Suara kicau burung dan ayam berkokok seakan-akan menjadi nada dering alarm Dira beberapa hari ini, tepatnya seminggu setelah Dira, Adrina, dan Sania datang ke pondok pesantren.
Daerah dataran tinggi yang memiliki suhu rendah sudah menjadi kebiasaan bagi Dira, Dirinya yang kadang suka traveling ini sudah terbiasa dengan suhu di bawah 15°c.
Entah dorongan dari mana Dira selalu bangun sebelum Subuh. Saat dimana kedua sahabatnya ini masih terlelap dalam mimpinya masing-masing.
Hari ini adalah hari pertama ia memasuki kelas untuk pelajaran setelah satu minggu digunakan untuk mencoba membiasakan diri di oondok pesantren.
Mengingat itu Dira kehilangan moodnya pagi buta ini, ia paling malas apabila mengingat sekolah,tugas,PR, dan lain sebagainya.
Ia memejamkan matanya untuk tidur kembali saat setelah mengecek jam dinding yang menunjukan pukul du lebih 45 menit.
Namun sayang setelah 5 menit rasa kantuk yang biasa Dira rasakan saat akan tidur lagi dari bangunnya tak kunjing datang. Ia merubah posisinya guna mencari posisi yang paling pas untuk dirinya tidur sembari memaksakan matanya untuk terpejam.
Gagal.
Dira terduduk di ranjang dan menyibakkan selimut untuk berjalan turun, ia berjalan memuju jendela lalu membukanya.
Dira kaget saat melihat Faisal berjalan menuju masjid seorang diri. Rasa penasaran Dira muncul ia menebak-nebak apa yang akan dilakukan Faisal pagi buta seperti ini.
'ngapain ya?emm sholat tahajjud?' batin Dira menebak-nebak apa yang dilakukan Faisal.
Ia ingat sholat yang dilakukan seseorang di sepertiga malam sebelum subuh di pelajaran agamanya itu di sebut sholat tahajjud.
Lagi iya bergegas mengambil jilbab instannya dan pergi untuk ke masjid.
Dira tak lupa membawa mukena untuk alasan di penjaga asrama putri. Ia menguap sembari berjalan ke masjid diperjalanan ia mengamati kegiatan seseorang di masjid yang ada di depannya.
Namun saat akan masuk ke dalam masjid, telinganya mendengar suara sesegukan seperti orang yang menahan tangis.
Perasaan Dira campur aduk antara takut dan juga penasaran.
Ia memasuki masjid dan melihat Faisal sedang duduk sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Menurut Dira seperti itu karna posisi Faisal yang membelakangi Dira.
Namun yang janggal adalah suara itu semakin terdengar jelas dan bahu Faisal bergetar.
'Faisal nangis?'
Rasa penasaran Dira semakin menjadi tatkala Faisal bergumam hampir tidak jelas.
"mama.."
Dira semakin bingung telinganya menangkap gumaman itu meskipun samar. Ia melangkah masuk dan mengintip lewat pembatas di masjid.
"lo..eh kamu nangis?"ucap Dira masih dalam posisi mengintip pembatas masjid.
Faisal tersentak kaget dirinya langsung menghapus sisa air mata di wajahnya lalu sedikit mengintip kearah Dira lalu mengalihkah pandangannya kembali.
"heh jawab napa? Dihh cowok kok nangis" ucapan yang keluar dari mulut Dira memang terlalu frontal. Tapi jujur dirinya hanya ingin menghibur Faisal agar tidak menangis.
"emang salah kalo cowok nangis?cowok juga punya hati, dia juga berhak bersedih" ucapan Faisal sebelum pergi meninggalkan Dira di masjid.
Ia kaget baru kali ini Faisal berbicara panjang seperti ini. Ada rasa hangat di hatinya beriringan dengan degub jantungnya yang tak beraturan.
'gila!!!! Hati gue kenapa?jangan please perasaan ini cuma buat dia yang entah kemana' batin Dira berteriak.
"terus gue disini mau ngapain?gue kan nggak bisa sholat tahajjud" tanya Dira pada Dirinya sendiri.
***
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRANA SHALSADILA
SpiritualDirana Shalsadila, remaja kota besar yang salah pergaulan yang membuatnya terjerumus ke jurang kemaksiatan. Clubbing, minuman keras adalah hal biasa baginya Hingga orangtuanya, memutuskan untuk mendaftarkan dirinya ke pondok pesantren agar membuat D...