Can't Stop The Feeling

15 3 0
                                    

"Under the light where everything goes. No where to hide when i'm getting you close."

Menyebalkan sekali! Masih pagi dan aku sudah harus berurusan dengan Barel.Dia tidak membangunkan ku pagi ini dan memakan jatah sarapan ku ditambah sekarang aku berjalan kaki ke sekolah dengan perut kosong.Jika ini malam, mungkin aku akan mengeluarkan sayap ku tapi dengan perut tak diisi maka mustahil juga untukku berubah.Sayapku berbentuk seperti milik kelelawar, lebar dan berwarna gelap.Jika ada hal yang terburu – buru maka terbang akan menjadi salah satu alternatif kami namun tentu saja tidak bisa dilakukan di tengah hari saat matahari bersinar.

Aku menghentikan langkahku saat mencium aroma yang hangat dan manis.Bukan, itu bukan darah atau manusia melainkan pancake sebuah café yang dipesan oleh seseorang.Hal itu membuatku berhenti sejenak untuk berpikir.Sekolah sudah dekat namun perut ku tidak dapat menahan rasa lapar ini lagi tapi aku juga sudah terlambat.Setelah cukup lama mondar – mandir sampai disangka pencuri, akhirnya aku memilih masuk kedalam cafe itu dan memesan paket sarapan.Masa bodoh dengan sekolah ! usiaku sudah hampir 100 tahun dan kegiatanku hanya mengerjakan tugas dan ulangan.

Didalam café, aku kesulitan untuk makan karena syal yang aku gunakan.Mengapa aku mengenakan syal ? kau lupa kalau aku terkenal ? bisa – bisa aku yang seharusnya berlari karena terlambat malah berlari dikejar paparazzi.Sepertinya 3 potong pancake dengan cokelat panas – dan setetes darah – cukup untuk memberiku tenaga untuk sisa hari ini.Aku segera mengambil tasku sampai ponselku terasa bergetar.Aku melihat notifikasi pesan dari Dussa.Karena ingin tahu, aku membukanya sambil berjalan keluar café.

From : Dussa
To : Me

Guess  what ? kelasmu kedatangan anak baru !!!
Tumben sekali, kami sudah berada di tingkat akhir dan ada anak baru yang datang.Kedengaran menarik padahal aku biasanya tidak peduli dengan hal ini.
Aku pun segera membalas pesan Dussa, namun belum sempat aku membalasnya dia sudah mengirimiku pesan.

From : Dussa
To : Me

Hey, kau dimana ? tumben sekali kau terlambat.Gerbang sudah mau ditutup.Yah, meski kau juga tidak akan kesultan dengan hal itu.

Aku pun segera mempercepat langkahku dan benar saja, gerbang sudah ditutup.Namun seperti yang Dussa katakan.Hal itu bukanlah hal yang buruk.Aku hanya tinggal mengambil satu lompatan tinggi dan Hap ! aku sudah sampai di depan pintu masuk sekolah.Percuma kalau kau vampir tapi tidak bisa melompat seperti itu.

Aku mencari lokerku lalu meletakkan beberapa barang dan langsung berlari menuju kelas.Kurasa aku cukup beruntung karena kelas belum dimulai.Tak berapa lama, Mr.Oden masuk kedalam kelas dan kurasa dia akan memperkenalkan anak baru kepada kami seperti yang dikatakan Dussa padaku.

“Anak – anak, hari ini kita kedatangan murid baru.Dia – “ ujar Mr.Oden yang langsung terpotong oleh Joey.
“Perempuan atau laki – laki sir ? “ ujar laki – laki yang terkenal sebagai yang paling iseng diantara yang paling iseng.
“Perempuan.Dia – “
“Manusia atau vampir sir ? “ ucapan Mr.Oden terpotong lagi oleh Casey.
“Manusia tentu saja – “
“Cantik atau tidak sir ? “ ujar Aishton ikut – ikutan.
“BISAKAH KALIAN TENANG ! “ teriak Mr.Oden sepeeti yang selalu ia lakukan saat dia sudah frustasi.Kelas kami memang termasuk kelas prestasi namun beratnya adalah selain berprestasi kami semua adalah badung sekolaH.Kepala sekolah saja sampai keheranan.Bagaimana bisa semua anak ‘bermasalah’ malah memiliki prestasi lebih tinggi dari yang normal ? Sebenarnya kami tidak bermasalah, hanya saja cara belajar kami yang tidak normal.

“Terima kasih, dan untuk kamu anak baru.Silahkan masuk.” ucap Mr.Oden yang melihat kearah pintu.Tak berapa lama setelah pintu terbuka, masuk seorang gadis dengan paras yang cukup manis – bukan berarti aku menyukainya – dan wajahnya tertunduk.Sepertinya dia tipe pemalu.Lihat saja, rok nya masih dipadukan dengan leggings.Dia sepertinya sangat tertutup.Namun, saat ia berhadapan kearah kami, matanya menunjukkan sesuatu yang berbeda.Wajahnya mungkin bereksperesi sebiasa mungkin namun aku tahu mata nya penuh dengan kekhawatiran.

Under The Moon We VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang