+24 : Ukuran Bra?

188K 16.1K 496
                                    


"Kira-kira Mas butuh berapa lembar undangan?"

"Seratus undangan udah cukup. Mas cuma ngundang teman-teman dekat."

"Teman dekat Mas sampai seratus orang?" Tanya Dara terkejut.

"Teman sekolah, kuliah, pascasarjana, kantor, bengkel, dan pemuda-pemudi gereja."

Ekspresi Dara terlihat takjub ketika bertanya, "Mas masih berhubungan dengan teman sekolah? Dara bahkan udah lupa dengan nama-nama teman semasa kuliah."

"Sombong," Ucap El sambil menyentil puncak hidung gadis itu, "Ketemu teman baru, langsung lupa dengan yang lama."

"Dara sih nggak masalah kalau Mas setia dengan teman lama," Ucap gadis itu mengalihkan pembicaraan, "Yang bahaya itu kalau Mas nggak bisa lupa dengan pacar lama."

El langsung tertawa, "Mulai merasa protektif, huh?"

"Iyalah!" Sahut gadis itu tegas, "Dara nggak mau ada acara ratapan mantan pacar di pesta pernikahan kita."

"Berarti David nggak diundang?" Tanya El terdengar penasaran.

"Nggak dong Mas!" Dara memutar bola mata seakan hal itu sudah jelas, "Jangan bilang Mas berniat mengundang mantan ke pesta kita?"

"Bukan mantan, cuma pernah dekat," El jadi menggaruk kepala karena Dara memelototinya dengan galak, "Teman kantor, sayang. Nggak enak kalau cuma dia yang nggak diundang."

"Oh? Jadi Mas punya mantan gebetan di kantor?" Tanya Dara dengan nada menyindir yang tak sedap ditangkap telinga, "Kenapa nggak jadian? Terhalang peraturan kantor? So sad! Miris ya kisah cinta Mas."

"Sejak kapan peraturan kantor bisa menghalangi Mas untuk mendapatkan apa yang Mas inginkan?" El balas bertanya sambil tak lupa menyelipkan nada sombong di dalam kalimatnya, "Kalau memang mau, Mas bisa pindah kerja ke tempat lain. Memangnya kamu pikir Mas hanya hanya mampu memenuhi persyaratan di satu tempat kerja?"

"Kenapa Mas dan dia nggak jadian?"

"Karena nggak cocok."

"Kalau nggak cocok, kenapa bisa dekat?" Tanya Dara tak mau menyerah.

"Sebenarnya kami nggak terlalu dekat, tapi kalau sedang lembur, dia sering minta diantarkan pulang."

"Oh? Jadi Mas yang digebet?"

"Oh? Jadi kamu pikir, nggak ada yang menggebet Mas?" El menirukan nada bicara Dara dengan cara yang menjengkelkan.

"Maaaaaaaaas," Dara langsung merengek sambil menjatuhkan diri ke dalam pelukan pria itu, "Nanti Dara aduin sama Mas Nendra loh."

"Aduin gimana maksudnya?" Tanya El sambil melingkarkan lengan di punggung gadis itu.

"Aduin kalau Mas nakal dan ganjen sama perempuan lain."

"Memangnya kamu pikir Nendra akan percaya?" El terkekeh sambil meletakkan dagunya di puncak kepala gadis itu.

"Nggak sih," Sungut gadis itu jengkel, "Kenapa sih Mas Nendra percaya banget sama Mas?"

"Karena bahkan sebelum kamu sadar, Nendra udah lebih dulu tahu kalau Mas naksir berat dengan anaknya Pak Bastiaan," Jawab El sambil memasukkan tangannya ke dalam kaus gadis itu untuk memberinya pijatan lembut di punggung.

"Anaknya Pak Bastiaan yang mana?" Tanya Dara dengan nada centil, "Andra, Nendra, atau Adara?"

"Yang IPK-nya paling rendah."

"Memangnya Mas tahu IPK Dara berapa?"

"Apa yang nggak Mas ketahui tentang kamu?"

"Emh, ukuran bra?"

28+ (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang