Confident

14 2 0
                                    

"So keep the lights on. No, you can' make me behave."

Aku pun menuruni tangga untuk menemui Ruke.Banyak hal yang ingin kutanyakan padanya.
“Ayra ? Bukankah kau – “
“Aku tidak mau basa – basi.Beritahu padaku semuanya tentang vampir.” potongku saat Ruke berbicara denganku.Dia sedang duduk santai di sofa dengan sebuah buku di tangannya.
“Vampir ? untuk apa ? Bukankah kau mempelajarinya di – “ ujarnya yang kembali kupotong saat dia mengalihkan perhatiannya kemabli pada bukunya.
“Beritahu atau kubuang semua koleksi buku mu.” ancamku.
“Jeez, sejak kapan kau menjadi seperti ini padaku.Beritahu pada kakakmu ini dulu, ada apa ? “ ujarnya yang seketika itu juga menutup bukunya dan meletakkannya di meja.Ia lalu menghampiriku dan mengacak rambutku.
“Semenjak kau lebih memilih jalang itu daripada adikmu sendiri.” gumamku yang dapat kupastikan tidak terlalu pelan.Kurasakan Ruke memegangi pundakku dan memaksaku untuk menatap matanya.
“Watch your words young lady.Kukira kita sudah membicarakan ini.Bukan aku yang memilih pasanganku sayang.Laurin juga bukanlah seseorang yang – “
“Jangan bahas wanita itu saat aku sedang bicara denganmu.Sekarang, daripada aku semakin benci padanya, lebih baik kau menceritakan segalanya.” ucapku yang hampir saja meninggikan suaraku. Tatapan Ruke masih lembut seperti biasa namu jika dia membicarakan Laurin, aku tidak pernah suka.
“Kau ingin tahu semuanya ? “ sahutnya yang menghela napas berat.Aku tidak menjawab namun, Dia malah mengecup pelan pipiku.
“Baiklah, maafkan aku.Tapi, ini bukan dirimu sayang.Katakan padaku, adaapa ini ? Ini bukan Ayra yang kukenal.Ayra yang ingin tahu tidak pernah memaksa melainkan mencari tahu sendiri.” Nada suaranya yang lembut sedikit melunakkan hatiku.Dia memang selalu bisa mengendalikan emosiku.
“Kalau begitu, berikan aku buku terlengkap mu.” pintaku padanya.
“Tidak, karena kau sudah meminta, maka aku akan menceritakannya.Hanya saja, ada apa ? Kukira aku sudah menceritakan padamu semuanya sejak kau kecil.“ ujarnya tak mau kalah.Aku pun menghela napas panjang.
“Seseorang dari kelasku memakan makanannya dengan sebuah kapsul mencurigakan yang mengeluarkan cairan berwaran merah.Seketika aku mencium bau darah namun bau itu hilang juga dalam sekejap, jadi kukira mungkin itu hanya perasaanku saja.” jelasku tanpa menyebutkan nama.Selagi Zoec Green adalah orang yang terkenal, aku tidak mau mencari gara – gara dengannya.
“Kapsul ya ? Itu artinya, aku belum menceritakan vampir modern padamu.” ucap Ruke yang memegangi dagu tak berjanggut itu.
“Ceritakan ! “ paksaku.

Kami pun berjalan menuju ruang bacaan yang menjadi perpustakaan mini milik Ruke.Aku sering masuk kedalam dan membaca hampir semua bukunya.Tidak hanya sejarah, Ruke juga mengoleksi beberapa buku yang berkaitan dengan lama semesta seperti geografi, klimatologi, astronomi, dan beberapa ilmu lainnya.Matematika dan biologi masih tersentuh olehku namun fisika dan kimia adalah BIG NO untukku.Mungkin bisa dikatakan aku alergi pada pelajaran itu.Aku tahu, aku hanya melebih – lebihkan tapi sungguh, aku tidak suka pelajaran yang menguras otak itu.Ruke mulai mencari dari antara 10 lemari kaca yang berisikan buku.DIa memilah satu dan lainnya hingga terlihat buku yang cukup tebal namun tidak terlalu besar berhiaskan sampul dengan sebuah pita.Untuk ukuran buku pengetahuan vampir, itu sangat menistakan.Kaum vampir dan pita ? Seperti kado mengerikan untuk anak – anak dibawah 5 tahun.

“Ini dia, buku rahasia untuk mempelajari vampir modern atau bisa dikatakan sebagai vampir masa kini.” ujarnya dengan nada bicara yang tak biasa.
“Hentikan ! Kau terdengar seperti guru.Mr .Whiteblood, ew sounds gross.” ujarku sambil tertawa.Sungguh, dia terdengar menjijikkan.
“Silence, Ms.Winter.Tidakkah kau tahu pelajaran akan dimulai ? “ ucapnya lagi dan kini aku makin melebarkan tawaku.
“Seriously, stop ! “ paksaku dengan memukul pelan dadanya yang bidang.
“Bagaimana ? Apa aku masuk kualifikasi sebagai gurumu di sekolah ? “ ujarnya dengan tersenyum bangga.Aku pun memeluknya dan dengan sedikit berjijit, aku mencium pipinya.Dia hanya terdiam setelah apa yang kulakukan.
“Tidak.Mungkin iya.Tapi tidak.” jawabku tak beraturan.Dia nampak kecewa sementara aku meninggalkannya untuk duduk di sebuah sofa.
“Jadi apa jawabanmu ? “ ujarnya lagi.
“Berikan saja buku itu padaku.” ucapku saat melihat buku tebal berpita yang belum pernah kulihat sebelumnya itu dan menunjukknya.
“Tidak, visualisasi kata – kata tidak akan menyenangkan.Lebih baik kau duduk dan aku akan menyalakan proyektor.” usulnya.Dia pun mengeluarkan proyektor kecil dan laptop miliknya.Lalu, diambilnya sebuah keping CD dari dalam buku itu.
“Bisa kita membuat sedikit popcorn.” ujarku yang malas menunggu.
“No eating in my class young lady and for your daily information, it’s not Netflix ! “

Under The Moon We VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang