Baper 17

135 6 0
                                    

Raka : Kamu apa kabar?
Alandia : Baik. Kamu?
Raka : Aku juga baik. Kangen nih sama kamu
Alandia : Apaan sih Ka.
Raka : Tapi serius kan kamu baik-baik aja?
Raka : Gak bohongkan?
Alandia : Beneran kok. Aku gak papa.
Raka : Biasanya kalo cewek bilang gak papa, pasti ada apa-apanya. Aku telfon kamu sekarang.

Layar ponsel yang tadinya menampilkan percakapan mereka di salah satu aplikasi sekejap berubah menjadi panggilan. Tertulis nama Raka disana. Tak pikir lama, Alan menerima panggilan tersebut.

"Kamu gak sakit lagi kan?"

"Mmmm...."

"Jawab Lan.. Kok malah diem."

"Gak kok. Aku gak sakit."

"Tapi katanya kemaren kamu pingsan."

"Lho, kamu tau dari mana?"

"Kamu kenapa?"

"Jawab dulu Ka, kamu tau dari mana?"

Seketika rasa penasaran menyeruak. Tidak mungkin Raka tau kalau dia pingsan tanpa ada yang memberi tau.

Alan masih saja memaksa Raka untuk mengaku. Tapi Raka sungguh pandai berkelit. Dia mencari topik lain agar Alan melupakan pertanyaannya. Tapi tetap saja Alan dengan kekeuh menanyai Raka, dari mana Raka tau kalau kemarin dia pingsan?

"Kasih tau atau besok-besok aku gamau angkat telfon kamu lagi. Gamau bales chat kamu lagi."

"Nanti kamu juga bakal tau tanpa aku kasi tau."

"Ya gak bisa gitu dong. Kan aku maunya sekarang."

"Please Lan, untuk saat ini itu pertanyaan sulit buat aku."

"Itu gak sulit sama sekali Ka. Kamu tinggal sebut siapa orangnya. Just it. Gak susah."

"Aku minta maaf, untuk saat ini aku gak bisa kasih tau kamu. Dan, see you on your birthday sweet darling."

Panggilan dimatikan secara sepihak. Alan geram. She had no clue. Apa sih maunya Raka? Dan ulang tahun? Tiba-tiba saja dadanya bergemuruh. Apakah benar Raka akan menemui Alan di hari ulang tahunnya. Antara percaya dan tidak. Pada akhirnya yang diinginkan Alan akan segera terlaksana. Bertatap muka dengan Raka. Menghilangkan semua rasa penasarannya.

Dua bulan lagi bukanlah waktu yang lama. Dan Alan akan memulai hitungan mundurnya untuk bertemu Raka. Alan sangat berharap jika memang nantinya mereka bertemu, hal tersebut tidak mengubah seperti saat ini. Bahkan menjadi bertambah dekat. Alan berharap.

                         **************

Ini minggu pertama Alan memulai menghitung mundur. Sudah 7 tanda silang berwarna merah dia gambarkan di kalender mejanya. Ah, rasanya tidak sabar untuk segera bertemu. Disamping itu Raka mulai mengurangi intensitas untuk berhubungan dengan Alan. Entah apa rencana lelaki tersebut. Mungkin saja strategi untuk membuat Alan semakin penasaran dengan sosoknya.

Saat Raka mulai mengurangi untuk berhubungan dengan Alan, di saat itu juga Dewa semakin gencar untuk mendekati Alan. Mulai dari pagi hingga malam. Mulai dari bangun tidur hingga Alan terlelap. Harusnya Alan bersyukur, banyak yang menyayanginya. Orang tuanya, saudaranya, Raka, hingga Dewa. Ia dikelilingi banyak cinta di lingkungannya.

Hari minggu di Ibu kota biasanya adalah hari untuk bermalas-malasan. Biasanya Alan juga melakukan hal demikian. Tapi tidak untuk hari ini. Tepat pukul enam pagi, ia sudah bersiap-siap dengan segala kelengkapannya. Mulai dari topi, jaket, sepatu, botol minum dan sepeda. Ya sepeda. Alan sudah berjanji untuk menemani Dewa ke Acara Car Free Day. Mereka akan bersepeda disana. Alan pun bingung terkadang, mengapa minggu ini ia terlalu produktif? Biasanya jam begini ia lebih memilih untuk berbaring di Balik selimutnya sambil menonton drama Korea, hingga tertidur kembali.

"De, lo sering ke Acara ginian?"

Hampir satu jam mereka bersepeda. Karena Alan sudah merasa penat, mereka memilih untuk beristirahat sejenak. Duduk di bawah pohon tepat dipinggir trotoar.

"Lumayan. Sejak pindah kesini lagi."

"Lho, emangnya lo pernah tinggal di sini sebelumnya?"

"Gue dari kecil disini."

Alan menyimak dengan seksama. Dewa dengan lancar menceritakan detail kehidupannya. Ya dengan maksud lain ia ingin Alan setidaknya mengingat sedikit saja tentangnya.

"Jadi kita tetanggaan dong?" Tanya Alan antusias.

Dewa hanya menjawab dengan anggukan lemah sambil tersenyum. Masih, Alan masih tak mengingat sedikitpun tentang dirinya dan masa kecil mereka. Dewa tetap bersabar. Seperti perkataan bunda, kalau ingatannya bisa kembali secara tiba-tiba. Dan Dewa akan selalu menunggu saat itu.

BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang