+5 : Embat Nggak Ya?

171K 18K 1.2K
                                    

        "Loh? Memang benar kan? Kamu harus punya alasan lebih dari sekedar 'nggak mau' untuk menolak perjodohan itu. Apalagi kalau ternyata dia berniat untuk mencoba serius dengan rencana orangtua kalian."

Dara mengembuskan napas kuat-kuat, lantas menjawab dengan keras kepala, "Pokoknya aku nggak mau. Titik!"

Arina yang adalah teman sekaligus salah satu pekerja di tempat laundry milik Dara itu menoleh dan bertanya dengan nada iseng, "Jelek ya dia?"

"Nggak kok," Jawab Dara ragu-ragu, "Cuma ya gitu, tipikal cowok yang terlalu lama kerja di balik meja. Rada buncit."

"Kamu ilfeel karena dia buncit?"

"Nggak!" Dara jadi jengkel karena tebakan itu, "Nggak ada yang salah dari penampilan fisiknya. Tapi kan aku nggak tahu isi kantongnya kayak gimana."

"Jadi ini tentang uang?"

"Nggak melulu tentang uang sih, tapi uang termasuk di dalamnya," Jawab Dara mengakui.

"Dia kan kerja, bukannya pengangguran," Arina mencoba membela sosok El yang bahkan belum pernah dilihatnya, "Lagipula, bukannya berumah tangga itu lebih baik dimulai dari nol ya? Supaya nanti setelah sukses, puasnya dirasakan bersama-sama."

"Satu-satunya yang menguntungkan kalau dimulai dari nol itu cuma literan minyak di SPBU!" Dara ketus ketika menyahuti, "Nol ditambah nol itu hasilnya nol. Begitu pula kalau nol dikurangi, dibagi atau bahkan dikalikan dengan nol, hasilnya tetap nol besar! Wake u Na, ini udah tahun 2017. Masih percaya aja sama omong kosong kalau rumah tangga harus dibangun dari nol. Rumah tangga itu harus dimulai dari satu ditambah satu, supaya bisa jadi dua dan seterusnya."

            Dara melirik Arina yang tidak membalas argumennya dan malah sibuk merapikan rambut dengan wajah berseri-seri. Mengikuti arah pandang gadis itu, Dara menemukan kendaraan yang baru saja terparkir di depan ruko tempatnya membangun usaha laundry. Pantas saja Arina mengabaikannya, ternyata mereka kedatangan pelanggan favorit. Tanpa bisa menahan diri, Dara sudah ikut-ikutan merapikan rambut sambil menyiapkan senyuman genit. Oh please, Dara itu tidak berniat untuk menikah, bukannya kebal menghadapi pesona pria tampan. Pria tampan yang sekarang sudah mendorong pintu kaca ruko sambil membawa plastik besar di tangannya.

"Permisi, saya mau ngantar sekalian ngambil laundry."

Meskipun sudah hapal, Dara tetap bertanya, "Atas nama siapa Mas?"

"Kyo Sihombing."

"Sebentar ya," Dara menerima nota yang diulurkan si pria sambil berkerjap manja, "Dicari dulu pakaiannya."

            Dara menyerahkan nota kepada Arina yang merengut karena disingkirkan ke arah lemari tempat menyimpan plastik-plastik berisi pakaian bersih pelanggan. Dara sendiri menerima pakaian kotor yang baru diantarkan sambil bertanya, "Pakaian semua Mas?"

"Ada seprai dan sarung bantalnya."

"Harga cuci seprai berbeda dengan pakaian biasa ya," Dara memberitahu sambil membuka plastik pakaian tersebut dan mengeluarkan seprai dari sana. Sisanya ia naikkan ke atas timbangan untuk kemudian dicatat ke dalam nota, "Bayar lunas atau setengah dulu?"

"Langsung lunas aja."

            Dara menerima uang yang diserahkan pria itu, kemudian mengambil kembalian berbarengan dengan Arina yang datang sambil membawa plastik berisi pakaian bersih. Dara sedang menghitung uang kembalian ketika pintu ruko didorong dan satu wajah menyembul dengan senyuman, "Tulang? Kok lama?"

"Sabar, masih nunggu nota."

Si gadis mendekati meja kasir dan berkata, "Sini ku bantu bawa."

"Aku aja, ini berat," Si pria menyahuti sambil menepis halus tangan si gadis yang sudah akan mengambil pakaian dari tangannya, kemudian menerima nota yang diulurkan Dara, "Makasih."

28+ (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang