"Ridan, kenapa?"

6.1K 266 1
                                    

Dunia itu berputar. Mustahil kalau kau bisa bertahan dan tidak pernah terjatuh.

☕☕☕

Satu hal yang paling disukai Natalie kala mengobrol dengan Revin adalah menatap mata lelaki itu dalam diam sembari mengagumi. Sungguh Tuhan benar-benar mempertemukan dirinya dengan lelaki ini, walaupun tidak tahu, mereka hanya sekedar dipertemukan, atau disatukan akhirnya.

Dan tepat seperti saat ini, saat dimana Natalie bisa mengamati tiap inci wajah Revin. Dan itu adalah momen yang paling indah pagi ini. Dan mungkin, tidak akan dilupakan oleh Natalie.

"Gue ga paham." Natalie mengangkat bahunya.

Sebenarnya dia sudah paham benar soal hal ini, tapi apa yang tidak dia lakukan agar bisa berlama-lama bersama lelaki itu?

"Jhuna suka sama Icha, itu alasan paling kuat. Setau gue, dia pasti comblangin kita biar gue ga jadian sama Icha." jelas Revin.

Nata membulatkan matanya. Hatinya sedikit nyeri sekarang, tapi dia mencoba tidak perduli. Karen toh dia tidak tahu sebenarnya mengenai isi hati Revin.

"So?" tanya Natalie sembari mengangkat sebelah alis matanya.

"Nat, lo udah paham. Calm, tanpa pura-pura bego kaya gini, lo juga bisa lama-lama barengan sama gue."

Natalie terkejut bukan main. Ternyata Revin menyadari apa yang Natalie lakukan saat ini. Pura-pura bodoh untuk mengulur waktu. Ini adalah salah satu modus terburuk yang pernah Nata lakukan.

"Apaan? Gue emang ga paham." balas Nata dengan nada sewot.

"Lo pinter tapi pura-pura bego!" Revin tertawa dan menepuk kepala Natalie satu kali. Nata tersenyum, tidak sakit tapi dia bahagia.

"Kalau gue emang ga paham gimana?"

"Gue doain biar Natalie beneran bego."

"Eh lo kampret!" rutuk Natalie.
Mereka tertawa sejenak. Lalu melirik kembali ke arah Revin. Rasanya sangat sayang kalau satu detik saja dia lewatkan untuk tidak menatap Revin Winata kala di sampingnya.

"Jadi sebenernya lo paham kan?" tanya Revin sembari menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Bisa dibilang belum."

"Jadi..." Revin menggesekkan kedua tangannya. "Jadi sekarang dingin banget. Hujan. Bikin gue makin dingin."

Natalie mengerucutkan bibirnya, dia bahkan tidak mau kalau Revin menjadi dingin. Dia nyaman dengan sifat Revin yang begini. Hangat, menyenagkan, dan meluluhkan.
Natalue saja sampai heran. Sebenarnya yang menjadi matahari itu siapa? Dirinya atau Revin?

Dirinya mati-matian membuat lelaki ini luluh, sedang Revin dengan mudahnya. Hanya mengembangkan senyum selama satu detik saja, Natalie langsung meleleh.

"Gue bahkan ga rela kalau lo harus dingin ga bernyawa." aku Natalie.

"Ha?"

"Lo ingat ga waktu gue nemuin lo di lapangan basket hari Minggu?" Natalie mengingat kejadian memalukan itu.

"Siapa yang bisa lupa?" tanya Revin lagi.

Gadis itu terkekeh pelan, dia tahu kalau itu memalukan. Menemui Revin, memberinya minuman dingin, tapi ditolak dengan alasan yang sangat tidak masuk akal.

"Lo dingin."

"Gue udah bilang."

"Gue lebih suka kalau lo hangat gini." kata Nata.

Mr. Ice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang