"Berarti kalian udah pacaran?"
Dara menghentikan kegiatannya mengiris lemon dan mengangguk malu-malu pada Evelyn, Ibunda El, sambil menjawab, "Udah, Tante."
"Syukurlah," Komentar Evelyn sambil menambahkan minyak zaitun ke dalam mangkuk kaca berisi sayuran yang sedari tadi diirisnya, "Kalau El ngeselin, kasih tahu aja sama Tante. Biar Tante pecat dia jadi anak."
Dara tertawa ketika berkata, "Nggak kok Tante, Mas El baik."
"Tante nggak akan mendesak kalian dengan pernikahan, tapi kalian berdua sama-sama udah dewasa, jadi Tante harap kalian serius dalam menjalani hubungan," Evelyn mengatakan itu sambil memeras lemon ke dalam mangkuk kacanya, "Keluarga kita punya hubungan baik yang udah dijalin selama bertahun-tahun, karena itu Tante menitipkan hubungan baik itu kepada kalian. Tolong dijaga, jangan sampai rusak karena pertengkaran-pertengkaran kecil yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan kepala dingin."
"Iya Tante," Sahut Dara bersungguh-sungguh, lega karena Evelyn tak menanyakan rencana pernikahan kepadanya.
"Mas kamu itu keras kepala dan sulit diubah pendiriannya, mungkin karena sejak kecil udah ditanamkan pemikiran kalau dia anak tunggal yang nggak punya saudara sebagai tempat bersandar ketika Ayah dan Ibunya nggak mampu menopangnya lagi. Tapi bukan berarti nggak bisa diajak bicara, karena El itu mau mendengarkan pendapat orang lain dan kalau memang dirasa perlu, bersedia mengalah untuk kepentingan bersama. Karena itu Dara harus berani bicara kalau merasa kurang setuju dengan pendapat El. Jangan diam aja, karena hubungan hanya bisa berjalan lancar dengan adanya komunikasi dua arah."
"Mas El memang keras kepala," Dara meringis ketika mengatakan itu, "Tapi kayak yang Tante bilang, Mas El bisa diajak bicara kok."
"Syukurlah kalau begitu," Komentar Evelyn sambil mengusap-usap bahu Dara, "Semoga langgeng ya? Tante benar-benar ngarep Dara jadi menantu Tante loh."
Dara bisa merasakan wajahnya memanas karena ucapan Evelyn, namun tak perlu menyahuti karena El dan Ayahnya datang mendekat sambil membawa nampan berisi potongan-potongan daging hasil panggangan mereka. Evelyn langsung beranjak mendekati suaminya, sedangkan El menghampiri Dara yang sedang mengaduk-aduk salad. Pria itu tersenyum geli ketika bertanya, "Nggak diapa-apain kan sama Ibu?"
Dara menggeleng, "Ibunya Mas baik, Dara suka."
"Oh ya? Baguslah kalau gitu, Mas senang dengarnya."
Dara berpura-pura memerhatikan saladnya karena tak sanggup menantang mata El seperti biasanya ketika berkata, "Dara juga senang karena Mas meyakinkan Dara untuk ketemu dengan keluarga Mas. Ternyata nggak semenakutkan yang Dara pikirkan selama ini."
"Memang," Sahut El sambil tersenyum, "Kamu tahu satu hal lagi yang nggak semenakutkan apa yang kamu pikirkan selama ini?"
"Apa?" Tanya Dara penasaran.
El tidak langsung menjawab, melainkan mengulum senyum yang membuat Dara semakin penasaran. Pria itu kemudian menarik sebelah lengan Dara agar semakin dekat dengannya dan menunduk agar bisa berbisik di telinga gadis itu, "Menikah," Dan ketika Dara melotot dengan ekspresi menahan horor, El melanjutkan ucapannya, "Persiapkan diri ya? Karena Mas pikir, nggak perlu ditunda lebih lama lagi."
Kalau Dara mati berdiri, semua itu pasti karena kesalahan El.
*
28+ - JessJessica*
"Dara mau buah?"
"Makasih Mbak," Cengir Dara sambil mengangkat salah satu piring berisi potongan-potongan buah dari nampan yang diangkat Nindy, "Ngomong-ngomong, makin montok aja nih Mbak? Pantesan Mas Nenen makin sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
28+ (Slow Update)
Literatura FemininaNama : Adara Darra Kelas : XII IPS3 M.P : Bimbingan Konseling. Tulislah sebuah surat berisikan lima kriteria pasangan hidup (suami/istri) untuk diri kamu sendiri di masa depan! Kepada diri saya sendiri di masa depan, Menurut Ibu Susan, kamu akan me...