+32 : Mas, Peluk!

136K 12.4K 544
                                    

Halo, apa kabar?

Saya tahu udah lama sejak terakhir kali posting 28+, tapi semua itu bukan kesengajaan melainkan karena banyaknya pekerjaan dan masalah yang sedang saya hadapi sekarang -,-
Belum terkirimnya seluruh buku Keping dan Patah menjadi salah satu faktornya, tapi semoga sebelum akhir pekan ini, seluruh buku akan berada di perjalanan menuju rumah teman-teman.
Terima kasih selalu untuk pengertian dan kesabarannya. Semoga setelah seluruh masalah ini selesai, proses menulis akan kembali lancar seperti biasanya.

Ps : Yang sudah lupa jalan cerita 28+, silakan dibaca ulang bab sebelum-sebelumnya.

Salam, Abel.

**

Suara tirai ditarik sontak membuat Dara mengangkat kepala dan sebelum bisa mencegah dirinya sendiri, ia sudah melengkungkan senyuman kepada El yang juga sedang memandangnya. Pria itu terpana, takjub dengan penampilan pengantinnya, yang sepertinya tidak terlalu peduli dengan penilaiannya, karena gadis itu justru membuka lengan dan meminta dengan manja, "Mas, peluk."

Rara dan Nindy sekuat tenaga memasang ekspresi datar demi mendengar permintaan adik ipar mereka. Keduanya berusaha memaklumi kalau Dara sudah terlalu lama menahan rindu, hingga tak malu-malu meminta pelukan pada El yang hampir meneteskan liur karena terlalu takjub dengan penampilan calon istrinya.

"Mas?!"

"Iya?"

"Peluk. Kangen."

El mengusap tengkuk dengan kikuk, kemudian melirik Rara dan Nindy yang langsung berakting sibuk menyusun bunga. Keduanya menolak untuk keluar dari ruangan ini, karena penasaran akan reaksi El atas permintaan Dara. Dari sudut mata keduanya melihat El mendekati Dara, berhenti dua langkah di hadapan gadis itu dan mengaku dengan malu, "Mas takut merusak dandanan kamu."

"Dara cuma minta dipeluk, Mas, bukan dimakan. Masa pelukan bisa merusak dandanan?" Dara merengut di tempat duduknya.

"Oh, well," Untuk kesekian kalinya El mengusap tengkuk, tapi karena masih tidak yakin kalau ia memiliki cara untuk mengabulkan permintaan Dara, pada akhirnya El hanya berjongkok di depan pengantinnya dan memberi gadis itu senyuman, "Cantik. Cantik banget."

"Iya kan? Cantik banget kan?" Dara langsung lupa pada rajukannya dan memamerkan diri dengan bangga, "Kelihatan langsing juga kan Mas?"

"Iya," Kemudian El menunduk untuk mengecup kedua tangan gadis itu bergantian dan kembali mengangkat kepala untuk bertanya dengan penuh perhatian, "Gugup, sayang?"

Di luar dugaan, Dara justru menggeleng, "Kita udah melakukan semuanya untuk memastikan acara ini berjalan lancar, dan Dara percaya kalau semuanya akan berjalan lancar. Lagipula Dara merasa luar biasa cantik hari ini, jadi nggak ada gunanya merusak dandanan Dara dengan kegugupan nggak berarti."

"Syukurlah, Mas lega kalau kamu nggak gugup."

"Memangnya Mas gugup?" Mendadak Dara penasaran.

"Sedikit," El mengakui, "Mungkin karena udah seminggu nggak ketemu, jadinya pikiran Mas ke mana-mana. Mas khawatir kamu merasa gugup, lalu melarikan diri."

"Duh!" Dara mendengus tak anggun, lupa kalau ia sedang berpenampilan luar biasa cantik hari ini, "Ada juga Mas Nenen yang hampir sinting, karena dari jam lima pagi, Dara minta diantarkan ke tempat Mas. Habisnya kangen."

Pengakuan itu membuat El melirik kedua ipar Dara yang jelas-jelas sedang menguping percakapan mereka, dan bertanya serupa dengan bisikan, "Boleh cium nggak sih?"

28+ (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang