CHAPT 07. GIANT STONE AND THE ORC

1K 131 7
                                    

Awalnya ragu maunya buat plot yang ngikutin movie banget atau merubah2 dikit. Soalnya kl ngkutin movie, Yuna ga dpt dialog, kesannya bisu, duh!  So my plot, my imagine...

Akhirnya setelah berhari-hari menunggu, kesabaran kami habis juga. Gandalf menemui kami dan mengatakan Elf dari Lorien dan juga penyihir lain datang untuk mendiskusi kelanjutan perjalanan ini. Tapi dia ragu bahwa kami akan mendapatkan ijin segera. Jadi dia meminta kami bersiap-siap berangkat tanpa dirinya, dia akan menyusul setelah rapat itu selesai.

Aku memberikan salah satu kantung serutku yang sudah kusihir kepada para dwarf. Dibantu Kilii, Fili, Bofur dan Bifur, aku memasukan stok daging dan juga beberapa makanan lainnya kedalamnya. Fili hendak memasukan banyak cemilan keripik kentangku kedalam kantung karena dia suka sekali. Tapi kutolak, akhirnya aku buatkan kantung serut lainnya untuk kue-kue. Stok makanan aku percayakan pada Bifur, sedangkan cemilan aku serahkan pada Fili. Hal ini aku lakukan karena aku tidak yakin kapan lagi aku bisa mendirikan tendaku.

Aku berangkat dengan meninggalkan beban di Rivendell. Meninggalkan Gandalf dan mengikuti Thorin rasanya tidak sama. Aku tidak nyaman karena dia terlihat terburu-buru. Berkali-kali aku menoleh kebelakang, melihat apakah Gandlaf sudah menyusul. Thorin terus meneriakiku menyuruhku cepat-cepat. Aku tidak membalas teriakannya, karena aku kembali ke mode penyamaranku. Tudung dan slayer hitam menutupi wajahku.

Bilbo menarikku, aku menatapnya. Dia tahu aku kesal dengan Thorin. Omong-omong, Bilbo akhirnya tahu aku seorang wanita setelah Kili memberitahunya. Dia bersedia menjaga rahasiaku dari Thorin tanpa imbalan apapun. "Ayolah... kita harus cepat"

Kami berjalan menuju Misty Mountains karena Gandalf meminta kami menunggu di sana. Mereka mengatakan rute itulah yang tercepat menunju Erebor. Aku sudah memberitahu Kili bahwa ada Goblin disana. Tapi Kili tidak bisa berbuat apa-apa. Thorin tidak akan mendengar siapapun.

Kami mendaki Misty Mountains dalam cuaca hujan badai. Bilbo nyaris terjatuh karena bebatuan tempat kami berpijak sangat rapuh. Dan hujan badai memperparahnya. Thorin menginstruksikan untuk mencari tempat berlindung dan tiba-tiba Dwalin berteriak, menatap keatas. Kami mendongak dan melihat sebuah batu raksasa melayang dan membentur gunung, hancur berkeping-keping dan menghujani kami, semakin menyisakan sedikit jalanan setapak bagi kami.

Tidak cukup dengan kelelahan dan ketakutan. Tiba-tiba saja kami menyadari kami berada didalam pertarungan antara Raksasa Batu. Tidak hanya dua raksasa, tapi tiga, dan kami berpijak di kaki raksasa ke tiga. Kelompok kami terpecah, saat raksasa ketiga bangkit. Raksasa-raksasa ini bertarung dengan saling membenturkan kepala dan melempari batu. Membuat hujan bebatuan semakin parah.

Kelompok Thorin berhasil sampai kesisi gunung yang lain. Dan kuharap tidak ada raksasa ke empat yang akan bangun disana. Sementara raksasa ditempatku saling tinju dan menghujani kami dengan bebatuan. Rasanya seperti menaiki wahana mengerikan, kami berayun-ayun. Thorin diseberang berteriak menyuruh lompat. Tapi reruntuhan bebatuan membuat kami kesulitan. Hingga tiba-tiba raksasa kami terhuyung kedepan. Saat itu aku pikir aku akan mati terjepit bebatuan. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama tidak kulakukan. Aku mengutuk Claudia.

Saat mengutuk Claudia itulah aku sadar. Akukan penyihir? Pertarungan antar raksasa bukan pertama kalinya untukku. Dan ini bukan masalah besar.

"KALIAN BERTAHANLAH!!!" teriakku pada para dwarf disisiku. Aku melepaskan slayer penutup wajahku. Thorin yang ada dihadapanku melotot kaget. Soal itu nanti saja. Aku menutup mataku berkonsentrasi memanggil alam untuk merapalkan mantra

Earth...

light...

And water ... you are the center of the storm.

The Wanderer 1 - Legolas FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang