Mulmed : Sofa bersejarah #eh 😅
**"Jadi kamu takut memaafkan dia, karena memaafkan membuat kamu percaya kalau nggak semua laki-laki tukang selingkuh?"
"Dara percaya kalau nggak semua laki-laki tukang selingkuh," Dara mengatakan itu setelah menelan kunyahannya, "Papa contoh laki-laki setia, begitu juga dengan Mas Andra dan Mas Nendra. Dara cuma nggak beruntung karena pernah diduakan, tapi Dara masih punya akal sehat untuk ngerti kalau nggak semua laki-laki sama."
"Oke," Sahut El berusaha memahami rumitnya perasaan gadis yang sesekali masih terisak di sampingnya itu, "Jadi kamu maunya gimana?"
"Nggak tahu."
El jadi mendesah karena tanggapan gadis itu, "Di mana-mana orang sedih karena nggak bisa memaafkan, tapi kamu justru sedih karena nggak bisa mendendam."
"Dara kan nggak harus jadi sama seperti orang lain," Sahut gadis itu cemberut, "Ngomong-ngomong Mas El cuma bawa martabak ya? Dara kan eneg habis makan yang manis-manis, harusnya Mas El bawa cemilan pedas juga."
"Bilang aja kamu lapar," Sahut El datar.
Dara jadi nyengir karena tanggapan pria itu, "Pecel lele yuk Mas?"
"Nggak."
"Yah Mas El! Masih pendekatan aja udah asem gini, apalagi kalau pacaran? Pasti Dara dibiarin kelaparan," Tuduh gadis itu sengit.
"Jam segini minyak goreng untuk pecel lele udah dipakai berkali-kali, nggak sehat."
"Ya udah, makan mie instan aja. Tapi Mas El yang masak."
Kali ini El yang menyipitkan mata untuk menuduh gadis di sampingnya, "Masih pendekatan aja udah males masak, apalagi kalau jadi istri? Pasti Mas disuruh bikin kopi sendiri."
Dara jadi mencebikkan bibir karena El tidak langsung luluh dengan sikap manjanya. Dengan sedih gadis itu mengerjapkan mata dan berkata dengan suara memelas, "Mas? Laper."
Tidak tahan menerima tatapan memelas, akhirnya El mengalah juga, "Ya udah, ayo masak."
Berjingkat-jingkat Dara mengikuti El masuk ke dalam dapur. Pria itu memeriksa isi lemari pendingin sekilas, kemudian memutuskan untuk membuat sup sayuran. Dara yang kelaparan setuju saja dengan niat pria itu, asalkan ia hanya kebagian tugas memotong-motong sayuran. Selebihnya dikerjakan oleh El, termasuk mengangkat hidangan tersebut kembali ke ruang tamu.
"Kayaknya enak," Seru Dara sambil meraih sendok, "Silakan dimakan Mas, nggak usah malu-malu loh."
"Kamu tahu kenapa Mas berpikir kalau kamu harus memaafkan David?" Pertanyaan El membuat Dara urung mencelupkan sendok ke dalam mangkuk dan menoleh pada El yang duduk di sampingnya, "Karena kalau kamu menolak untuk memaafkan David dan menolak untuk membuka hati, itu artinya semakin lama juga Mas nungguin kamu. Semakin lama Mas menunggu, semakin lama juga kamu harus masak makan malam sendiri."
Dara mengerjap, kemudian menjawab, "Dara bisa masak sendiri kok."
"Memang," Jawab El sambil tersenyum geli seakan sedang menyimpan rencana rahasia di dalam benaknya, "Tapi yang satu itu nggak bisa dilakukan sendiri, Dara."
Dara masih memproses ucapan El ketika tersadar kalau pria itu baru saja mengecupnya. Hanya tiga detik, namun cukup untuk membuat bibirnya terasa lebih basah daripada biasanya. Kedua mata Dara langsung melebar karena tak menyangka akan perbuatan El, tapi pria itu belum selesai sampai di sana, karena berikutnya Dara mendapati El mendesaknya ke sudut sofa dengan kedua tangan pria itu memenjarakan dirinya, tidak memberi celah untuk melarikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
28+ (Slow Update)
ChickLitNama : Adara Darra Kelas : XII IPS3 M.P : Bimbingan Konseling. Tulislah sebuah surat berisikan lima kriteria pasangan hidup (suami/istri) untuk diri kamu sendiri di masa depan! Kepada diri saya sendiri di masa depan, Menurut Ibu Susan, kamu akan me...