Cinta itu bukan tentang saling memiliki, tetapi sebuah rasa yang mengajarkan kita arti ketulusan, kesabaran, dan keikhlasan.
☕☕☕
Natalie mengamati pakaiannya di sebuah cermin besar di ruang rias milik mamanya. Natalie memang tidak diberi izin untuk masuk ke dalam ruangan itu, tapi mengingat ibunya sedang di luar kota, maka ruangan itu seakan miliknya. Natalie tersenyum bangga ketika menlihat gaunnya sekali lagi, dia merasa cocok dengan gaun pemberian Haydar itu. Walaupun polos tetapi sangat bagus ketika Natalie yang memakainya. Memang tubuh Natalie belum bisa dikatakan goals, tapi dengan pakaian itu dia tampak lebih cantik. Gadis itu melirik ke arah meja dandan ibunya, lalu dengan segera dia duduk dan melihat beberapa peralatan make up mamanya seperti blush on, mascara, eye line, eye shadow, dan lipstick. Mamanya sering mengatakan kalau Natalie tidak bisa memakai semua barang-barang itu karena umurnya masih terlalu dini. Dia juga sebenarnya tidak terlalu suka untuk memakai make up, tapi ini semua karena dia tahu kalau Revin ikut ke acara itu, atau lebih tepatnya Revin dan ICHA akan datang bersama-sama ke acara itu. Natalie segera menyingkirkan pikirannya tentang Icha, lalu mengambil blush on. Mulailah Natalie merias dirinya di. Terakhir, dia meraih lip gloss dan mengolesnya ke bibir. Kembali gadis itu bergaya di depan cermin seolah-olah sedang selfie. Dia melirik jam tangan yang melekat di tangan kirinya, lima menit lagi Haydar datang menjemput. Memang Natalie kesal kalau lelaki itu akan menjemputnya dengan motor ninja hijau yang pertama kali dilihatnya kemarin karena itu memungkinkan make up Natalie akan hancur ataupun mengusutkan rambutnya yang sudah disisir lama.
Nata segera melesat ke kamarnya dan meraih sebuah kotak dari bawah tempat tidurnya. Kotak itu berisi sepatu flat berwarna putih polos. Dia lebih suka memakai sepatu tanpa hells sedikit pun. Merasa lelah karena sedari tadi berjalan, gadis itu duduk di depan meja belajarnya dan mengambil sebuah kado dari dalam laci. Jam tangan G-Shock asli, semua tahu harganya berapa. Itu memang lucu, dia tampak sudah seperti teman dekat dengan Haydar. Padahal bertemu saja baru kemarin. Sejurus kemudian, Natalie mendengar pak satpam memanggil namanya dari bawah, sontak itu membuatnya segera memakai tas kecil dan memasukkan kado itu ke dalam.
Natalie berlari kuat menuruni tiap anak tangga dan melesat kencang ke arah pintu luar dan segera membuka. Tampaklah Haydar, lelaki itu tampak sedikit casual. Dari pakaiannya, dia memakai t-shirt putih yang ditutupi oleh blazer hitam tanpa kancing yang lengannya digulung sampai siku. Celana jeans berwarna gelap dan sepatu sneakers membuatnya tampak tampan. Ya memang begitu sejujurnya. Dia tersenyum kecil menatap Natalie.
"Udah siap?" tanyanya santai.
"Tentu!"
Kedua manusia itu melangkah bersama menuju luar gerbang. Tampak seperti orang yang akan menghadiri pesta dansa kerajaan.
"Lo ga keberatan kan, Nat?"
"Gue ga gendut. Gue ga berat." Natalie sewot.
"Maksud gue ga keberatan kalau naik motor." Haydar menaikkan alisnya sambil menunjuk motornya menggunakan dagu.
Natalie tersipu malu mengetahui kalau dia salah pengertian kepada kata-kata Haydar, dia menunduk. Haydar memberi gadis itu helm, dan Natalie pun menaiki motor itu dengan posisi menyamping. Natalie sebenarnya merasa tidak terlalu aneh kalau dirinya dekat dengan Haydar, dia berpikir mungkin saja Haydar sudah lama mengenalnya walaupun dirinya sendiri tidak mengenal siapa itu Haydar sebelumnya. Tapi Natalie tidak ingin mengungkitnya lagi, dia nyaman berteman dengan lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Ice (END)
Teen FictionCerita tahun 2018, masih menye-menye banget. Please jangan dibaca lagi!!!