24

882 33 0
                                    

Hari ini Dira merasa begitu bahagia. Semua beban dalam pikirannya sudah hilang, rasanya begitu tenang dan begitu menyenangkan. Hal itu membuat bibirnya ikut tertarik keatas sedari tadi. Membuat kedua sahabatnya bingung.

Zilla juga sudah kembali beraktivitas seperti biasanya. Dan tentu saja Zilla mengetahui apa yang menyebabkan Dira begitu bahagia hari ini. Zilla melihat sendiri hal yang membuat Dira bahagia. Namun dirinya hanya diam tidak seperti Adrina yang mendesak jawaban Dira.

Dira masih memepertahankan senyumnya hingga pulang dari Sekolahnya. Ia berjalan menuju toserba pesantren, karena berencana membeli kebutuhan perlengkapan pribadi bulanannya dan juga mengunjungi ibu Zilla yang sudah mulai bekerja di sana.

Dira masuk dan memberi salam kepada ibu Zilla. Mereka terlibat obrolan seru untuk beberapa waktu sebelum Dira izin pergi mencari kebutuhannya.

Rak ke rak Dira jelajahi untuk mengambil beberapa barang. Saat akan mengambil deterjen, seseorang menyapanya. Dira tidak berbalik, ia tahu siapa pemilik suara berat ini dan Dira belum siap untuk pertemu.

"Dira kan? Salam itu wajib loh hukumnya di jawab" lanjut sosok tersebut saat sapaannya tidak di jawab.

Dira berbalik dan menemukan Faisal yang berada di belakangnya. Dadanya berdebar hebat, pipinya memanas. "iy..iyyaa waalaikumsalam... Maaf sebelumnya" ucapnya menunduk. Jujur Dira masih malu dengan apa yang tadi malam terjadi.

Faisal tersenyum lalu mengambil deterjen di depan Dira. Ia tahu bahwa gadis di depannya sedang gugup. " yaudah saya permisi. Lanjutkan belanjanya, Assalamualaikum."

Dira hanya mengangguk masih dalam menunduk. Ia menjawab salam begitu lirih bahkan mungkin bibirnya tak bergerak. Ia memukul pipinya pelan berusaha menghilangkan rona merah itu. Dira jadi teringat cerita Najwa tadi malam.

Flashback on

"kami dekat sekali, saat pertama kali Faisal datang ke Pesantren ini dia nggak punya teman. Waktu itu umur berapa ya sal?" Najwa mengawali ceritanya dan bertanya kepada Faisal.

Faisal berrdehemdan sedikit berpikir "mungkin sekitar 12 tahun" jawabnya.

Najwa mengangguk. " iyaa usia dia sekitar 12 tahun datang ke pesantren sendirian. Nah waktu itu abbi datang dan tanya tentang Faisal dan akhirnya Faisal tinggal di pesantren ini. Awalnya dia begitu dingin bahkan abbi juga sangat sabar saat tanya dia."

Dira melirik Faisal yang tenang. Tanpa rasa risih karena dirinya sedang di ceritakan orang lain. Dira jadi bingung Faisal seperti itu, kalau dirinya pasti akan marah dirinya di ceritakan kepeda orang asing.

" dulu aku membujuknya bermain bersama tapi dia hanya diam sambil memegangi foto ibunya. Akhirnya dia cerita ke aku tentang semua hidupnya. Dan kami dekat karena sering bermain bareng, belajar bareng, ngaji bareng dan lainnya. Abbi sama ummi sendiri sudah menggapnya sebagai anaknya sendiri"

Dira kini mengangguk dia sudah berpikiran macam-macam tentang mereka berdua. Tapi masih ada satu yang mengganjal di pikiran Dira, mereka dekat dari kecil apakah tidak ada rasa yang tumbuh anatara mereka?

Najwa mengangguk mengerti dengan kerutan alis Dira. Ia tersenyum dan mengusap lengan Dira. "aku juga udah anggap dia sebagai adikku sendiri. Kamu belum tau kalo usia kota beda 2 tahun? Faisal juga seusia kamu. Dari awal di memang menganggap ku sebagai seorang kakak. Bukankah begitu Sal?"

Faisal hanya mengangguk dan tetap mengerkan berkas-berkas di tangannya. Dira sendiri merasa bersalah dengan mereka berdua tentang pemikirannya yang menuduh macam-macam mereka. Dira bertekat bahwa dia tidak akan lagi Suudzon kepada orang lain.

DIRANA SHALSADILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang