You're Da Baddest

14 3 0
                                    

"If she hatin' tell that bitch to let it go"

Hening...
Sepi...
Tidak ada suara apapun...

Aku berada diambang hidup dan mati.Aku bisa merasakannya.Suasana gelap dan aura yang kelam menyelimuti lingkunganku.Aku hanya bisa memperhatikan sambil terus berbaring.Apa aku benar - benar tidak diterima di surga maupun neraka ? Memikirkannya membuatku tertawa.Kupikir tempat tinggalku yang ini tidak buruk.Yang kulakukan hanya berbaring dan mengambang seperti kapal diatas air.Memang menyedihkan tapi tidak buruk.Aku memejamkan mata namun tidak jadi saat melihat seberkas cahaya.Sangat terang sampai aku tak bisa melihat apapun.

"Sampai kapan kau mau menutup matamu ? " Tunggu ! Suara ini ?
"Arsya ? " ucapku tak percaya saat sudah membuka mata.Sekelilingku sudah berubah.Sangat mirip bahkan bisa dikatakan sebagai replika dari rumahku dulu saat masih ada Arsya didalamnya.Gadis kembaranku itu kini terlihat berbeda.Ia terlihat lebih santai meski pakaiannya seformal diriku.Aku masih mengenakan pakaian Alpha ku.Sementara Arsya, gaun putih pendek dengan beberapa hiasan bunga dan renda yang bervariatif.
"Yup, ini aku.Selamat datang di tempat persinggahanmu." ucapnya ramah lalu datang mendekatiku.
"Persinggahan ? "
"Ya.Kau akan tetap disini sampai waktu yang ditentukan."
"Maksudmu, aku harus menunggu ? Untuk apa ? " Apa sedemikian sulitnya memutuskan aku masuk surga atau neraka ?
"Kau harus menunggu untuk kembali ke dunia."
"Maksudmu, aku bereinkarnasi ? Atau aku masih hidup ? " ujarku tak yakin.Arsya pun memukul kepalaku dan tertawa.
"Kau masih hidup idiot ! Menurutmu, untuk apa kau melakukan mating yang membuatmu sempat jatuh saat kau berjalan ke kamar mandi ? " ucapnya.Kata - kata ini terlalu vulgar untuk Arsya.Meskipun tidak terlihat.
"Kau mulai berani memanggilku seperti itu ? " ancamku dan dia kembali tertawa.Dari sekian banyak orang, Arsya adalah satu - satunya yang tidak takut padaku.
"Habisnya, aku punya kakak yang berani dan kuat tapi juga bodoh disaat yang bersamaan." ejeknya.Aku mendengus kesal.Bagaimana mungkin adikku yang dulu polos kini tingkat menyebalkannya meningkat ? Menyusahkan saja.

"Lalu, apa yang kau lakukan disini ? "
"Menemanimu.Sampai waktu yang ditentukan."
"Apa kita bisa melakukan apapun yang kita inginkan disini ? "
"Tentu saja kecuali hal - hal negatif seperti membunuh, mencuri, berzina, berbohong, me - "
"Iya, iya aku mengerti.Kau tidak perlu menjelaskannya sedemikian detail."
"Tentu saja harus detail, karena kakakku adalah orang idiot.Jadi, aku harus - "
"Berani kau mengatakan hal itu lagi ? "
"Tentu saja, kakak idiot ! " ucapnya kenudian berlari meninggalkanku.
"Jangan lari kau sialan ! " balasku sambil mengejarnya.Aku dan Arsya tertawa karena kebodohan masing - masing.Rasanya seperti tidak ada beban.Entah kapan terakhir kali aku merasakan se ringan ini.Sudah sangat lama semenjak aku tertawa lepas dengannya.Aku merindukan saat seperti ini.Hingga aku menyadari kemana arah kami berlari.Padang rumput.Aku menghentikan langkahku sementara Arsya masih terus berlari.Aku tidak ingin mengejarnya lagi.Tidak.Aku tidak berani.Kulihat ia berhenti lalu saat menyadari ketidakberadaan diriku, ia kembali.

"Kenapa kau tidak mengejarku lagi ? Sudah merasa tidak mampu nenek tua ? " ucapnya meledek.Aku menggelengkan kepalaku.
"Aku tidak mau.Tidak disini." Aku takut Arsya.Andai dia tahu itu.

"Hey, kau baik ? Kenapa kau terlihat khawatir ? " tanya Arsya padaku.Aku pun menarik tangannya.
"Bisa kita pergi dari sini.Kemanapun asal tidak disini."
"Aku mengerti.Tapi kau tidak perlu takut, tidak akan terjadi apa - apa." Aku kembali menggelengkan kepalaku.Mata hijau itu menatapku bingung.
"Tidak Arsya tidak.Aku tidak ingin mengulang sejarah kembali.Aku tidak ingin kehilangan kau lagi.Aku tidak mau melihatmu terbaring lagi dan aku - "
"Tidak apa Ayra.Tidak akan terjadi apa - apa.Itulah tujuanku disini.Aku ingin membantumu melawan rasa takutmu." potongnya.Kenapa selalu saja dia membantuku ? Aku merasa gagal sebagai kakak.Aku pun melepas tanganku.
"Aku tidak tahu..."
"Ayolah, pegang tanganku dan semua akan baik - baik saja." Aku tidak merespon dan dia menyatukan tangan kami.
"Aku berjanji.Semua akan baik - baik saja.Tutup matamu dan pikirkan semua hal positif.Semua hal yang membuatmu senang." Aku melakukan apa yang ia katakan.Aku menutup mataku dan membayangkan hal yang menyenangkan.Namun, semakin dalam kami memasuki padang ini, semakin ingat jelas dalam ingatanku kejadian 'hari itu'.Aku berusaha menepisnya namun rumput yang bergoyang menyadarkanku kalau akulah penyebab semua ini.Aku tidak bisa melanjutkannya, jika aku melanjutkan Arsya tidak akan selamat lagi.Arsya akan -

Under The Moon We VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang