"Kedua calon pengantinnya kehilangan berat badan ya?" Pertanyaan itu membuat Dara mengalihkan pandangan dari pengamatannya terhadap El yang sedang mengepas jas, "Gaun Dara juga perlu diubah sedikit di bagian pinggang."
"Masnya memang diet," Dara memberitahu dengan cengiran, "Kalau Dara mungkin karena kecapekan, Mbak."
"Persiapan pesta pernikahan memang melelahkan, tapi kalau bisa, jangan sampai memengaruhi kesehatan ya? Kalau Dara dan Masnya nggak bisa datang mengepas berbarengan, kita akan buatkan jadwal untuk masing-masing calon pengantin. Kita nggak keberatan."
Pada akhirnya Dara memilih untuk menggunakan jasa salah satu kenalannya yang berprofesi sebagai perancang untuk mengerjakan gaun pengantinnya. Ia menduga kalau salah satu karyawan temannya telah melaporkan ekspresi cemberutnya selama menunggu El yang terlambat selama hampir satu jam, dan karena itulah mereka menerima nasihat tentang menjaga kesehatan. Pemikiran itu membuat Dara menggaruk tengkuk dengan malu, namun tak urung mengangguk juga.
Setelah memeriksa berbagai detail, termasuk menertawakan perut El yang mulai mengalami perubahan karena diet ketat yang dilakoninya, akhirnya tiba juga waktu untuk Dara dan El berlalu. El langsung berjalan menuju kursi pengemudi, sementara Dara mendudukkan diri di kursi penumpang, dan berkata, "Selanjutnya katering."
"Makan dulu," Ucap El dengan pandangan lurus ke arah jalanan.
"Katering dulu."
"Tadi kamu makan siang?" Mereka telah memasuki jalanan, jadi El bisa menoleh ke arah Dara yang bersandar di kursi penumpang.
"Makan."
"Makan apa?"
Dara memikirkan pertanyaan itu baik-baik sebelum menjawab dengan ragu, "Telur rebus?"
"Maksud kamu, bagian kuning telur rebus?" Tebak El yang sudah hapal pada kebiasaan Dara yang selalu menyisihkan bagian putih telur yang tak disukainya, "Hebat kamu belum pingsan sampai sekarang."
"Kalau Mas nggak datang terlambat, kita udah makan malam sekarang," Dara menyalahkan sebelum diserang.
"Kalau bukan karena urusan pekerjaan, apa kamu pikir Mas akan sengaja datang terlambat?"
Dara memalingkan wajah tanda mengakhiri percakapan. El juga tidak mengatakan apapun lagi, sampai kendaraan mereka berhenti di salah satu restoran seafood. Tanpa menunggu El yang masih melepaskan sabuk pengaman, Dara lebih dulu mencari tempat duduk. Pelayan yang datang membawakan buku menu hanya diliriknya, sebelum kemudian tenggelam dalam kesibukannya memainkan ponsel.
"Mau pesan apa?"
Dara mendengar pertanyaan itu, namun terlalu jengkel untuk menyahuti. Tangannya tak berhenti mengusap-usap layar ponsel, tanpa melakukan kegiatan berarti. Tidak menyerah atas tanggapan dingin itu, El memanggil pelayan untuk memesan, "Kepiting saus pedas, kerapu goreng, dan cah kangkung. Minumannya dua gelas lemon tea dan satu botol air mineral," Kemudian El terlihat berpikir dan menambahkan, "Boleh minta tolong tambahkan bawang goreng di atas nasi putihnya? Mungkin dengan begitu tunangan saya jadi lebih selera makan."
"Nasi putih dengan tambahan bawang goreng," Sang pelayan mengulangi pesanan, "Ditunggu sebentar ya Mas."
Suasana meja berubah jadi sepi sepeninggal pelayan tersebut. Dari sudut matanya Dara melirik El yang ternyata sedang menempelkan ponsel ke telinga, berbicara tentang hal-hal yang tak dimengertinya, mungkin urusan pekerjaan. Pembicaraan pria itu tidak berlangsung lama, jadi Dara kembali pura-pura menekuni ponsel, sampai merasakan usapan pada puncak kepalanya, "Lapar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
28+ (Slow Update)
ChickLitNama : Adara Darra Kelas : XII IPS3 M.P : Bimbingan Konseling. Tulislah sebuah surat berisikan lima kriteria pasangan hidup (suami/istri) untuk diri kamu sendiri di masa depan! Kepada diri saya sendiri di masa depan, Menurut Ibu Susan, kamu akan me...