ANDRA BASTIAAN

125K 7.1K 552
                                    


Punggung kecokelatan yang terbalut selimut berwarna putih sukses membuat Rara menghela napas. Hari ini hari Sabtu yang juga berarti hari santai ; di mana Rara tidak perlu memasak karena mereka akan memesan makanan dari luar, Ara tidak perlu ke sekolah karena libur akhir pekan, lalu Andra tidak harus bangun pagi-pagi sekali karena tidak perlu berangkat kerja.

"Ayah," bagaimanapun Rara tetap membangunkan suaminya, karena jam makan siang hampir tiba, namun Andra masih saja telungkup untuk menganyam mimpi, "Bangun dong, Yah."

Kelopak mata Andra bergerak-gerak, namun tidak ada tanda-tanda pria itu akan segera bangun. Tangan Rara bergerak mencubit hidung mancung suaminya, hanya untuk mendapati pria itu membuka mulut agar tetap bisa bernapas, "Andra Bastiaan!"

Kedua mata itu sukses terbuka dengan sinar kantuk bercampur teguran dan amarah di dalamnya, "Bilang apa tadi?"

"Nggak bilang apa-apa," Rara menelan ludah, gugup ditatap sedemikian tajamnya.

"Lain kali jangan diulangi," nada menegur itu masih ada di sana, namun kali ini dibalut dengan kelembutan, "Yang sopan."

"Iya, Mas. Maaf."

"Jam berapa sekarang?" tanya Andra sambil memutar posisi tubuhnya menjadi telentang, "Ara udah sarapan?"

"Udah dari tadi," jawab Rara sambil mengulurkan tangan untuk melipat selimut, namun membatalkan niat karena teringat tumpukan pakaian Andra yang dipungutnya masih ada di dalam mesin cuci, tanda pria itu belum mengenakan apapun sejak membangunkannya menjelang subuh tadi, "Udah dijemput malah sama Dek Nendra."

"Mereka ke kebun binatang kan ya?" tanya Andra sambil meraih ponsel, "Mas telepon sebentar."

Menunggu Andra bicara dengan Nendra yang semalam meminta izin untuk menjemput Ara, Rara beranjak ke kamar mandi untuk mengatur perlengkapan mandi suaminya. Handuk bersih ia sampirkan di rak, bersama jubah mandi berwarna abu-abu. Setelah mematikan pemanas air karena Andra tidak suka mandi dengan air bersuhu hangat, wanita itu kembali ke ranjang untuk bertanya, "Siang-siang begini enaknya makan apa ya Mas?"

"Makan kamu," jawab Andra singkat.

"Aku serius, Mas."

"Mas juga serius."

Wajah Rara langsung memanas, "Tadi pagi udah."

Tangan Andra bergerak menggapai istrinya untuk dinaikkan ke atas pangkuan, "Dedek bayi baik-baik aja kan?"

"Dedek bayi memang baik-baik aja," jawab Rara menghindari wajah suaminya, "Tapi Mas belum sikat gigi."

"Tadi pagi Mas mandi lagi," Andra membela diri, "Harum."

"Nggak mau ih," tangan Rara bergerak untuk menutup bibir Andra, namun pria itu tak kehilangan akal dengan menjulurkan lidah untuk menjilat telapak tangan Rara yang langsung menjerit histeris, "MAS JOROK!!"

Andra terkekeh, namun tak lama, karena tangannya langsung bergerak menarik dagu Rara untuk mendapatkan keinginannya.

Sejak sebelum menikah, Rara selalu tahu kalau Andra itu kaku dan sedikit terlalu suka mengatur, karakter yang sepertinya hampir dimiliki oleh semua anak pertama. Rara hanya tak tahu kalau pria itu panas dan beringas, sampai mendapati dirinya ditekan ke atas ranjang dengan punggung menempel erat pada dada Andra yang bidang, hanya beberapa minggu setelah pernikahan mereka. Sejak saat itu Rara berhenti mencoba membuat Andra cemburu, karena macan di dalam diri suaminya, dapat menyebabkan encok dan sakit pinggang berkepanjangan, apabila diusik dari tidur lelapnya.

28+ (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang