Baper 20

121 5 0
                                    

Tiga hari lagi Alan akan merayakan ulang tahunnya yang ke 17. Tak sabar rasanya. Mungkin Alan salah satu gadis beruntung yang bisa merayakan ulang tahun ke-17 nya secara meriah. Walaupun hanya diadakan di taman belakang rumahnya, tapi itu sudah lebih dari cukup.

Bukan hanya ulang tahunnya yang menyita perhatian dan waktu, tapi juga semua kegiatan sekolahnya. Bagaimana tidak dua minggu terakhir dibulan ini adalah ujian nasional. Sibuk belajar setiap harinya membuat Alan mengabaikan semua kotak-kotak berwarna yang selama sebulan terakhir telah memenuhi salah satu sudut kosong dikamarnya. Lima warna berbeda, merah, biru, pink, hijau, dan ungu. Dengan masing-masing instruksi yang masih di abaikan Alan.

Kotak terakhir sedikit menggelitik hatinya. Rasa penasaran menyeruak, tapi untungnya Alan masih bisa menahan diri.

"Bukalah tepat jam 12 malam, tiga hari lagi."

Begitulah instruksinya. Tepat pada waktu ulang tahunnya. Apakah ini kado ulang tahun? Tapi mengapa terlalu misterius? Kadang Alan tak habis fikir.

Layar putih ponselnya menampilkan satu notifikasi. Alan membulatkan matanya. Antara percaya dan tak percaya.

Raka : Hi, apa kabar?

Alan meninggikan egonya. Dia marah, tentu saja. Setiap hari Alan menunggu kabar dari Raka. Lalu tiba-tiba Raka menyapanya lewat sebuah pesan seperti tak ada apa-apa diantara mereka.

Alan lebih memilih untuk mematikan ponselnya dan melemparnya asal, lalu meninggalkan kamar.

                                *****

Hari yang dinanti akhirnya datang juga. Ulang tahun Alandia bertepatan dengan hari sabtu. Sementara malamnya, Acara ulang tahun diadakan. Outdoor party. Di taman belakang rumah.

Semua persiapan sudah 99%. Tinggal bagaimana nanti semua akan berjalan lancar atau tidak. Tapi pastinya Alan berharap ini akan menjadi hari yang membahagiakan bagi hidupnya. Ulang tahun ke-17 yang tak terlupakan.

Jarum jam menunjukkan pukul empat sore. Semua keluarga dan sahabat-sahabat terdekat Alan sudah berada di rumah sejak pukul satu siang tadi. Mereka membantu segala perlengkapan dan persiapan yang di rasa kurang.

Langit begitu cerah. Mudah-mudahan akan selalu cerah hingga Acara selesai nantinya.

Tok..Tok..Tok..

Bima berlari menuju pintu rumah Alan. Melihat siapa yang datang. Ternyata kue ulang tahun sahabatnya. Bima melihat dua orang membawakan kue beserta kue-kue kecil lainnya. Mereka bertanya dimana kuenya akan di letakkan. Bima mempersilahkan mereka langsung menuju taman belakang.

"Ini pasti bakal jadi ulang tahun yang mevvah!!" Ucap Kiki khas gaya kids jaman now.

"Apaan sih Ki. Ini sih bukan ulang tahun, tapi nikahan. Hahahaha." Kali ini Bima ikutan menggoda Alan.

"Yee, kalo nikahan ntar, gue mah di hotel. Atau di gedung. Nikahan di rumah mah sesek." Alan terlihat sedikit kesal. Tapi dalam hatinya, dia bersyukur banyak orang yang sayang padanya. Terlebih sahabat-sahabatnya ini. Walaupun mereka semua lelaki, tapi mereka tak sungkan untuk membantu atau menasehati Alan dalam urusan apapun itu.

Sebuah kue berwarna putih dengan sentuhan ombak berwarna biru disetiap pinggirannya. Pasir pantai yang terbuat dari bread crumbs, serta kerang dan coral berwarna soft yang terbuat dari fondant. Serta tak lupa untaian mutiara yang menambah kesan pantai pada kue tersebut.

Alan sangat senang melihat kue ulang tahunnya sendiri. Kue yang di letakkan diatas meja tepat di pinggir kolam ikan koi kesayangan ayahnya. Memang Alan menginginkan tema a la pantai pada acaranya. Dengan dress code "casual" untuk teman-temannya.

                    ************

Tiga puluh menit menjelang Acara ulang tahunnya. Sudah banyak teman-temannya yang datang. Begitu juga dengan beberapa teman ayah dan bunda Alan yang anaknya memang juga berteman dengan Alan.

Alan melihat suasana di taman belakang melalui jendela kamarnya. Terlihat Dewa disudut Sana dengan beberapa teman-teman lainnya. Saling berbaur, akrab. Sementara di sudut lain sahabat-sahabatnya tak kalah hebohnya. Alan berfikir sejenak. Andai saja Raka ada disini menemaninya. Mungkin suapan kue pertama nanti akan dia berikan untuk Raka. Tapi Alan menepis jauh-jauh keinginannya. Berharap Raka nantinya hadir tiba-tiba dengan memberi kejutan lainnya.

Matanya tertuju pada kotak-kotak yang masih belum disentuhnya. Alan masih merasa kesal. Bahkan pesan dari Raka pun belum di balasnya. Biarlah. Kalau memang Raka mengetahui semua tentangnya, Raka pasti akan datang ke rumahnya malam ini.

Alan beranjak dari kamarnya. Meninggalkan segala pikiran-pikirannya tentang Raka, dan segera berbaur menuju teman-temannya.

Acara dimulai. Alan berdiri di dampingi kedua orang tuanya. Sementara kakak-kakaknya lebih sibuk membaur dengan para tamu dan pacar mereka masing-masing.

Jantungnya berdegub melihat Dewa yang berdiri lurus di depannya dari seberang kolam. Tersenyum manis seperti gula. Membuat pipi Alan merah merona. Tapi dalam hatinya, dia masih menunggu seseorang. Seseorang yang seharusnya tidak melupakan ulang tahunnya. Jangankan untuk menghubungi, mengirimkan pesan saja tidak. Hanya pesan terakhir tepat jam 12 kemarin malam.

Tiup lilinnya..
Tiup lilinnya..
Tiup lilinnya sekarang juga..
Sekarang juga..
Sekarang juga..

Lagu tersebut bergema seperti tanda bahwa Alan sebentar lagi sah berumur 17 tahun. Alan menutup matanya. Menggumamkan beberapa doa yang benar-benar dia ingin kan dalam hati. Cukup lama. Setelahnya Alan membuka mata dan segera meniup lilin dengan angka satu dan tujuh berdampingan hingga padam.

Alan tersenyum. Memindai sekelilingnya dengan senyum bahagia. Tanda terima kasih. Tapi tepat di satu Titik, tatapannya terhenti. Alan merasakan sesuatu yang aneh. Merasakan sesuatu yang membuatnya seperti merasa di masa lalu. Merasa sesuatu seperti telah terjadi. Kepalanya memberat. Sekelebat ingatan datang dan berganti, berpindah dan berputar di dalam kepalanya. Hingga semua menjadi gelap.

BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang