Baper 4

242 11 0
                                    

"Baper itu sederhana. Ada seseorang yang entah siapa masuk ke kehidupan lo dan dengan intens memberi perhatian."

Bel istirahat berbunyi. Menandakan semua sisi kantin dan lapangan basket akan di penuhi banyak siswa dan siswi SMA Merdeka. Seperti biasanya, Alan dan teman-temannya langsung menyerbu gerobak siomay yang biasa mereka pesan saat jam istirahat berlangsung. Entah apa yang membuat anak-anak ini tidak pernah bosan dengan siomay mang Udin.

Alan menunggu di meja kantin bersama Bima, Ari dan Anton. Sementara Kiki dan Putra yang kebagian memesan siomay dan es teh manis buat mereka semua. Sembari menunggu Alan mengedarkan pandangan ke segala penjuru kantin. Siapa tau dia melihat target untuk di jadikan cemceman.

Matanya tertuju di satu titik. Seorang anak lelaki yang duduk sendirian di sudut kantin. Dengan ramah dia terlihat sedang berbincang dengan teman-teman disekelilingnya sambil menyantap mie ayam dengan lahapnya.

"Bim, itu anak baru ya? Kok gue baru liat." Tanya Alan. Sontak Bima, Ari, dan Anton memutar arah pandangan mereka yang memang membelakangi lelaki yang ditanya Alan.

"Yang mana sih?" Tanya Ari sambil memindai seisi kantin dengan pandangannya.

"Oh dia. Iya anak baru. Doi di kelas sebelah. Dan baru masuk tadi pagi. Pindahan dari Bandung karna bokapnya pindah dinas." Anton menerangkan.

"Kok lo tau banget?" Tanya Alan.

"Soalnya tadi pagi gue ketemu dia di ruang guru. Sebelumnya juga gue bareng jalan sama dia dari gerbang."

"Ooohh gitu..." Balas Alan, Bima dan Ari serentak.

"Kenapa Lan? Lo suka?" Celetuk Anton lagi. "Ya gak papa sih, anaknya cakep ini."

"Semua aja lo jodoh-jodohin ke gue. Emang gue semurah itu? Sory lah yau.. Gue mah hard to get." Ucapnya sombong.

Pada dasarnya selain Alan melihat anak baru yang baru pertama kali dia lihat, Alan juga merasa kalau anak baru tersebut juga worth it untuk di jadikan cemceman. Cakep, check. Tinggi, yes. Pokoknya tipe-tipe idola cewek-cewek sekolah.

"Lo main hard to get? Easy to get aja belom ada yang berani jadiin lo pacar." Ejek Ari.

"Ada, yang deketin Alan. Tapi emang dia main hard to get sampe nanti gak ada lagi yang mau sama dia." Tawa mereka pun meledak. Tapi tidak dengan Alan. Alan memilih diam. Karna dalam hatinya dilema. Dilema para cewek kebanyakan. Kalau dia suka, cowoknya gak suka. Begitu sebaliknya.

Kiki dan Putra datang membawa pesanan mereka. Sepiring siomay dan segelas es teh manis. Kiki dan Putra bergabung duduk di sebelah Alandia. Mereka pun mulai menyantap siomay sebelum bel istirahat selesai.

Ponsel Alan berbunyi singkat. Menandakan satu pesan masuk ke ponselnya. Dia menghentikan suapannya dan mengeluarkan ponsel dari saku bajunya.

From : +62 888 7368 xxxx
Selamat makan... :)

Alan mengernyitkan keningnya setelah membaca pesan yang masuk. Dia kembali melakukan scanning ke seisi kantin. Dari mana dia tau kalau Alan sedang makan? Alan pun berasumsi kalau orang tersebut adalah salah satu siswa/siswi SMA Merdeka juga. Sama dengannya. Tapi siapa? Itu yang menjadi pertanyaannya sekarang. Alan kembali menatap layar Ponselnya. Mengetikkan beberapa kata yang sama seperti sebelumnya.

To : +62 888 7368 xxxx
Sorry ini siapa?

Sent~

Alan kembali melihat ke segala arah hingga sudut-sudut kantin. Tapi yang dia temui adalah nihil. Tidak ada satu orang pun yang mencurigakan ataupun terdengar ponselnya berbunyi tepat saat dia mengirimkan pesan tersebut.

"Siapa sih?" Ucapnya lirih.

Bima, Ari, Anton, Putra dan Kiki melihat Alan dengan tatapan heran. "Makan Kali Lan, udah mau Bel nih. Kalau gamau buat gue aja" ucap Kiki.

"Yeee.. Elu mah emang gembul nyet. Gausa sok-sokan nyuruh Alan makan cepet." Tukas Bima. Kiki memang satu-satunya yang berbadan sedikit bongsor diantara Bima, Ari, Anton dan Putra.

"Kenapa Lan?" Kali ini Bima angkat bicara.

"Orang sinting semalem Bim. Dia WhatsApp gue lagi." Alan menyodorkan ponselnya dengan layar yang menampilkan sebuah pesan "Selamat makan" dan sederet angka yang tidak diketahui empunya. "Lo pada tau gak nomor ini? Gue berasa di teror banget sama ini orang." Sambung Alandia.

"Gatau gue Lan." Jawab Anton.

"Gue juga gatau Lan." Jawab Ari.

"Kita juga gatau." Jawab Kiki dan Putra serempak.

"Tapi ntar kalo tau, kita kabarin lo deh." Tambah Putra.

Alan tertunduk lesu sambil menghabiskan siomaynya dengan sisa-sisa akhir waktu istirahat.

                          ***************

Dari sudut lain seorang cowok yang dengan leluasa menatap ke arah Alandia dengan senyum merekah. Dia suka dengan Alan sejak pertama kali ia melihat gadis tersebut. Dia tersenyum simpul sambil kembali berbaur bercanda dengan teman-temannya yang lain. Ia merasa senang karena sudah dipastikan kalau Alan menerima pesannya. Tak perlu waktu lama dia mendapati balasan pesan dari Alan. Dia kembali tersenyum simpul. Tanpa perlu membalas, dia tau kalau Alan pasti akan selalu meresponnya walaupun dengan kesal.

BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang