10. Terjatuh

590 17 1
                                    

Kau slalu buat jantungku berdebar ketika aku berada di dekatmu, tapi sangat sulit rasanya buat jantungmu berdebar saat kau berada di dekatku
~Pink
••••

Pink berjalan gontai menuju kelas nya. Sepanjang jalan banyak mata yang menatap dirinya, bagaimana tidak? Wajahnya kusut dan lesuh, mata merah dan bengkak. Ia terus melamun menyusuri koridor.

"OMG PINKKK!!! Lo kacau tau gak hari ini, liat penampilan lo sekarang, eeeuuhhh burukk!! apa lo habis nangis semalaman? Mata lo kenapa?" teriak aila tepat saat aku baru memasuki kelas. Aila menghampiriku yang masih berdiri depan pintu kelas dan menatapku tajam serta mulai mengintrogasi ku.

"Apa benar ini pink yang gue kenal? Astagaa gak yakin gue," ucap lyan sambil memandangiku.

"Emang penampilan gue kenapa sih ai, lyan? Lebay kalian kambuh deh." aku berjalan menuju tempat dudukku dan mengabaikan aila dan lyan.

"Bahkan lo cuek banget sama kita?" sewot aila.

"Uda deh ai, sini duduk dulu," ucapku sambil menepuk-nepuk bangku aila agar ia mau mendekat.

"Lo utang cerita sama gue!" aila berjalan menuju bangkunya.

"Lo juga utang cerita sama gue pink," ucap lyan yang juga menuju tempat duduknya.

"Cerita lo kenapa?" tanya aila setelah duduk disampingku.

"Ok gue cerita, tapi lo jangan histeris harus biasa aja! Ingat BIASA AJAA!" Kataku penuh penekanan. Sedangkan lyan sudah siap mendengarkan dengan posisi satu tangan menopang dagunya.

"Yaelah pink, kapan sih gue histeris ketika dengarin curhat lo? Gue biasa aja kok," ucapnya membela diri.

"Lo kan emang suka banget histeris ai," lyan terkikik geli.

"Ya ya ya apa kata lo aja deh." ucap aila menghela nafas.

"Ayo cepat cerita, keburu bel masuk pink," ucap lyan tak sabaran.

Aku bingung harus bilang apa. Disisi lain gak mungkin aku cerita tentang aku yang cemburu melihat adegan mesra vilio dan lyan kemarin. Aku pun mengarang cerita.
"Kemarin... Uang gue hilang 100rb," ujarku dengan cengiran polos di wajahku. "Maaf gue terpaksa bohong," ucapku dalam hati.

Aila dan lyan terdiam. Mata mereka membelalak tak percaya dengan apa yang pink katakan. Ntah telinga nya yang mulai bermasalah atau memang temannya yang mulai gak waras.

"Apa lo uda gila pink? Hanya uang lo yang hilang lo jadi seperti ini? Yang benar aja??" ucap aila memegang kedua pipiku dan menatapku tak percaya. Sedangkan lyan menaruh tangannya di atas dahiku.

"Gak panass kok," ucap lyan polos.

"Hehehe.. Uang itu berharga bagi gue, kalian tau gak? Gara-gara tuh uang hilang, gue jadi gak bisa beli makanan, gue tuh kemarin lagi lapar banget pengen makan bakso, mana kemarin mama gue gak di rumah lagi, uda gitu satu-satu nya sisa uang gue hilang, gagal deh gue beli tuh bakso, jadinya gue nangis di kamar garakan gue pengen banget makan bakso, kalian tau kan gimana sakit nya ketika kalian pengen sesuatu dan kalian gak bisa apa-apa." lagi-lagi aku berbohong. Bahkan aku sendiri tak menyangka kalo aku bisa berkata begitu. Sungguh kebohongan yang sempurna ketika ku lihat ekspresi aila dan lyan seolah-olah kasian padaku.

"Ya ampun pink, lo kan bisa hubungi gue, pasti gue beliin, daripada lo nangis-nangis gak jelas, liat tuh mata lo bengkak gitu," ucap lyan tulus.

"Iya, lo juga bisa hubungi gue kan," ucap aila.

"Ya mau gimana lagi? Lagian uda terjadi juga, lagian gue uda gapapa kok, bentar lagi juga nih mata kempes, semua kan butuh proses." aku tersenyum pada mereka, dan tak lama bel masuk pun berbunyi.

Kamu Yang KusukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang