22

853 41 0
                                    

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, kini Dira telah sampai di kediaman Zilla di pagi hari. Sejak tadi gadis itu hanya terdiam dengan pandangan yang kosong, Dira khawatir melihat itu. Namun hanya di jawab 'tidak apa-apa' oleh Zilla.

Dira berjalan di belakang Zilla saat setelah turun dari mobil. Rumah Zilla sudah ramai oleh orang-orang yang ber-ta'ziyah. Semua orang menatap mereka, bahkan banyak yang berbisik-bisik secara terang-terangan.

"itu si Zilla ternyata masih inget sama orang tuanya"

"iyaa ya kirain udah lupa"

"dih dasar anak durhaka"

"hus jangan gitu kasian bapaknya baru meninggal"

"biarin aja si emang anak gatau diri, dia hidup di sini tapi sok-sokan"

Dira mengerutkan dahi. 'apa-apaan mereka ini?orang berduka malah di gosipin' batinnya. Toh Dira percaya Zilla anak yang baik dan apa yang orang-orang katakan itu tidak benar.

Zilla sendiri tegang mendengar ucapan orang-orang itu. Ia tersenyum sendu dan hatinya sedikit tercubit. Ia tak menghiraukan ucapan mereka sembari terus berjalan masuk ke dalam rumah. Hingga sampai di pintu dirinya terdiam melihat sosok cinta pertamanya terbujur kaku di di depan orang-orang yang sedang membacakan surat Yasin itu.

"bapak....."Matanya kembali menetes lalu berlari kearah jenazah ayahnya. Ia duduk sembari mengusap wajah sang wajah yang belum tertutup kain kafan.

"pak bangun pak, Zilla udah pulang... Bapak... Jangan tinggalin Zilla pak, Zilla rindu bapak. Bangun pak Zilla janji kalo bapak bangun Zilla mau turutin apapun yang bapak mau, Zilla mau sama bapak" Ibu Zilla menangis histeris keluar dari kamar dan menghampiri Zilla. Ia memeluk putrinya itu menyalurkan kesedihannya. Lalu di susul oleh beberapa anak kecil.

Dunia Zilla benar-benar hancur. Ayah tercinta sudah di panggil oleh sang maha kuasa. Bahkan disaat dirinya bekum bisa membahagiakannya dan malah membuat beliau kecewa. Zilla benar-benar merasa bersalah. Di peluknya tubuh dingin di atas tikar tersebut. Hatinya benar-benar sakit, sangat sakit dan sulit untuk di deskripsikan. Ada sesuatu yang hiang dalam diri Zilla. Zilla tau ini salah, terlalu berduka tidak di bolehkan. Namun inilah rasanya ia kehilangan sosok ayahnya.

Dira yang melihat itu juga tak kuasa menahan air matanya. Pikirannya kini kembali teringat akan papanya. Kematin dirinya yang membentak sang papa. Sekarang Ia merasa menjadi anak durhaka, betapa banyak kelakuan yang membuat sakit hati kedua orang tuanya. Dosa yang dibuatnya dan ia berikan ke papanya.

'yaAllah ampunillah dosaku dan dosa kedua orang tua ku,sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil. Lindungilah keduanya. Khusnul khotimahkanlah ayah Zilla,tempatkan lah beliau ke sisi terbaikmu, maafkan segala dosa dan terimalah segala amal perbuatannya di dunia. Aamiin.' doanya dalam hati.

Ayah Zilla di makamkan tak lama setelah itu. Dira menjadi tumpuan kesedihan Zilla yang belum percaya ayahnya berbaring sendirian di bawah dinginnya tanah.

Setelah acara pemakaman, Ustad Sholeh pamit untuk pulang ke pesantren beliau mengajak Dira namun di tolak gadis itu. Ustad sholeh hanya mengangguk mengerti.

Kini Dira sedang duduk berdua dengan Zilla di teras rumah. Pandangan Zilla kosong menatap kedepan matanya sudah tidak mengeluarkan air mata lagi. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu Dira juga tidak tahu. Dira memiringkan dan menidurkan kepala Zilla di lengannya semabri mengusap lengan gadis itu. Menyalurkan semangat kepada teman barunya itu. Hingga sebuah suara menghentikan aktivitasnya.

"sok sokan sedih si Zilla. Buat apa? Dia nyesel jadi anak durhaka? Apa pura-pura aslinya mah seneng dia udah bunuh ayahnya."

Dira membalikkan badan dan melihat dja orang ibu-ibu yang sedang membicarakan Zilla. Ia menatap kesal dengan kedua ibu-ibu tersebut. " bu tobat dong bu... Kayak si ibu udah bener aja ngehina orang lain.. Ga punya hati ya si ibu tau disini masih berduka masih sempet-sempetnya nge gosip!" ucapnya kesal kearah kedua orang ibu-ibu tadi. Sedangkan kedua orang tersebut berbisik-bisuk dan meninggalkan Dira dan Zilla.

DIRANA SHALSADILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang