14. Pesta (2)

577 18 1
                                    

Semakin lama semakin banyak tamu yang berdatangan, tapi aku belum melihat tanda-tanda kedatangan vilio atau pun teman-teman nya. Kini aku dan Aila duduk di bangku yang ada di dekat balon-balon. Udara malam ini sangat lah dingin, tak lama acara inti pun dimulai. Aku dan Aila masih tetap dengan posisi terduduk.

Selama acara di mulai aku dan Aila hanya duduk diam saja. Bahkan saat pemotongan kue juga kami hanya melihat dari sini. Bisa ku lihat Lyan sangat bahagia, ada kedua orang tua yang sangat menyayangi nya, tapi sampai sekarang pun Vilio belum juga terlihat, bahkan untuk suapan pertama di berikan pada ibunya.

Aku kembali melamun, sedangkan Aila sedang menikmati makanan nya.

"Apa yang lo pikirkan pink?" Aila mulai menatapku.

"Eh enggak, cuma heran aja kenapa kak Lio belum datang juga, padahal acara inti uda di mulai," ucapku.

"Mungkin bentar lagi datang pink," Aila meyakinkanku.

Tak lama seorang pria menghampiri mereka.

"Gue boleh gabung?" tanya nya.

"Eh boleh kok kak, kok baru datang kak?" tanya Aila. Ya dia kak Rangga.

"Biasa lah, nemenin sih Lio nyari bucket bunga mawar merah yang sangat besar, lebay banget tuh anak, susah lagi nyari nya" ucapnya cuek dan kesal.

Sontak aku langsung terkejut dan menatap kak Rangga tak percaya, lalu Aila melirikku dan memperhatikan perubahan raut wajahku. segitu cintakah Lio pada Lyan? Aku mohon jangan nangis sekarang.

"Lo kenapa?" kak Rangga menatap ku lalu mengeryitkan dahi nya.

"Ehh.. Gapapa kok kak," ucapku lalu memaksakan senyuman.

"Ohh ok," katanya dingin.

Tak lama terdengar suara seseorang yang kini menjadi pusat perhatian semua orang. Ya itu suara Vilio.

"Selamat malam semua.. Maaf kalo saya mengganggu waktu dan kesenangan kalian sebentar, pertama saya disini ingin memberikan ucapan Happy birthday buat pacar saya Lilyana Alika, Happy birthday sayang, tetap menjadi bidadari di hati ku," ucapnya lalu mencium kening Lyan dan kedua pipinya di depan orang banyak.

"Aku juga mau ngasih sesuatu buat kamu, mungkin aku bukan orang yang romantis, tapi aku ingin malam ini menjadi malam yang sangat istimewa buat kamu, aku ingin kamu slalu ada disisi ku, sampai kapan pun tetap lah menjadi milikku sayang, karna aku akan slalu mencintaimu, berjuang lah slalu untukku, karna aku ingin kamu yang kelak menjadi ibu dari anak-anakku," ucapnya lagi lalu mengeluarkan kotak berisi kalung dan memakaikan nya di leher Lyan, kemudian ia menepuk tangan nya 2 kali dan datanglah seorang pelayan membawakan bucket bunga yang sangat besar, lalu pelayan itu memberikannya pada Lio, dan Lio langsung memberikan bunga itu pada Lyan, ku lihat Lyan menangis terharu dan mereka berpelukan.

Para tamu pun bertepuk tangan melihat adegan romantis secara live itu, ada yang menangis terharu, ada juga yang iri melihat adegan itu, dan ada yang tersenyum puas melihat adegan demi adegan.

Sedangkan aku disini masih berdiri kaku dan terdiam dengan keterkejutan mendengarkan setiap kata yang terucap dari mulut Lio, mencerna-cerna setiap kata demi kata, mencoba membuang kenyataan yang baru aku dengar, mencoba bertahan untuk tidak terluka, tapi semua sia-sia. Pertahananku runtuh, hatiku hancur, tubuhku disini tapi pikiran dan jiwaku melayang kemana-mana. Dengan sekuat tenaga aku berlari menjauh dari tempat itu.

Ketika rangga ingin mengejar Pink, Aila menahannya. "Jangan kak, dia butuh waktu sendiri," ucap aila iba. Rangga pun menuruti nya.

***

Pink terus berlari menjauhi tempat itu hingga kini ia berada agak jauh dari mereka, ia berdiri di balik pohon yang cukup besar dan di hiasi lampu gantung. Taman belakang di rumah Lyan terbilang sangat luas. Ketika dia rasa sudah tak tahan, tubuhnya luruh ke tanah, ia menyandarkan tubuhnya ke pohon itu, ia menangis sejadi-jadi nya, tubuhnya bergetar hebat, dadanya sesak, matanya perih.
Hanya kesakitan yang di rasakan Pink.

Kamu Yang KusukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang