+8 : Dara Mau Jadi Pacarnya Mas? Gitu?

142K 16.2K 806
                                    


Dara terpaksa harus mengerahkan seluruh tekadnya untuk memasang ekspresi datar ketika melihat El berdiri di depan rumahnya. Sesungguhnya Dara ingin mengamuk dan bahkan mencakar wajah pria itu, namun ia akan terlihat seperti pacar pemarah kalau melakukan itu. Selain karena ia dan El bukan sepasang kekasih, Dara juga menolak mempermalukan dirinya sendiri karena bertingkah seperti orang kehilangan akal sehat.

"Saya minta maaf soal pesan semalam," Dan di luar dugaan, El memulai percakapan dengan permintaan maaf yang terdengar tulus, "Saya ketiduran."

"Mas El nggak punya alasan yang lebih bagus daripada itu?" Tanya Dara keki.

"Tapi saya memang benar-benar ketiduran, makanya nggak pamitan kayak biasanya." Sahut El apa adanya, "Mana ada orang pamitan karena mau ketiduran kan?"

"Tapi kan Mas El bisa bilang kalau udah ngantuk," Sahut Dara judes.

"Memang, tapi saya masih pengin ngobrol dengan kamu."

Wajah Dara langsung merah padam karena ucapan pria itu, "Bi.. Bisa nggak sih, gombalnya dikondisikan?"

"Baper ya?" Tanya El sambil nyengir, "Berarti udah nggak marah lagi kan?"

"Siapa juga yang marah?" Tanggap Dara kembali judes, "Udah ah, ayo pergi. Nanti terlambat."

Senyuman El membuat Dara malu, namun gadis itu berlagak cuek. Setelah mengenakan helm ia naik ke atas boncengan El, yang belakangan ini mulai terasa lebih manusiawi untuknya. Kalau boleh memilih tentu saja Dara lebih memilih kendaraan roda empat, namun sepeda motor El tak lagi terlihat terlalu mengerikan di matanya. Hanya merepotkan sekaligus membatasi pilihan pakaiannya, karena ia tidak bisa lagi mengenakan rok-rok kesayangannya, kecuali ingin memberikan tontonan menarik bagi pengguna jalan.

"Soal pertanyaan kamu tadi malam, saya udah pernah bilang kalau saya nggak punya pacar."

"Tapi pernah punya pacar kan?"

"Pernah."

"Udah lama putusnya?"

El berpikir sejenak, mungkin mengingat atau justru berkonsentrasi pada jalanan, "Tiga bulan lalu kayaknya."

Belum terlalu lama, pikir Dara, "Kenapa putus? Kalau Mas El nggak mau jawab, nggak papa kok. Nanti Dara tanya sama Mamanya Mas El aja."

El tertawa mendengar gurauan gadis itu dan menjawab, "Nggak cocok."

"Memangnya udah pacaran berapa lama sampai tahu nggak cocok?"

"18 bulan kayaknya," Ucap El tak yakin, "Atau satu tahun delapan bulan ya?"

"Lama!" Pekik Dara kaget, "Beneran udah putus, atau putus tapi masih chatting-an?"

"Putus."

"Jutek banget," Sahut Dara jengkel, "Mas El masih ngarep ya sama dia?"

"Nggak kok," Jawab El, "Masa kamu nggak tahu kalau saya ngarepnya sama kamu?"

Jarum jam bahkan belum mencapai angka delapan, tapi Dara sudah dua kali merah padam karena kalimat El. Dengan jengkel Dara memukul-mukul pundak pria itu, namun El hanya tertawa di balik helmnya, "Dara pikir Mas El orangnya kaku, ternyata tukang gombal juga."

"Panas ya?" Tanya El sambil menegakkan tubuhnya karena mereka sedang berhenti di lampu merah, kemudian meletakkan tangannya di atas tangan Dara seakan berusaha melindungi gadis itu dari sengatan matahari, "Kenapa kamu bisa berpikir kalau saya orang yang kaku?" Lanjutnya ketika gadis itu menggeleng.

"Karena Dara belum pernah didekati sama cowok yang menyebut dirinya sendiri saya," Sahut gadis itu sambil meringis, "Dara jadi berasa lagi ngobrol dengan atasan, meskipun Dara nggak punya atasan."

"Saya nggak menyebut nama saya sendiri seperti kamu," Sahut El ragu-ragu.

"Iyalah!" Sahut Dara tegas, "Dara bisa kejang-kejang kalau Mas El bilang, 'Dara mau jadi pacarnya El?' Ih, najis! Geli banget."

"Jadi kamu maunya gimana?" Tanya El yang tertawa karena ekspresi gadis itu, "Dara mau jadi pacarnya Mas? Gitu?"

Mungkin Dara harus ke rumah sakit hari ini, karena ini sudah ketiga kalinya El membuat wajahnya merah padam. Dengan malu gadis itu menenggelamkan wajahnya ke dalam pundak El, kemudian menggumam pelan, "Nggak tahu ah. Mas El ngeselin."

Jangan tanyakan El kenapa pengguna lain memerhatikan mereka dengan tatapan iri, cemburu atau bahkan muak. Semua itu pasti karena ulah gadis di boncengannya.

*

28+ - JessJessica

*

Adara Darra : Mas?

Elliot DDathan : Ya?

Adara Darra : Nanti nggak usah jemput Dara ya.

Adara Darra : Soalnya tadi ada temen kuliah yang datang ke ruko, terus ngajak keluar.

Adara Darra : Jadi Dara pulangnya langsung dari BCS, nggak mampir ke ruko lagi.

Elliot DDathan : Nggak usah dijemput karena pulangnya diantarkan sama teman, atau nggak usah dijemput karena BSC jauh dari kantor Mas?

Dara menepuk pipinya sendiri setelah membaca pesan El, tidak menyangka kalau pria itu serius dengan niat untuk mengubah kebiasaannya yang selama ini selalu menggunakan kata Saya untuk menyebut dirinya sendiri. Dara tidak menyangka kalau El akan menanggapi guyonannya secara serius, dan mengutuk dirinya sendiri karena tak sengaja membuat hubungan mereka satu langkah lebih maju daripada sebelumnya.

Dara terpaksa harus mengakui kalau El jauh lebih dewasa dari pria-pria yang selama ini mendekatinya. Kebanyakan dari pria-pria itu akan langsung mengambil langkah mundur atau bahkan menjauhinya karena merasa kalau Dara telah melukai ego mereka dengan kesombongannya. Berbeda dengan El yang tetap santai seakan mempelajari sikap kekanakan Dara adalah sesuatu yang menyenangkan baginya. Tidak ada raut wajah tersinggung, tidak ada tanggapan ketus yang menyiratkan sakit hati, dan tidak ada sikap memaksa. Hanya obrolan ringan yang membuat Dara meninggalkan segala sikap siaganya, karena berpikir, tidak ada yang bisa dicapai El dengan sikap santainya itu. Pendapat yang salah kalau melihat kemajuan apa yang telah dibuat El atas hubungan mereka saat ini.

Adara Darra : Dianterin pulang sama temen.

Elliot DDathan : I see.

Elliot DDathan : Kalau gitu, have fun ya.

Dara mengirimkan stiker untuk mengakhiri pesan tersebut dan mendesah napas lega karena El tak banyak bertanya. Ia bisa memahami kekhawatiran pria itu membiarkannya pulang sendiri, karena bagaimanapun juga keluarga mereka saling mengenal. Ada dua keluarga yang akan bersitegang kalau Dara yang diketahui berangkat kerja bersama El, terlantar seorang diri di tengah jalan.

"Dara?" Panggilan itu membuat Dara menoleh dan mendapati seorang pria sedang memberinya tatapan terkejut, yang kemudian berubah jadi tatapan kikuk, "Eh, hai. Apa kabar?"

Wajah merah padam itu membuat Dara bisa mengambil kesimpulan kalau pria ini terlalu antusias ketika melihatnya, sehingga tanpa pikir panjang langsung menyapa. Mungkin sekarang pria ini telah tersadar kalau pertemuan terakhir mereka berakhir dengan bencana, karena Dara membuat pria itu mencium sepatunya, "Baik. Apa kabar David?"

Ingatkan Dara kalau melemparkan sepatu ke wajah orang lain sebaiknya dilakukan di kamar yang berisi dua orang hampir telanjang, bukannya di tempat di mana banyak orang yang akan dengan senang hati menontonnya mempermalukan diri sendiri.

**

Jess Note :

Beberapa orang berpikir kalau Dara itu polos. Sah-sah aja sih kalau kalian berpikir kayak gitu, tapi saya pribadi berpikir kalau Dara itu kolokan. Dia anak bungsu, remember? Udah tugasnya untuk jadi anak manja dan sering bertingkah seenaknya. LOL.

Btw, bentar lagi idul fitri. Udah pada bikin kue? #eh

Salam Kue Lebaran, Jejoy.

28+ (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang