+27 : Termasuk Dengan Pembalut dan Panitiliner?

175K 15.1K 764
                                    



"Oh iya," Tiba-tiba El menghentikan gerakan jarinya yang sedang sibuk mengetik, demi menoleh pada Dara, "Gimana dengan seserahan lamaran?"

"Memangnya kenapa dengan seserahan?"

"Kata Ibu, sebaiknya seserahan dirundingkan oleh kita berdua. Karena seserahan itu kan untuk kita, jadi pasti kita juga yang paling tahu, benda-benda yang kita perlukan."

Dara manggut-manggut mendengar penjelasan itu, "Ada syarat atau peraturan tertentu tentang seserahan ini? Misalnya dilarang meminta barang tertentu, gitu?"

El menggeleng, "Ibu hanya berpesan agar kotak seserahannya berjumlah ganjil, dan seserahan untuk Mas lebih sedikit daripada punya kamu. Jadi kalau seserahan kamu berjumlah 11 kotak, maka punya Mas hanya 9 kotak."

"Kok gitu?"

"Mas juga nggak tahu, Ibu hanya berpesan seperti itu."

"Oke, jadi kita mulai dari mana?"

"Perlengkapan ibadah?" El justru balas bertanya, "Kamu butuh benda-benda apa aja untuk beribadah?"

Dara mengetuk-ngetuk dagunya sembari berpikir, "Alkitab, Puji Syukur, dan kalung rosario. Itu aja sih."

"Patung salib?" El bertanya sementara tangannya bergerak di atas keyboard untuk menuliskan pesanan calon isterinya, "Kayaknya kita butuh untuk diletakkan di ruang doa."

"Kalau gitu tambahkan tempat lilinnya juga," Balas Dara, "Sepasang."

El mengangguk dan melanjutkan, "Perlengkapan mandi."

"Sabun, shampo, conditioner, vitamin rambut, sikat gigi, pasta gigi, benang gigi, obat kumur, handuk, jubah mandi, shower puff, shower cap, pencukur dan krimnya, lotion, deodorant, parfum..,"

"Tunggu! Tunggu!" El membekap Dara dengan salah satu tangannya dan bertanya, "Memangnya kamu benar-benar menggunakan semua benda itu tiap kali mandi?"

Dara menepis tangan pria itu dari mulutnya dan menegaskan, "Itu belum semua Mas. Jangan lupakan lulur, sabun sirih..,"

"Udah, udah," El kembali membekap gadis itu, "Gimana kalau Mas antarkan kamu belanja, dan kamu pilih sendiri barang-barangnya?"

"Termasuk dengan pembalut dan pantiliner?"

"Iya, terserah," Sahut El sambil memijat pelipis, "Lupakan perlengkapan mandi. Kita membahas perlengkapan pesta aja."

"Sebenarnya Dara suka pakai gaun, tapi sejak menikah, Mbak Rara dan Mbak Nindy lebih sering pakai kebaya untuk menghadiri undangan-undangan pesta. Mungkin sebaiknya Dara juga mulai beli kebaya ya Mas?" Gadis itu menopangkan dagunya pada telapak tangan, "Lagipula Dara punya banyak gaun, tapi cuma punya tiga pasang kebaya yang digunakan di acara wisuda, pernikahan Mas Andra, dan pernikahan Mas Nenen."

"Tapi Mas suka ngelihat kamu pakai gaun," El memberitahu, "Kelihatan anggun."

"Kalau gitu, seserahan perlengkapan pestanya paket komplit aja. Gaun, kebaya, dan songket," Putus Dara dengan cengiran.

El mendengus namun tetap mengetik, "Gaun, kebaya, dan songket. Terus?"

"Sepatu tinggi, clutch, gelang...,"

"Ada perlengkapan perhiasan," El memotong ucapan gadis itu, "Gelang itu kan perhiasan, jadi nggak usah ditambahkan ke bagian perlengkapan pesta."

"Kalau gitu, perlengkapan pestanya berupa gaun, kebaya, songket, sepatu tinggi, clutch, gaun, kebaya, dan songket lagi," Dara cekikikan ketika memberikan usulnya.

"Pintar banget anaknya Pak Bastiaan," El menempelkan bibirnya di dagu gadis itu dan menambahkan dengan gemas, "Gigit sedikit boleh?"

"Geli," Kikik gadis itu sambil mendorong wajah El, "Dara kan cuma menjawab pertanyaannya Mas. Siapa suruh Mas nanya terus?"

28+ (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang