Jam sudah menunjukan pukul 00.45 Dira baru saja sampai di rumah dengan keadaan setengah mabuk. Dia memarkirkan mobil jazz putih kesayangannya ke dalam carport ,lalu keluar mobil dengan tubuh hampir limpung, ia terus berjalan menuju pintu utama rumahnya. Setelah membuka pintu tersebut dengan kunci cadangannya Dira masuk kedalam rumah. Namun dahinya berkerut tanda bahwa dia sedang berpikir mengapa keadaan rumahnya tidak seperti biasannya,kenapa semua lampu-lampu rumahnya mati,dimana para pembantunya. Namun Dira tidak mengambil pusing dan tetap melanjutkan jalannya menuju kamar untuk segera istirahat. Namun langkahnya terhenti di anak tangga paling bawah saat sebuah suara deheman milik papanya terdengar. Dira pun membalikkan badan dan langsung berhadapan dengan kedua orang tuanya.
"Dari mana kamu Dira?!kenapa jam segini baru pulang?!dan pakaian macam apa itu?!kenapa kurang bahan begitu?!". Cerocos mamanya yang dibalas Dira dengan memutar bola matanya.
Ada jeda cukup lama karena Dira tidak langsung menjawab pertanyaan mamanya sebelum sebuah suara terdengar.
"Jawab Dira! Jangan diam aja!". Bentak papanya membuat Dira menghela nafas lelahnya."kenapa pulang jam segini?!". Lanjut papanya.
"Gimana Dira mau jawab coba kalo mama aja ngasih pertanyaannya gak satu-satu, kan Dira bingung mau jawab yang mana. Btw mama papa kapan pulang dari Paris?kenapa gak kabarin Dira nanti kan biar Dira jemput di bandara. Dan ah iya mana oleh-oleh buat Dira?"
" Dira!!!!" geram kedua orang tua dira atas kelakuan anaknya itu."ga usah ngalihin pembicaraan Dira!!!dari mana kamu?!"lanjut papa Dira.
Dira hanya bisa menghela napas kasar sebelum menjawab. "Dira baru clubbing sama temen-temen Dira pa." jawab dira dengan tampang watadosnya.
"Astaga Dira!!!" teriakan frustasi sang mama dengan posisi berdecak pinggang dengan kepala yang di geleng-gelengkan ia tak hapis pikir dengan kelakuan anak perempuan semata wayangnya itu, berbeda dengan adik Dira yang meskipun laki-laki tetapi pendiam.
Dira memutar bola matanya dan ia berbalik menaiki anak tangga untuk segera masuk kedalam kamarnya,ia sudah tidak kuat untuk berdiri lama dalam keadaan setengah mabuk dan pusing akibat minunan laknat itu,ia juga dari tadi mati-matian menahan kantuk yang menimpa matanya. Ia hanya ingin sampai di kamar dan langsung mengistirahatkan tubuhnya di kasur dan bangun di pagi hari dengan keadaan lebih fres.
Saat di tengah tangga suara sang papa menghentikan langkah Dira. "Kalo kamu masih sering kaya gini papa akan cabut semua fasilitasmu, mobil, motor, tabungan, uang jajan, uang bulanan semuanya papa tarik!" karena sudah terlalu lelah Dira hanya menjawabnya dengan gumaman dan tetap melanjutkan kegiatannya menaiki tangga menuju kamar tidurnya.
***
Pagi ini begitu cerah semua keluarga sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan kecuali Dira, entahlah dimana keberadaan gadis itu.
"Sean tolong kamu ke kamar kak Dira,suruh dia turun untuk sarapan." ucap mama Dira kepada si bungsu yang bernama Sean Alvaro itu.
Sean yang mendengar perintah mama kesayangannya ini langsung menjawab dengan gumaman dan menghentikan acara makan sanwich sayur favoritenya dan menuju kamar kakaknya.
'Tok' 'tok' 'tok'
Sean mengetuk pintu berwarna putih di hadapannya berkali-kali tetapi hasilnya nihil tak ada seorang pun yang menjawab dari dalam. Sean pun mencoba membuka handel pintu tersebut dan ternyata tak di kunci. Sean mendengus akan kebodohannya karena dari tadi pintunya tak terkunci dan ia membuang-buang waktu hanya untuk mengetuk pintu.
Sean memasuki kamar bernuansa merah jambu tersebut, ia masih tak habis pikir kenapa kakaknya ini seperti anak kecil. Cobalah liat disana ada lemari kaca besar yang hanya berisi boneka barbie milik kakaknya itu yang kalau di hitung bisa sampai ratusan jumlahnya. Berbeda dengan kamar miliknya yang bernuansa maskulin dengan piagam dan penghargaan ada dimana-mana.
Mata Sean berhenti mengelilingi kamar tersebut dan berhenti pada ranjang putih sengan sprei kasur berwarna merah jambu, disana anak gumpalan panjang yang tertutup sprei bermotif barbie. Sean mendengus ia tahu bahwa yang berada didalam sana adalah kakaknya yang belum bangun. Ia pun berjalan mendekati ranjang dan langsung menyibakkan sprei bermotif barbie tersebut. Dira merasa terganggu dan menggeliat tak nyaman,ia terus mencari ujung sprei dan melanjutkan tidurnya kembali.
"Astaga kak udah siang! Lo kenapa belum bangun hah? Lo emang gak sekolah?!" ucap Sean sembari menggoncang-goncangkan tubuh kakaknya itu. "Ya ampun kak udah jam setengah 7 ! Buat persiapan lo aja kurang!"lanjutnya lagi karena ia merasa tak ada respon dari kakaknya.
Dira mulai merasa terganggu dengan guncangan dari Sean yang semakin lama semakin kuat. "Udah ah berisik lo bawel!" bentak Dira serak tetapi masih tetap memejamkan matanya.
Sean pun mengentikan gerakannya,sebuah ide melintas di otak jeniusnya. Iapun melamgkah memasuki kamar mandi pribadi Dira, ia mengambil air di sower dan di letakkan di dalam cup kecil dan membawanya menuju tempat tidur Dira. Ia tersenyum licik menatap gumpalan itu,lalu ia membuka sedikit sprei itu yang menampilkan wajah kakaknya yang tengah tertidur lelap. Pertama ia hanya meneteskan air tersebut ke kedua mata Dira yang direspon Dira dengan gumaman tak jelas dan tetap melanjutkan tidurnya. Sean pun tersenyum jahil dan langsung menyiramkan air tersebut ke wajah kakaknya.
'Byurr'
"Hujan!hujan!hujan!" teriak Dira sembari mengubah posisinya menjadi duduk dan mengusap-usap wajahnya yang basah.
Sean yang melihat itu langsung tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya yang sedikit sakit. Dira yang mendengar suara tawa Sean langsung membuka matanya dan langsung menemukan adiknya itu sedang tertawa dengan memegang cup kecil. Ia tahu bahwa ini kelakuan adiknya.
"SEANIDA!!! AWAS LO YA!!!!!" teriak Dira sembari akan melempar bantal di sampingnya. Namun naas Sean sudah keluar kamar dan alhasil bantalnya mendarat menabrak pintu kamar.
Tak lama setelah Sean keluar kembali terdengar suara tawa seluruh keluargannya dari lantai bawah. Dira tahu bahwa Sean menceritakan semuanya kepada kedua orang tua mereka.
"Arrrrggggghhh!!!! SEANIDAAAA keparat !!! Dasar adik durhaka lo SEAN!!!!"teriak Dira sebelum berjalan menuju kamar pribadinya sembari terus menggerutu.
Setelah ritual mandi yang menghabiskan waktu 30 menit itu Dira keluar dan langsung menuju lemari pakaiannya dan berbenah memakai seragam putih abu-abunya mengingat ini hari selasa.
"Ck. Ini buku sosio mana lagi?! Huft" Dira berdecak dan mengobrak-abrik meja belajarnya yang selalu rapih itu. Ya rapih karena sama sekali tidak di sentuh Dira untuk belajar.
"Akhirnya ketemu juga! Eh buku meskipun lo kosong tapi tetep kalo gue gak bawa elo gue bisa mampus dihukum sama emak lo yang bohainya ngalahin nicky minaj itu!" Dira berucap kepada buku tulis berisi 100 lembar tersebut. Tapi Dira tak yakin kalo buku tersebut berisi 100 karena pernah diwaktu jenuh pelajaran di kelas, Dira menghitung jumlahnya dan hasilnya mengatakan bahwa buku tersebut hanya berisi 98 lembar.
Setelah mengepak seluruh keperluan sekolahnya ke dalam tas akhirnya dira keluar kamar sesudah dirinya memakai kaos kaki yang panjangnya sampai lutut dan dibawah rok abu dira dan memakai sepatu konverce hitamputihnya.
Tbc.
Jan lupa buat Votmen ya guys.
Maaf ya karena ini cerita perdana aku jadi pasti banyak salahnya.Thanks for reading my story 🙃
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRANA SHALSADILA
SpiritualDirana Shalsadila, remaja kota besar yang salah pergaulan yang membuatnya terjerumus ke jurang kemaksiatan. Clubbing, minuman keras adalah hal biasa baginya Hingga orangtuanya, memutuskan untuk mendaftarkan dirinya ke pondok pesantren agar membuat D...