Mentari menampakan dirinya pagi ini seakan-akan ingin berbalas dendam pada gelapnya malam.
Pagi hari yang sangat panas bagi Dira,Adrina, dan Sania. Karena jum'at pagi ini semua penghuni pondok pesantren Al Ahzar di arahkan untuk melakukan kebersihan.
Tentu saja ini sangat asing bagi Dira, dia yang dulu akan menghabiskan waktu liburan untuk bermain sekedar hang out, shoping ataupun hibernsi di dalam kamar.
Ya hibernasi, Dira menyebutnya seperti itu saat dirinya seharian hanya ada di dalam kamar, tiduran,dan stalking cogan. Ia hanya akan keluar kamar jikalau perutnya minta diisi. Mandi? Dira adalah salah satu penganut ajaran hemat air jadi hari libur mandi bukanlah suatu hal yang wajib dilakukan.
Dira sedang menyapu taman, sedangkan Adrina dan Sania sedang mencabuti rumput liar. Tentu saja mereka melakukan hal itu dengan terpaksa karna ustadzah Aisyah sedari tadi memperhatikan mereka.
Dira menengok kearah ustadzah Aisyah yang sedang berbicara dengan ustadzah lain yang Dira sendiri tidak tahu namanya, tak lama mereka berlalu meninggalkan taman dan menuju kearah aula pondok. Dira menghembuskan nafas dan berhenti melakukan kegiatannya.
"nih ya kalo di rumah ada bi ijah yang bakal bersihin rumah! Ah sialan capek gue!" ucap Dira sembari menghentak-hentakan kakinya.
"yang capek emang lo doang Dir, kita juga capek tau! Udah nih tangan perih lagi!" gerutu Adrina. "aduhh kuku-kuku cantik gue udah nggak nyalon lagi dipake buat ginian! Huft" tambahnya lagi.
"alay lo pada!" ucapan Sania membuatnya mendapatkan hadiah tatapan tajam dari Dira dan Adrina.
Tiba-tiba tong sampah yang ada di dekat mereka jatuh karna di tendang oleh sosok santriwati dan kedua temannya.
"ups nggak sengaja" ucap santriwati itu dengan tatapan merendahkan. Kedua teman santriwati itu terkikik.
"maksud lo apa-apaan hah?! Sengaja kan lo nendang tong sampah ini?!" murka Dira kepada santriwati tersebut karna isi dari tong sampah tadi berserakan kembali.
Ketiga santriwati itupun malah semakin terkikik. Ia sangat senang bisa mengerjai santri baru itu.
"aku udah bilang aku nggak sengaja tuh" ucap santriwati itu menantang Dira.
"gue nggak mau tau pokoknya lo harus benerin ini semua!"bentak Dira kepada ketiga santriwati tersebut.
Karena tidak mau bertanggung jawab ketiga santri itu langsung meninggalkan Dira. Sedangkan Dira ia semakin geram atas kelakuan ketiga santriwati tadi.
"woy mau kemana lo hah?!" teriak Dira.
"udah-udah Dir! Tuh liat ada cogan lagi jalan kesini!"
Ucap Adrina membuat Dira penasaran. Ia pun mengalihkan pandangannya ke arah gerombolan santriwan itu. Tapi tunggu, mata Dira langsung berbinar tat kala melihat sosok yang semalam membuatnya keluar asrama putri.
Sosok itu memakai koko putih serta kain sarung hitam. Laki-laki itu memiliki tatapan tajam,di dukung alis tebal dan rahangnya yang kokoh wajahnya yang agak kebule-bulean itu membuatnya sedikit mencolok dibanding teman-temannya yang lain.
"san sania!! Itu cowok yang kemarin gue ceritain ke elu yang di masjid itu!" ucap Dira sembari menepuk bahu Sania cukup keras.
"apaan sih Dir! Alay lo!" ucapan tajam Sania tidak membuat Dira dan Adrina mengalihkan pandangannya dari 5 santriwan di depannya itu.
Santriwan itu berjalan melewati Dira dan Adrina yang masih bengong, apalagi salah satu dari mereka mengedipkan mata genit kearah Sania yang langsung dibalas pelototan tajam khasnya.
"cih tebar pesona!" geretu Sania saat setelah mereka berlima melewatinya menuju ke arah ustad Zaky.
"sadar napa sadar diem-diem bae!" tambahnya lagi untuk Dira dan Adrina yang bengong menatap kelima santriwan tersebut.
"woy ini woy sampahnya gimana! " ucapan Sania kali ini menyadarkan lamunan mereka berdua.
"ah iya lupa gue" ucaon Dira dan Adrina bersama.
Tiba-tiba saat Dira akan mengambil sapu yang terjatuh ia melihat beberapa pasang sandal laki-laki yang berhenti di dekatnya.
"mungkin ada yang bisa kami bantu?" ucap salah satu santriwan saat setelah Dira berdiri tegak.
Dira tidak langsung menjawab matanya fokus menatap sosok laki-laki yang tadi malam ia temui, pandangan mereka bertemu beberapa detik sebelum laki-laki itu mengalihkan pandangannya.
"emm.. Maaf, ada yang bisa kami bantu?" ulang santriwan tadi membuat Dira kembali tersadar.
Sania berdecak saat melihat kedua sahabatnya itu yang seperti orang gila.
"sebelumnya terima kasih, kami..."Ucapan Sania terhenti tatkala Adrina memotongnya. "kami butuh bantuan buat bersihin ini,bisa nggak?"
"sialan modus!" umpat Sania lirih.
"oke deh kami bantu, oh iya perkenalkan nama aku Farhan,terus ini kembaran aku namanya Faris." ucap laki-laki tadi sembari mengenalkan orang di sebelah kirinya yang berwajah hampir sama dengannya.
" sebelah Faris, dia Faqih sebelahnya lagi ada Firman." lanjutnya lagi.
Firman adalah orang yang dari tadi mengamati Sania sembari mengedipkan matanya kepada wanita dingin itu.
"Eneng tau nggak mata uang jepang?" gombal Firman kepada Sania.
Sania memandang risih Firman. Ia tidak sebodoh itu, dia sedang di goda laki-laki asing yang tidak pernah ia kenal sebelumnya.
Semuanya hening,Sania belum menjawab pertanyaan tersebut. Dira jengah melihat sahabatnya yang super dingin itu. Ia pun menyenggol tangan Sania sembari berbisik agar Sania menjawab pertanyaan itu.
Sania menghela nafas sebelum menjawabnya. "semua orang tau kali ya mata uang jepang itu yen!" jawabnya ketus. Sungguh ia sangat kesal terhadap sahabatnya yang sudah menyuruh menjawab pertanyaan unfaedah ini.
Firman mengembangkan senyumnya. "iya yen. Yen tak sawang sorote mripatmu...." balas Firman sembari menyanyikan salah satu lagu dangdut.
"hoka hoke, tarik bwang....." pekik Faqih tiba-tiba.
Sania memutar bola matanya malas. Tidak ada lucu-lucunya sama sekali tapi kedua sahabatnya ini malah senyum-senyum yang membuatnya jijik.
"udah-udah" interupsi Farhan tatkala melihat kembaran dan kedua temannya ini asyik menyanyikan lagu dangdut tersebut.
"oh iya ini namanya Faisal," lanjut Farhan memperkenalkan laki-laki di sebelah kanan dirinya.
Dira menatap laki-laki itu intens, namun tak lama laki-laki itu juga memandang nya. Tatapan mereka bertemu dan terkunci cukup lama sebelum mereka memutuskannya. Dira menundukan kepalanya ia sedang menutupi pipinya yang memerah dan juga menetralkan degup jantungnya yang menggila.
"dia orang yang paling dingin, sedingin kutub. Hati-hati aja kalo lagi mandangin sesuatu bisa beku. Terus tangannya kayak Elsa frozen bisa ngeluar..."
Ucapan ngawur Firman terpotong sebuah suara dingin yang membuat semuanya hening.
"alay!" Faisal menatap jengah sahabatnya itu yang di balas cengiran bodoh Firman.
"nama kalian siapa?" Farhan menghentikan adu mulut antara Firman dan Faqih. Faqih mengatakan bahwa apa yang dikatakan Faisal benar.
"aku Adrina, Dia sepupuku Dirana,dan ini sahabat aku sama Dira, Sania." Adrina memperkenalkan diri dan kedua sahabatnya.
Setelah sesi perkenalan santriwan 5F tadi membantu mengumpulkan sampah-sampah yang tadi berserakan.
Pandangan mata Dira tak lepas dari sosok Faisal yang kini menggantikan dirinya menyapu. Pantulan cahaya matahari pagi di kulit wajahnya yang putih bersih membuatnya menjadi kuning keemasan dan itu menambah ketampanan yang dimiliki Faisal.
***
Tbc.
Vote dong tolong 😍😕
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRANA SHALSADILA
SpiritualDirana Shalsadila, remaja kota besar yang salah pergaulan yang membuatnya terjerumus ke jurang kemaksiatan. Clubbing, minuman keras adalah hal biasa baginya Hingga orangtuanya, memutuskan untuk mendaftarkan dirinya ke pondok pesantren agar membuat D...