19

826 33 0
                                    

Bukan semakin membaik setelah perbincangannya dengan Najwa kemarin. Perasaan Dira semakin memburuk, Ia tidak tahu kenapa dirinya begitu penasaran dan juga sedikit tercubit hatinya.

'apa ini yang dinamakan jatuh cinta?' jujur Dira belum pernah merasakan perasaan ini. Perasaan gugup pada lawan bicara, jantung yang berdebar saat berdekatan. Eh tunggu, bukan hanya berdekatan saja namun saat dirinya membayangkan sosok Faisal dadanya juga berdebar kencang.

Seperti saat ini, Dira memegang dadanya yang berdebar saat dirinya memikirkan Faisal.

'ahhh gila kenpa gue ga bisa tenang gini. Maksudnya dekat banget tuh gimana? Apa mereka pacaran? Ah tidak mungkin, masak iyaa seorang santriwati san santriwan seperti itu pacaran. Tapi bisa aja kan hubungan mereka seperti itu walaupun dengan nama yang berbeda? ' Dira menggelang ia tidak sanggup menerima kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

"lo eh kamu kenapa lagi si Dir? Ya Allah ganti sapaan aja susah ya" tanya Adrina yang melihat Dira menggeleng tiba-tiba.

"gak papa" jawabnya singkat sembari meminum es teh di Kantin pesantren. Ya hari ini hari jumat. Tepatnya hari jumat kliwon, seluruh santri di beri kebebasan. Tidak ada kebersihan rutinan dan lain-lain.

"oke, selama belasan tahun aku temenan sama kamu Dir,baru kali ini aku liat wajah galau mu. Tapi syukur deh aku kira kamu ga suka cowok AW- "

Dira menjitak kepala Adrina karena ucapan sepupunya yang ngelantur. Membuat moodnya tambah down saja.

"lah kan emang gitu berdasarkan yang udah-udah kamu selalu nolak cowok yang nembak kam.... Apaan si" Adrina tidak meanjutkan ucapannya karena seseorang yang menyenggol pinggangnya. Ia milirik kesal Sania sang pelaku yang sedang menatap dirinya tajam seakan berbicara agar Adrina diam.

"kalau kamu masih gelisah coba buka Alquran surat Ar-Rad ayat 28. Disana dijelaskan bahwa ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram. InsyaAllah kamu bisa tenang Dir." Zilla yang dari tadi terdiam kini bersuara dan mengingatkan Dira agar selalu mengingat-Nya.

Dira menarik nafas dan membuangnya kasar. "terima kasih Zil,hanya saja aku ga tau perasaan apa ini. Antara sedih tapi juga gelisah. Dan sebabnya sendiri aku ga tau."

Adrina bangkit dan memeluk sahabatnya itu. " cemburu. Ya kamu cemburu ke mereka berdua Dir. Kamu udah jatuh cinta sama Faisal" ucapnya lirih di sela-sela pelukan mereka.

"bagaimana bisa secepat ini?"

Sania menghembuskan nafas kasar lalu berjalan dan ikut memeluk Dira. Ia ingin agar Dira berbagi kesedihannya. "kita semua ga tau bakal dengan siapa dan kapan kita akan jatuh hati Dir" ucapnya di dalam pelukan.

Mereka hanyut ke dalam pelukan tersebut. Adrinya tak menghiraukan ucapan Sania yang panjang tersebut seperti biasanya. Dira sibuk bersyukur memiliki sahabat yang dapat mengerti dirinya.

Zilla tersenyum belum pernah ia melihat persahabatan yang begitu mengharukan. Persahabatan yang di impikan oleh semua orang. Termasuk dirinya.

"Dira, Sania,Adrina kalian di panggil ustadzah Aisyah disuruh ke rumah pak Kyai." ucap salah satu seorang santriwati mengentrupsi acara pelukan mereka bertiga.

"iyaa mereka akan kesana setelah ini. Sukron Nadia." Zilla mewakili ke tiga teman barunya yang masih hanyut setelah pelukan tadi.

Dira mengusap pipinya yang basah setelah memastikan santriwati tadi pergi. Ia menata jilbab necinya yang agak lecek. Dan menatap Zilla untuk berterima kasih.

"Ada apa si?perasaan ga buat masalah deh?" setelah mengusap air matanya yang merembes saat pelukan tadi. Adrina bertanya.

Zilla tersenyum " ini hari jumat, biasanya orang tua atau wali datang buat jenguk. Siapa tau orang tua kalian datang?"

DIRANA SHALSADILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang