Note : Yang udah lupa jalan ceritanya, silakan baca part sebelumnya.
Salam, Abel.
**
Dara sedang menatap bayangannya sendiri di cermin ketika pintu diketuk dan wajah Ibunya muncul dari balik pintu. Wanita paruh baya itu menghadiahinya senyuman lembut sembari mendekat, "Bosan?"
Dara mengangguk, "Kenapa sih Ma, Dara nggak boleh keluar dari kamar?"
"Karena sebentar lagi El dan walinya sampai di sini. Kalian kan masih di dalam masa pingit, jadi nggak boleh ketemu."
Tapi Dara tak mendengar seluruh kalimat Ibunya, karena ia hanya tertarik pada satu fakta yang diucapkannya lewat pertanyaan, "Mas El datang ke sini?"
"Iya, tapi kamu...,"
"Dara boleh ketemu dengan Mas El?" Potong gadis itu dengan wajah berseri-seri.
"Nggak!"
"Yah, Mama!" Dara langsung protes, "Kenapa sih nggak boleh ketemu? Kan udah lewat masa pingit-nya."
"Kata siapa masa pingit-nya udah lewat?" Sang Ibu memberi tatapan horor pada anaknya, "Malam midodareni itu masih dalam masa pingit, yang artinya, kedua pengantin belum boleh saling bertatap muka."
"Kenapa?" Tanya Dara cemberut.
"Ya karena memang begitu peraturannya!" Sang Ibu berkelit karena tak mau bersusah payah menjelaskan kepada anak bungsunya yang keras kepala, "Pokoknya malam ini kamu diam di dalam kamar, nggak boleh bicara keras-keras, apalagi cekikikan seperti hantu. Duduk yang tenang dan nggak boleh tidur sampai lewat jam dua belas malam."
"What?!" Pekik Dara tak percaya, "Ma, besok itu Dara mau menikah, yang artinya Dara harus tampil cantik dan memukau. Gimana caranya Dara bisa tampil cantik, kalau semalaman ini Dara nggak boleh tidur? Yang ada Dara punya kantung mata dan terlihat pucat."
"Dara tahu apa artinya upacara midodareni?"
"Nggak usah mengalihkan pembicaraan deh," Rajuk gadis itu kesal.
Sang Ibu tersenyum dan memberitahu, "Upacara midodareni itu berakar dari legenda Jaka Tarub dan Dewi Nawangwulan. Dikatakan Dewi Nawangwulan yang adalah seorang Bidadari dari khayangan, memiliki anak seorang manusia, bernama Dewi Nawangsih. Dan Dewi Nawangwulan berjanji, kelak ketika anaknya menikah, Ia akan turun ke Bumi."
Kening Dara berkerut ketika bertanya, "Ya terus, hubungannya dengan Dara, apa? Dara kan anaknya Mama, bukan anak Bidadari. Nama Dara juga, Adara Darra Bastiaan, bukan Dewi Nawangsih."
Sang Ibu tampak jengkel ketika berkata, "Intinya, telah menjadi kepercayaan kalau pada malam midodareni para bidadari akan turun ke bumi, dan bertandang ke kediaman calon pengantin wanita, guna menyempurnakan dan mempercantik pengantin wanita. Karena itu kamu nggak perlu khawatir tentang memiliki kantung mata ataupun kulit yang pucat, karena besok kamu akan terlihat cantik dan memukau sebagaimana seharusnya."
"Gimana kalau Dara nggak percaya dengan keberadaan Bidadari?" Tanya gadis itu.
"Mama mengerti kalau kamu sudah terlalu modern untuk mempercayai hal semacam ini," Sang Ibu menjawab sambil mengusap pipi anaknya sekilas, "Karena itu lihat saja dari sisi yang lebih mudah untuk dipahami, di mana tujuan El datang bertandang kemari malam ini adalah guna menunjukkan kemantapan hatinya untuk mempersunting kamu. Bisa kan?"
"Sure," Jawab gadis itu dengan suara pelan.
"Ada yang ingin kamu katakan?" Sang Ibu bertanya ketika menyadari kalau anaknya terlihat ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
28+ (Slow Update)
Chick-LitNama : Adara Darra Kelas : XII IPS3 M.P : Bimbingan Konseling. Tulislah sebuah surat berisikan lima kriteria pasangan hidup (suami/istri) untuk diri kamu sendiri di masa depan! Kepada diri saya sendiri di masa depan, Menurut Ibu Susan, kamu akan me...