor asing yang tiba-tiba singgah di ponselnya. Tak menunggu lama, Ia membuka Isi pesan tersebut.
From : +62 888 7368 xxxx
Hai Alandia... :)"Ini siapa?" Tanpa pikir panjang Alan membalas pesan tersebut..
To : +62 888 7368 xxxx
Hai, sory ini siapa?Sent~
Alandia mencoba menunggu balasan pesan tersebut. Sembari menunggu, sekilas ia terpikir dengan kata-kata Bima tadi siang. "Gue tau kalo akhir-akhir ini Andy deketin gue. Tapi gue kan gak suka Andy. Percuma juga kalo gue nunjukin gue suka tapi sebenernya gue gak suka. Gue gak mau jadi fake. Perasaan itu bukan untuk di tarik ulur." Batinnya. Lama ia memikirkan bagaimana cara menolak Andy agar tidak mendekati dia lagi. Tapi, yang Alan takutkan saat ini adalah bagaimana kalau selama ini dia hanya terlalu merasa percaya diri? Bagaimana kalau selama ini Andy cuma ingin berteman, makanya Andy selalu mendekatinya. Atau bagaimana cara dia meyakinkan kalau Andy memang benar-benar suka sama dia.
Sudah cukup lama Alan bergumul dengan rasa galaunya. Rasa yang membawa perasaannya menjadi tak menentu. Bukan perasaan yang dikatakan orang-orang sedang jatuh cinta. Tapi lebih tepatnya perasaan tidak jelas yang dia kira dan mungkin tidak sesuai dengan kenyataannya. Yang pada akhirnya menemaninya hingga tertidur.
Tak cukup lama dia tertidur, kemudian terdengar suara ponselnya yang terletak tepat di sebelah bantal berdering keras. Alan mengernyit, matanya belum sepenuhnya fokus. Apalagi otaknya yang masih berada di alam tidurnya. Alan melihat ponsel tersebut. Memperlihatkan deretan nomor yang sedari beberapa jam lalu meninggalkan panggilan tak terjawab. Rasa kantuk yang berlebihan membuat Alan lebih memilih menolak panggilan tersebut dari pada menjawabnya.
Belum sampai sepuluh menit matanya terpejam dan otaknya kembali berkeliaran di alam mimpi, benda pipih berwarna putih tersebut kembali mengeluarkan suara busing serta getaran yang membuat sang empunya terganggu. Dengan kesal Alan kembali membuka matanya, kembali melihat sederetan angka yang sama yang mengirimkannya pesan via whatsaap. Tanpa pikir panjang Alan menggeser gambar berwarna hijau ke arah kanan dan bersiap mengeluarkan semua amarahnya.
"Heh sinting! Lo tau gak sih ini jam berapa? Ganggu orang kira-kira dong. Lo gak punya jam di ya rumah? Pikir dong, ini jamnya orang istirahat. Bukan buat digangguin kaya gini." Alan memutus sambungan sepihak. Ia kesal. Kesal Karna seseorang diseberang Sana yang tak tau siapanya dengan tidak tahu diri berani-beraninya mengganggu jam istirahat seorang Alandia.
Alan memilih mematikan ponselnya. Melanjutkan kembali tidurnya yang terputus karena gangguan dari orang gila yang dia tak tau siapa. Alan melirik jam berbentuk bunga sakura di dinding seberang tempat tidurnya. Pukul 2.20 dini hari. Artinya masih ada 4 jam 40 menit lagi sebelum dia bangun untuk dia bersiap ke sekolah keesokan harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baper
Teen FictionCewek baper yang bertemu dengan murid baru disekolahnya. Cowok tersebut adalah teman dekatnya semasa kecil. Dewa, begitu dia di panggil. Kembali ke kota dimana dia mengukir kenangan bersama seorang teman kecilnya, Alandia. Dewa berjanji akan selalu...