Tak cukup tenagaku untuk menceritakan betapa beruntungnya aku mengenal dirimu.
☕☕☕
Ridan, sahabat baik Revin. Lelaki pemain basket itu juga sahabat dari Natalie. Ridan memang sudah sejak kecil bersahabat dengan Natalie karena rumah mereka yang terbilang sangat dan kedua orangtua mereka memiliki hubungan pertemanan. Ridan juga sudah tahu kalau Natalie menyimpan perasaan pada Revin karena gadis itu memang suka curhat tentang perasaannya, sama seperti gadis lainnya. Dan Ridan paham betul bagaimana Nata, selaku sahabatnya sendiri.
Dan yang membuat Ridan tertawa terpingkal-pingkal kali ini ialah saat dia sedang bersama teman semejanya, Icha. Mata Icha menyipit kesal. Benar-benar sipit.
"Ridan, lo ga usah ketawa gitu.. Lo pasti tau, gue kan yang disukain sama Revin!" Ucap Icha tanpa ada malunya kalau-kalau omongannya didengar oleh orang lain, apalagi Bu Desi yang tengah membaca buku di depan.
"Gue ga bisa ngasih tau, ntar dia marah." Ridan berusaha meredakan tawanya dan menormalkan raut wajah.
"Alah, kan dia ga denger."
"Tau ah!" balas Ridan singkat
Icha semakin kesal melihat penolakan dari Ridan. Dia memicingkan mata dan memandang Ridan yang tengah membuka buku dengan terpaksa."Ridan!" panggil Icha membuyarkan konsentrasi Ridan. "Lo suka sama gue kan?"
"Hah?"
"Gue tau kok!" lanjut Icha tersenyum. "Makanya lo ga ngasih tau ke gue kalau Revin suka sama gue."
Ridan terdiam. Menatap mata Icha yang jernih. Gadis itu kelewat cantik, kelewat pede juga.
"Gue harus pergi, ada janji anak basket buat ngumpul waktu les tiga!"
Ridan beranjak pergi dari tempat duduknya dan mengucapkan beberapa kata kepada Bu Desi. Lalu dia berlalu dari kelas dan hilang dari jarak pandang Icha.
Lelaki itu berjalan dengan tatapan lurus ke bawah disertai bunyi bel pergantian les. Dia masih memikirkan apa yang dikatakan oleh Icha. Ya, sebenarnya apa yang dikatakan gadis itu benar, Ridan menyukainya dan dia tidak ingin kalau Icha semakin dekat dengan sahabatnya, Revin. Desakan Icha menyatakan Kalau Revin menyukainya, padahal itu salah. Apalagi Natalie juga menyukai Revin, pikirannya mulai buyar sekarang. Tidak sinkron. Tidak sadar bahwa dia telah sampai di persimpangan menuju gudang olahraga, dan Revin sudah ada disana. Ridan tersenyum kepada Revin sebagai ganti sapaan akrab antara mereka.
"Mau meriksa kaos bola? Atau habis cari alasan biar ga masuk kelas Bu Desi?" kata Revin sembari mengikuti Ridan menuju gudang olahraga.
"Dua-duanya." balas Ridan singkat. "By the way, lo bohong kan Rev?"
Mereka berdua terhenti di depan pintu gudang. Revin membisu dan mereka terdiam sejenak. Lelaki itu menyernyitkan dahi tidak mengerti dengan perkataan Revin dan mencoba tetap tenang.
"Lo suka Icha kan?" tanya Ridan menyelidiki sahabatnya itu.
"Hah!? Bukan dia, Rid. Lo tenang aja."
"Jadi sia..." sebelum Ridan selesai bicara, mereka dikagetkan ketika pintu gudang terbuka dari dalam. Hampir saja Ridan terlompat dibuatnya.
"Dududuu" dia Natalie, dan gadis itu tidak kalah terkejut melihat kedua manusia tinggi ada di depannya. Sontak lantunan nada random yang baru ia lantunkan terhenti.
"Revin?" ucap Natalie dengan mata melotot tak percaya.
Natalie segera menyembunyikan kertas yang ada di tangannya. Dia mulai keringat dingin saat Revin menyadari bahwa ada yang disembunyikan gadis itu. Bisa gawat kalau ketahuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Ice (END)
Novela JuvenilCerita tahun 2018, masih menye-menye banget. Please jangan dibaca lagi!!!