Dara melarikan jemari pada layar ponsel sambil mengulum senyum. Tentu saja ia harus mengulum senyum, karena ia bukan tokoh novel yang akan menangis tersedu-sedu karena ditinggalkan oleh hero-nya. Oh please! Memangnya El itu siapa sampai Dara harus menangisinya? Buktinya sebulan sudah berlalu dan Dara baik-baik saja.
Baiklah, lupakan paragraf di atas karena semua itu omong kosong belaka. Malam baru tiga kali berganti tugas dengan siang sejak kepergian El karena penolakannya, namun Dara sudah lebih dari seratus kali membuka dan menutup obrolan terakhir mereka. Hati kecil Dara tahu kalau ia tidak ingin hubungannya dan El berakhir dengan cara seperti ini, namun egonya menolak untuk menghubungi pria itu lebih dulu. Bukankah El seorang pria yang menginginkan Dara sebagai kekasihnya? Pria macam apa yang mundur karena satu penolakan? Ataukah keinginan El untuk menjadikannya kekasih hanya lelucon pribadi pria itu untuk mengisi waktu setelah berpisah dengan kekasih terakhirnya?
Mencoba melongok pada beberapa waktu kedekatan mereka, Dara menyadari kalau El tidak pernah menyatakan cinta padanya. Jangankan cinta, mengaku sayang pun tak pernah. El hanya pernah memujinya cantik setelah berbagi ciuman panas di sofa, kemudian meminta Dara jadi kekasihnya. Pria seperti apa yang meminta perempuan yang tidak disayanginya sebagai pacar?
Kalau diminta untuk jujur, Dara juga sedikit keberatan dengan sikap El yang selalu memiliki bantahan atas setiap pendapatnya. Baiklah, mungkin tidak setiap pendapat, karena El selalu menanyakan keinginan Dara tiap kali mereka akan bepergian bersama. El hanya membantah setiap ucapan Dara yang tidak sesuai dengan prinsip atau pola pikir pria itu. Dara tahu kalau El tidak pernah memaksanya untuk mengikuti apa yang diyakini oleh pria itu, tapi akan menjadi menyenangkan kalau sekali-sekali El mengalah padanya. Pria seperti apa yang tidak mau mengalah pada gadis yang dimintanya menjadi pacar? Bahkan mengalah untuk memecahkan kebekuan di antara mereka dengan lebih dulu mengirim pesan pun El tak mau.
Dara menghela napas untuk mengusir penat yang tiba-tiba memenuhi dadanya. Bahkan setelah menguraikan segala hal yang tidak disukainya dari El, kenapa Dara masih memikirkan pria itu? Kenapa ia masih memiliki keinginan untuk melihat pria itu?
*
28+ - JessJessica
*
Dara sedang melakukan survei harga mesin cuci untuk keperluan cabang usaha binatunya, ketika beberapa pegawai dengan seragam Bank yang sama dengan tempat El bekerja melewatinya. Rasa iri menyeruak di dalam benak Dara karena melihat bagaimana orang-orang tersebut terlihat profesional dengan pakaian kerja mereka. Berbeda dengan dirinya yang kalau sedang tak ingin berdandan, boleh pergi bekerja hanya dengan paduan celana pendek, kaus oblong dan sandal jepit. Seperti sekarang.
Dara tahu kalau ia terlalu manja, keras kepala, dan bossy untuk bekerja di bawah arahan orang lain, tapi kadang-kadang ia juga penasaran ingin mengenakan seragam kerja. Sayangnya Arina memberi pandangan aneh ketika ia mengusulkan agar seluruh pekerja di binatu miliknya mengenakan seragam, kemudian menyebarkan gosip kalau Dara sedang kehilangan kewarasan karena terlalu banyak menghirup aroma pelembut kain. Dasar kurang ajar!
Dara masih asyik mengamati rombongan tersebut ketika melihat sosok yang dikenalnya. Berjalan sedikit lebih tertinggal dibandingkan dengan teman-temannya, El terlihat sedang sibuk dengan ponsel sambil sesekali menyahuti ucapan gadis di sampingnya. Entah apa yang dikatakan oleh gadis itu kemudian, namun kalimatnya jelas menarik minat El dari layar ponsel karena pria itu menoleh dan tertawa. Pada saat itulah pandangan mereka bertemu dan Dara menelan ludah gugup karena El membesarkan mata tanda terkejut melihat kehadirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
28+ (Slow Update)
ChickLitNama : Adara Darra Kelas : XII IPS3 M.P : Bimbingan Konseling. Tulislah sebuah surat berisikan lima kriteria pasangan hidup (suami/istri) untuk diri kamu sendiri di masa depan! Kepada diri saya sendiri di masa depan, Menurut Ibu Susan, kamu akan me...