I Would Like

10 3 0
                                    

"Oh, I can't help myself, it's human nature, human nature.Who's to say what's meant to be? "

Sesampainya di rumah, Ayra disambut oleh aroma sup krim yang menenangkan.Ia tahu kalau Laurin sedang memasak saat ini.Ia pun memilih untuk masuk kedalam kamarnya tanpa suara lalu mebersihkan tubuhnya dan mengganti balutan lukanya.Setelah mengenakan pakaian yang cukup tertutup dan merapikan rambutnya lalu turun kebawah dan menemukan semangkuk sup di meja makan dan segelas teh hijau hangat.
“Kau pasti lelah.” ucap seseorang dari dalam dapur.Ayra tidak menjawab.Ia menghampiri sosok itu dan berdiri tepat disampingnya.
“Maaf untuk hari ini.Aku terbawa emosi.” ujarnya dan kemudian meninggalkan wanita itu.

Laurin tersenyum mendengarnya, ia pun menghentikan langkah Ayra dengan memeluk gadis itu dari belakang.
“Lepas atau aku menarik kata – kataku ! “
“Jadi kau tidak sungguh – sungguh tadi hmm ? “
“Berisik, aku lapar.”
“Makanlah, aku akan menyusulmu.”
“Kemana Ruke ? “
“Dia ada urusan sebentar.Selagi kita makan, bisa kita membicarakan suatu hal ? “
“Tentu.Kau tidak perlu takut.Aku tidak akan marah.”

Laurin pun mengambil tempat didepan Ayra dan setelah dirinya yakin, dia mulai membuka mulutnya.
“Aku ingin kau mulai serius dengan latihan ini.” ucapnya.Ayra menaikkan alisnya.
“Memangnya ada apa ? Aku kurang serius ? “ ujarnya tak yakin.
“Bukan begitu, hanya saja dalam waktu empat bulan ini kau sudah berusia tujuh belas.Jadi kuharap kau bisa menyelesaikan latihan dalam waktu kurang dari itu.”
“Baiklah, aku akan serius.Ada lagi ? “ tanya Ayra yang kembali memakan supnya.
“Yang satu ini bukan permintaan.Melainkan perintah jadi kau harus menaatinya.”
“Apa itu ? “ ujarnya sedikit tak peduli.
“Sebelumnya ketahuilah, aku memaksamu melakukan ini karena aku menyayangimu.Sungguh, kau seperti adik untukku.Aku tahu kau membenciku tapi kumohon, jika kau menganggapku sebagai rakyatmu maka kabulkan permintaanku ini.” ucap Laurin serius sementara Ayra hanya bergumam menanggapinya dan meminta wanita itu untuk melanjutkan kata – katanya.
“Berpasanganlah dengan vampir itu.”

Didalam mansion Amphesyst, Barel terlihat kewalahan dengan tingkah Zoec.Pria itu nampak jelas sedang jatuh cinta namun disisi lain nafsu berburu meningkat karena dia baru saja melesatkan dirinya menuju pantai dimana ia menemukan serigala dan seorang wanita.Ia berjalan sendirian menyusuri pantai hingga ia mencium bau yang menyenangkan.Tanpa melihat kebelakang pun ia tersenyum senang karena ia tahu pasti apa yang sudah menunggunya.
“Jadi, aku ketahuan ? “ ujar seorang pria dibelakang Zoec.
“Tidak sepenuhnya mr.wolfie.Apa kau sebegitu takutnya sampai harus membawa seorang ‘Alpha’ kesini ? “ balas Zoec yang kemudian berbalik dan melihat 2 orang pria.Ia tahu pasti kalau salah satu dari mereka adalah Alpha.
“Apa yang kau inginkan ? Pergilah sebelum aku memanggil DKP kemari.” ucap pria yang ia ketahui adalah Alpha.
“Tidak perlu seperti itu, kalian tahu pasti apa yang aku inginkan.” ujarnya senang.Ia pun berjalan mendekati mereka dan berbisik.
“Aku ingin Alpha.”
“Kau ingin aku ? Baiklah, aku menyerahkan diri.” ucap pria yang ia bisiki tadi.
“Tidak, tidak.Tentu aku tidak sebodoh itu.Alpha sejati tidak akan menyerah begitu saja.” seru Zoec sambil terkekeh pelan.Namun, detik berikutnya raut wajahnya berubah serius dan menatap pria itu tanpa hormat.
“Aku menginginkan anakmu.”
“Untuk apa ? dia juga seorang beta.Dia bukanlah Alpha.” balas pria itu sambil merangkul anak lelaki yang berada disampingnya.Zoec juga tahu hal itu, tapi ia yakin kalau Alpha ini memiliki lebih dari 1 anak.
“Hmm, kalau begitu aku akan datang lain kali saja.Jangan lupa untuk mengundangku ke acara moon howling itu.Aku harap keturunanmu bukanlah pengecut besar.” ujarnya sebelum benar – benar menghilang dari hadapan kedua pria itu.

Keesokan paginya, Ayra melihat Ruke dengan wajah yang tidak biasa.Ia terlihat tegang.Ayra pun mengejutkannya namun Ruke tak bergeming sedikitpun.
“Hey, you okay ? “ ucap Ayra saat melihat ekspresi Ruke yang menyeramkan.
“Oh, Ayra.Kau akan berangkat sekolah ? “ balas pria itu yang sepertinya baru tersadar akan lamunannya dengan sebuah senyuman palsu diwajahnya.
“Ya, seperti yang kau lihat.” jawab Ayra singkat.
“Apa kau harus sekolah ? “ tanya Ruke tiba – tiba saat Ayra sedang menikmati sarapan yang disediakan Laurin untuknya.
“Huh ? Apa yang kau – “
“Apa kau yakin sekolah adalah tempat yang tepat untukmu belajar dan berkembang ? “ tanya Ruke lagi.Ayra pun mengambil segelas susu lalu meminumnya ragu – ragu.Ia pun meletakannya lagi dan tatapan Ruke masih sama.Ia menginginkan jawaban.
“I – Iya, ada apa denganmu ? Kau membuatku takut.” ujar Ayra.Ekspresi Ruke pun mencair dan Ayra lega karena itu namun disisi lain ia tidak yakin Ruke baik – baik saja.Ruke pun menggaruk tengkuk kepalanya dan tertawa kecil.
“Ma – maaf.Aku tidak bermaksud seperti itu.Habiskan sarapanmu lalu berangkat.”

Under The Moon We VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang