6

1.3K 49 0
                                    

Setelah menempuh waktu beberapa jam disinilah mereka tiba. Di pelataran pondok pesantren.

Para orang tua berjalan meninggalkan anak-anak mereka menuju ke rumah paling depan dengan gaya tradisional jawa yang cukup kental.

"Kak lo bener mau tinggal disini?" ucap Sean tiba-tiba sembari celingak-celinguk menatap pondok pesantren.

"Ye bukan mau gue juga tinggal disini!" balas Dira dan menatap kanan kiri pondok pesantren yang hanya berisi sawah dan kebun dan sepertinya jauh dari permukiman dari yang Dira lihat saat perjalanan ke sini.

"Sejuk juga di sini di banding di Jakarta" gumam Adrina cukup keras dan mendapat tatapan tajam dan meremehkan dari Sania dan Roni kakaknya.

"Yaiyalah orang ini jauh banget dari Jakarta ogeb!"ucap Roni sembari menjitak kepala sang adik yang langsung mendapat cubitan maut dari Adrina.

"Anjirr gada signal!" seru Sania tiba-tiba.

"Beneran san?! Gausah bohong!" ujar Dira heboh sembari mengambil smartphone miliknya.

Sania hanya membalas dengan gumaman. Sedangkan Dira dan Adrina sendiri heboh mencari signal sembari mulutnya komat-kamit mengatakan sumpah serapah.

Sean dan Roni hanya terkikik geli melihat Dira dan Adrina. Mereka hanya berdoa agar saudara mereka berubah menjadi lebih baik.

***

Setelah selesai acara serah terima santri yang di lakukan kedua orang tua masing-masing dengan para kyai pengurus pesantren kini, mereka sedang berada di parkiran mobil.

"Abang nanti sering kesini ya jenguk Adrina!" ucap Adrina sembari memeluk kakaknya.

"Ga ah males gue sibuk buat skripsi!" goda Roni kepada adiknya. Bagaimanapun ia tetap akan merindukan adik kecilnya ini, yahh meskipun sudah tidak bisa dikatakan kecil lagi sih.

"Abangg kan baru semester tiga!"Balas Adrina semari mempererat pelukannya.

"Kak, Sean bakal kangen kakak!"ucap Sean menangis di pelukan sang kakak.

"Gue juga bakal kangen sama lo!" balas Dira sembari mengusap punggung sang Adik.

"Boleh ga kalau Sean kangen kak Dira Sean tidur di kamar kakak?" tanya Sean kepada Dira.

"Boleh kok! Kakak juga bakal kangen deh sama kamar kakak yang isinya barbie"balas Dira. "Tapi kamu ga boleh pegang apapun di kamar kakak!"tambah Dira.

"Ga pegang apapun kok janji" ujar Sean sembari mengacungkan kelingkungnya yang langsung di tautkan olah jari kelingkig Dira.

"Maaf ya kalian kami tinggal sini, ini semua demi kebaikan kalian"ucap papa Dira.

"Benar itu kami minta kalian berubah" ucap papa Adrina.

"Iya,semoga kalian betah di sinu" gantian papa Sania berujar.

Sedangkan para mama sedang menangis di pelukan suami masing-masinh setelah acara peluk-meluk dengan anaknya.

"Pak, kami titip anak-anak kami dan didiklah mereka dengan kebaikan" ujar papa Dira kepada para Kyai, Ustad, dan para Ustadzah.

"Tentu! Terima kasih sudah mempercayakan pondok pesantren ini" ucap lembut salah satu Kyai yang Dira duga adalah pemilik pondok pesantren ini.

Setelah itu para orang tua pergi dari pesantren meninggalkan Dira,Adrina,dan juga Sania.

"Emm kalian boleh langsung ke kamar kalian atau jalan-jalan mengelilingi pondok pesantren dan saya juga akan menjelaskan beberapa aturan di pesantren ini" ucap lembut seorang ustadzah muda dengan tubuh rampingnya dan juga kerudung besar yang menutupi badannya.

"Kami mau langsung ke kamar saja ustadzah..." ujar Dira ragu.

"Panggil saja Ustadzah Aisyah"balas Ustadzah Aisyah lembut.

"Eh i-- iya ustadzah Aisyah" ucap Dian kikuk.

Mereka berempat berjalan menunuju asrama putri. Di perjalanan banyak yang menatap Dira aneh yah bagimanapun wajah Dira yang agak kebulean meskipun tidak ada unsur gen bule pada keluarganya.

"Ini masjid di pesantren ini, di sini putra dan putri sholat bersama meskipun berbeda asrama. Kalian tau kan kalo bukan muhrim itu ga boleh ada interaksi lebih?" jelas Ustadzah Aisyah.

Mereka hanya menjawab dengan gumaman.

"Kalo yang di sana itu madrasah atau sekolah, tapi yang itu milik putri sedangkan putra sebelahnya lagi, madrasah itu sama kayak SMA cuma dimadrasah lebih di tekankan pelajaran agamanya meskipun tetap ada pengetahuan umum" lanjut Ustadzah Aisyah menjelaskan.

'Gimana mau betah gue orang kalo di SMA aja paling males pelajaran agama ini malah isinya pelajaran agama doang!' Dira membatin.

"Disana kamar kalian isinya tiga ranjang dan juga tiga lemari kecil serta satu kipas angin" ucap Ustadah Aisyah semabari menunjuk pintu agak lebar.

"Ga ada ac?" celetuk Adrina tiba-tiba.

"Tidak ada disini kalian malah akan kedinginan" kekeh Ustadzah Aisyah.

"Ogeb banget sih lo!" sinis Sania.

"Emm di sini kalian harus bisa jaga sikap dan ucapan kalian karna disini bukan jakarta yang bebas" entah angin datang dari mana tiba-tiba Ustadzah Aisyah yang friendly menjadi dingin.

Hal itu membuat mereka diam tak berkutik.

"Kalo sudah saya pamit kalian istirahatlah, Assalamualaikum" pamit Ustadzah Aisyah.

"Waalaikumsalam" jawab mereka kompak.

***

Tbc.
Sedikit sekarang ya..

DIRANA SHALSADILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang