+19 : Mas Ngeselin, Tapi Nggak Papa, Dara Tetap Sayang

171K 15.7K 604
                                    

"Pelatihan di luar kota?"

"Iya."

"Seminggu?"

"Iya."

"Kok lama banget? Dara pikir pelatihan-pelatihan kayak gitu cuma tiga hari."

"Tapi yang ini seminggu," Jawab El sambil mengaduk-aduk isi mangkuknya.

"Di mana?"

"Tangerang."

"Jauh."

Dara memerhatikan El yang hanya mengangguk dan kemudian sibuk menghabiskan isi mangkuknya. Mereka memilih untuk makan malam di luar kali ini, karena tadi Dara menghabiskan cukup banyak waktu untuk mengurus pembukuan di binatu, sebelum bisa pulang. Kalau sedang beruntung bisa pulang tepat waktu, biasanya mereka lebih memilih untuk pulang ke rumah, dan memasak sesuatu untuk makan malam. Tapi hari ini baik Dara maupun El sudah terlalu lapar untuk bisa memasak dengan benar, dan karena itulah El menghentikan kendaraannya di salah satu kedai penjual sup.

"Nggak makan?"

Pertanyaan El membuat Dara tersadar dari pengamatannya. Gadis itu mulai mengaduk isi mangkuknya, namun masih sempat mengingatkan, "Jangan tambah ya Mas."

El langsung tersedak karena peringatan itu, "Kenapa?"

"Kurangin buncitnya. Jelek."

El menunduk untuk menatap lemak di perutnya, kemudian mengusapnya dengan penuh perasaan, "Tapi dia udah ada di sini sejak Mas masih kuliah."

"Ya terus?" Tanya Dara jengkel.

"Mas udah terlanjur sayang."

Dara mendelik pada remaja di sebelah meja mereka yang terkikik karena ucapan El, dan berkata dengan nada sebal, "Dara bukannya minta Mas jadi berotot atau apalah itu, cuma minta dikurangin aja buncitnya. Untuk kesehatan Mas juga."

El tak langsung menjawab, melainkan menopang dagu dengan salah satu tangannya, sementara tangan yang lain bergerak untuk mencolek perut gadis di sampingnya, hingga Dara hampir terpekik, "Empuk."

"Tapi kan nggak sebanyak lemaknya Mas!" ucap Dara sewot sambil tak lupa menarik kausnya untuk menutupi bagian perut, "Lagipula berat badan Dara naik karena Mas. Tiap hari ngajak makan ini-itu. Tiap malam ngajak ngemil ini-itu. Gendut kan jadinya."

"Mas cuma bilang empuk, bukan gendut."

"Tapi di dalam hati pasti Mas bilang gendut. Iya kan?"

"Nggak."

"Iya!"

"Nggak, sayang."

"Alah, gombal!"

El berdecak saja dan memilih untuk mengalihkan pembicaraan sebelum gadis kolokan di sampingnya ini merajuk, "Nanti Mas pergi seminggu, kamu jangan nangis ya?"

"Ngapain juga nangis?" Sahut Dara gengsi, namun tetap mengingatkan, "Jangan lupa kirim pesan ya?"

"Iya," Ucap El yang sudah kembali sibuk dengan makanannya, "Nanti mau ke rumah Mas? Bantuin beresin koper."

"Manja," Ejek Dara sebal, "Selama ini juga beresin koper sendiri kan?"

"Nggak mau?"

Dara menggerutu tidak jelas, namun pipinya bersemu ketika mengangguk, "Iya, nanti Dara bantuin. Jam berapa besok berangkatnya?"

"Jam tujuh pagi udah di bandara."

"Dara anterin?"

"Mas naik bus aja, nanti kamu capek nyetir. Bandara kan jauh."

28+ (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang